Featured Post

LPH #5

Episode 5
Uang Adalah Raja Dari Segala Raja


   

   (pov : Miss White Rabbit)

   Setelah mobilku terparkir di basement hotel, gue mengecek kembali isi tas untuk memastikan baju ganti, dress hitam dan kondom berada di dalamnya, oke tidak ada yang lupa aku bawa. Gue kemudian keluar dari mobil. Parkiran basement hotel tidak terlalu ramai, karena kulihat di luar sana hujan masih saja turun dengan derasnya. Kalau saja gue tidak mempunyai keperluan penting hari ini, malas rasanya keluar rumah. Namun keperluan gue saat ini jauh lebih penting karena berhubungan dengan masa depan gue.
   
“Selamat malam,” sapa seorang petugas hotel ramah membukakan pintu buat gue. Setelah mengucapkan terimakasih dan memberikan senyuman kepadanya, gue segera mencari kamar mandi. Saat gue masuk ke kamar mandi sudah ada seorang wanita yang tengah berdandan di depan kaca. Dia tersenyum, gue pun membalas senyumannya. Wow gadis yang sepertinya seumuran dengan gue tersebut cantik banget, mungkin dia blasteran kali ! Gue lalu masuk ke dalam salah satu bilik kamar mandi yang kosong dan mulai mengganti baju. Kurang lebih 15 menit gue selesai mengganti baju.
   
   Namun setelah selesai gue tidak langsung keluar dari bilik, gue mencoba mendengarkan apakah gadis tersebut masih berkaca di luar. Karena gue tidak ingin menimbulkan pertanyaan di dalam benak gadis tersebut ketika menyadari gadis muda yang tadi dilihatnya berpakaian tertutup lengkap dengan jilbab masuk ke dalam salah satu bilik kemudian keluar sudah full make-up memakai pakaian dress mini ketat warna hitam lengkap dengan high heel merah menyala. Setelah aman dan gue yakin diluar sudah tidak ada orang gue segera keluar dari bilik kamar mandi dan mencuci tangan. Kemudian ponsel yang gue letakin di dekat wastafel bergetar-getar. Ada pesan WA masuk.
   
MISS PIGEON
r679. fix25. 10%.klien=handoko(48).st.
have fun miss white rabbit.
21.12

   
   Kubalas pesan tersebut singkat.

MISS WHITE RABBIT   
tx sist. Xoxoxo
21.14

   
   Pesan pertama menunjukkan kode nomor kamar, rate, fee, nama klien dan usianya. Oke dilantai 6 ya. Aku segera keluar dari toilet dan menuju lift.

   Ting.

   Lift terbuka. Kosong tidak ada orang. Bagus. Gue lalu menekan tombol 6.

   Perjalanan ke atas terasa lama sekali. Perasaan gue rasanya berdebar-debar. Antara perasaan takut, malu, canggung terselip juga perasaan lega. Karena akhirnya gue menemukan jalan, satu-satunya jalan yang bisa membuatku keluar dari masalah besar yang menghantui gue dalam beberapa hari terakhir ini. Dan klien yang bernama Handoko ini akan menjadi klien pertama gue. Dari balik pantulan kaca di dalam lift, gue terus mematut penampilan. gue puas karena gue yakin tidak ada yang bisa mengenaliku dengan penampilan seperti ini. gue yang dalam keseharian selalu tampil tertutup memakai jilbab kini tampil begitu seksi. Rambut panjang yang sehari-hari gue kuncir jika memakai jilbab, kini kubiarkan tergerai dengan indah. Pokoknya semua aman terkendali.

   Ting.

   Pintu Lift terbuka. gue perhatikan keadaan sekitar. Lorong hotel terlihat sepi. lalu gue melihat papan penunjuk bahwa kamar nomor 679 berada di paling ujung. Bunyi high heelsku terdengar di sepanjang perjalananku menyusuri lorong. Kemudian aku berhenti tepat di depan kamar nomor 679. Di samping gue ada jendela besar yang mengarah ke jalan raya di bawah sana. Gue tidak bisa melihat dengan jelas keadaan dibawah sana karena jendela tersebut buram karena air hujan. Gue mencoba menenangkan diri dengan menarik nafas kuat-kuat lalu menghembuskannya perlahan. Setelah merasa tenang, gue mengetuk pintu kamar nomor 679.

   1 detik.
   2 detik.
   3 detik.
   4 detik.
   5 detik.

   KLEK

   Pintu terbuka dari dalam, seorang pria paruh baya melempar senyumnya ke gue. Not bad, batin gue melihat pria tersebut. badannya masih terlihat tegap tidak buncit seperti selayaknya Bapak-Bapak.

   “Miss White Rabbit?” tanyanya.

   “Bapak handoko?” kutanya balik.

   Kami saling mengangguk bersamaan lalu sama-sama tersenyum.

   “Silahkan masuk. wah kamu cantik sekali, jauh lebih cantik daripada foto yang aku terima dari Miss Pigeon.”

   Gue tersenyum mendengar pujiannya, gadis mana sih yang gak suka diberikan pujian. Tiba-tiba hati nuraniku bilang, masih ada waktu kalau gue ingin berubah pikiran lalu memutuskan pergi. Namun kutepis suara hati gue barusan. Memangnya gue memiliki pilihan lain selain ini? jelas ini piliha sulit tapi sudah kepalang basah. lagipula dalam hal urusan seks, gue juga gak polos-polos amat.

   Kulirik sekali lagi jendela di luar.

   Hujan malam ini sepertinya menjadi tanda dimulainya profesi terselubung gue sebagai seorang wanita panggilan. Gue melangkah masuk ke dalam kamar hotel dan kemudian pintu tertutup dari dalam.
   
   Setelah masuk ke kamar hotel yang temaram, kuletakkan tas di meja lalu gue ijin bentar ke Pak Handoko untuk ke kamar kecil terlebih dahulu.

   Take your time,” jawabnya sopan.

   Gue tersenyum lalu masuk ke dalam kamar mandi.

   Setelah masuk ke dalam kamar mandi, gue hanya mematut diri di depan cermin. Sialan, gue benar-benar grogi deg-degan, karena senakal-nakalnya gue, gue belum pernah masuk ke dalam kamar seorang laki-laki paruh baya yang jelas-jelas bukan papaku atau pacarku. Dibalik pintu ini sudah menunggu seorang pria asing yang sebentar lagi bisa menikmati tubuh gue. Seks memang bukan hal baru buat gue, keperawananku bahkan sudah hilang saat aku masih duduk di kelas 1 SMA karena terlena dengan bujukan serta cumbuan pacarku Jodi yang kini sudah menjadi mantan. Dan sejak saat itu aku sering bergonta-ganti pacar, tidak semuanya sih bisa meniduri gue karena gue tetap pilih-pilih cowok. Tapi sepertinya memang beda sensasinya antara making love dengan pacar sendiri (atau pacar orang lain..but who’s care?) dengan making love with random people just for money. Gue dapat 25 juta hanya dengan “bermain” selama beberapa jam. Bukan 25 juta murni sih karena gue ada perjanjian dengan Miss Pigeon, berapapun tarif enak-enak yang gue pasang, 10 % komisinya buat Miss Pigeon.

   Miss Pigeon ini perannya boleh dibilang sebagai germo. Germo Virtual kalo gue bilang, karena kami belum pernah bertemu langsung. Selama ini kami cuma kontak-kontakan via Whatssap doang. Gue bisa kenal sama Miss Pigeon berkat temennya temen gue yang punya temen mengaku punya link khusus dengan seseorang yang bisa cariin om-om tajir yang rela keluar banyak duit demi having seks dengan gadis-gadis muda usia 17-18 tahun pokoknya yang masih SMA.

   Dan seseorang tersebut biasa dipanggil dengan nickname Miss Pigeon. Temennya temen gue yang punya temen tersebut, yang kenal dengan Miss Pigeon cuma kasih alamat e-mail Miss Pigeon. Lalu gue di suruh kirim e-mail sendiri ke Miss Pigeon. Gue disuruh kirim e-mail yang isinya ada beberapa poin.
   
   Identitas asli.
   Foto asli.
   Alasan.

Awalnya gue ragu takut ini cuma jebakan betmen. Kalo gue ketahuan jual diri bisa hancur masa depan gue. Disaat gue bimbang, gue keinget kata-kata Tania.

   “90 juta atau …... Waktu lo seminggu.”

   Gue gak punya pilihan lain, ini jalan tercepat untuk mendapatkan uang dalam jumlah banyak. 5 menit kemudian gue selesai kirim e-mail ke Miss Pigeon lewat ponsel. 10 menit, 15 menit, 45 menit, 1 jam sudah berlalu namun tidak ada e-mail balasan yang masuk. Dari 1 jam berubah menjadi 24 jam. Dari 24 jam sudah menjadi 72 jam atau 3 hari sejak gue kirim e-mail ke Miss Pigeon. Waktu gue tinggal 4 hari sebelum deadline yang dikasih Tania. Gue putuskan kirim e-mail sekali lagi ke Miss Pigeon.
   
“kalau anda memang tidak berminat membantu saya, setidaknya balas e-mail ini. Biar setidaknya ketika saya mati, saya tidak menjadi jadi arwah penasaran. Sekedar anda tahu, saya mulai kehabisan waktu. Waktu saya tinggal 4 hari lagi. Saya tidak mau mengiba-iba kepada anda. saya tunggu balasan dari anda Miss Pigeon. Kalau akhirnya anda menolak membantu saya, tolong balas segera e-mail saya ini. Biar saya tidak repot-repot menunggu 4 hari lagi hanya untuk gantung diri.”
   
   Gue benar-benar putus asa pada waktu itu dan serius mengirim e-mail tersebut termasuk kata-kata gantung diri. Kalau sekedar jual diri di jalanan, gue mesti ngentot berapa kali dalam waktu 4 hari ini biar dapat uang 90 juta? atau gue mesti cerita ke ortu gue kalau gue putri tercinta mereka selama ini nyambi jadi admin pengelola situs judi online dan karena keteledoran gue, omset sebesar 90 juta melayang begitu saja karena gue salah transfer ke rekening orang lain dimana setelah gue lapor ke bank, dari pihak menyatakan nomor rekening yang mendapat uang nyasar tersebut sudah diblokir namun semuanya terlambat karena sang pemilik rekening sudah menarik semua saldo di rekeningnya termasuk uang 90 juta yang gue transfer secara tidak sengaja. Dari pihak bank lalu memberikan identitas sang pemiliki rekening, gue lemes setelah tahu alamat dari pemilik rekening tersebut. Alamat pemilik rekening berjarak 4.500 km dari kota gue tinggal. Gue semakin pucat ketika pihak bank menyarankan agar gue lapor polisi agar bisa dibantu pihak yang berwajib.

   Gue gak setolol itu untuk membuat laporan ke polisi bahwa akibat keteledoran gue sendiri, uang sebesar 90 juta dari hasil situs judi online yang saya kelola nyasar ke orang lain lalu di akhir laporan gue minta tolong polisi untuk melacak pemilik nomor rekening tersebut?

   Itu sama dengan mengumpankan gue sendiri ke dalam sel penjara.

   Pokoknya semua jalan sudah gue pikirkan namun mentok, hanya Miss Pigeon ini yang berdasarkan informasi dari temen gue punya banyak kenalan om-om tajir. Jadi kalau Miss Pigeon menolak membantu gue, mending gue mati duluan sebelum Tania melakukan sesuatu ke gue. Sebenarnya gue takut mati tapi gue lebih takut apa yang bakal Tania lakuin ke gue. Karena gue tahu persis siapa Tania. Tania adalah teman SMP gue. Teman baik malah. Saking baiknya sampai dia buka rahasia bahwa papanya bukanlah seorang pengusaha biasa.

   “Psstt jangan cerita sama siapa-siapa ya sayang kalau profesi asli ayahku itu adalah ketua Yakuza di Indonesia sini, hihi.”

   Oh gue baru inget kalau bokap Tania adalah orang Jepang asli sementara nyokapnya orang Indonesia. Jadi gue rasa Tania sedang tidak bercanda menceritakan hal rahasia tersebut.

   Tidak berapa lama setelah gue kirim e-mail bernada putus asa ke Miss Pigeon, ponsel gue bunyi, gue lihat ada nomor yang gak gue kenal masuk. Awalnya gue takut ini orang suruhan Tania yang neror gue, tapi akhirnya gue angkat siapa tahu gue dapat kabar baik. Dan benar saja, gue dapat kabar yang sangat baik. Gue gak perlu bunuh diri karena sang penelepon adalah Miss Pigeon sendiri ! dari suaranya dia adalah seorang perempuan, suaranya bagus banget halus seperti suara seorang customer service gitu lah. Miss Pigeon mengatakan bahwa dia terharu membaca motif dibalik gue bersedia jadi wanita panggilan dan dia bersedia membantu gue mendapatkan uang sebanyak 90 juta dalam waktu 4 hari. Menurutnya uang sebanyak 90 juta itu gampang dan cepat dapatnya karena dia punya koneksi klien yang sangat luas. Gue kemudian ditanya kapan gue bisa mulai bisa “dipake”. Gue jawab hari ini pun bisa karena gue benar-benar kehabisan waktu. Lalu Miss Pigeon bertanya lagi, apakah gue punya syarat khusus buat klien yang tertarik pake jasa gue. Setelah mikir beberapa lama gue ajukan beberapa syarat. Gue minta klien yang kaya raya (of fucking course thou!), pria paruh baya (makin tua makin bagus, biar ga bisa tahan lama ngentotin gue), domisili klien jangan yang tinggal di kota sama dengan gue (gue takut kepada kemungkinan dapat klien yang gue kenal!).

   Miss Pigeon terdiam beberapa saat, lalu gue tanya apakah syaratnya terlalu susah. Miss Pigeon kemudian menjawab, itu syarat yang gampang banget. Lalu pertanyaan terakhir dari Miss Pigeon adalah berapa tarif yang gue pasang dalam sekali kencan max 3 jam. Gue mikir agak lama mendengar pertanyaan tersebut karena gue sendiri gak tahu berapa harga diri gue sendiri !! sadar gue bingung untuk menjawab pertanyaan ini, Miss Pigeon lalu mengatakan untuk ukuran gadis muda secantik gue (Miss Pigeon tahu gue cantik dari foto seksi yang gue kirim di e-mail pertama) gue pasang harga 25 juta sekali kencan juga pasti banyak om-om yang ngantri. Wow 25 juta ! kalau gue dapat 4 klien gue uda dapat uang 100 juta !! tapi bayangan uang sebanyak itu menghilang ketika Miss Pigeon mengatakan 25 juta itu belum termasuk komisi untuknya sebesar 10 % atau 2,5 juta. gue berhitung cepat. 25 juta dikurangi komisi 10 % berarti 22,5 juta bersih buat gue. 22,5 juta x 4 klien. 1 hari main sama 1 klien. Pas gue dapat uang 90 juta !! gue langsung girang banget dan menyetujui tarif 25 juta usulan dari Miss Pigeon. Lalu dia meminta gue untuk terus stand by deket ponsel karena setelah telepon ini ditutup, dia langsung bekerja cari klien yang sesuai dengan syarat yang gue ajuin. Sebelum Miss Pigeon menutup telepon dia menyarankan gue juga pake nickname untuk “menjajakan” diri gue di luar sana. Gue tersenyum lalu menjawab.

   “Miss White Rabbit. Ya panggil gue dengan nickname Miss White Rabbit.”

   Itulah awal mula gue bisa kenal dengan Miss Pigeon dan berkat dia, malam ini gue bersiap menjalani debut sebagai gadis panggilan dengan Pak Handoko. Satu dari 4 empat klien yang bakal gue layanin demi kebebasan gue bisa lepas dari Tania.

   Gue tersadar dari lamunan kemudian mengambil sebotol air mineral yang ada di wastafel kemudian meminumnya.

   IM READY ! IM FUCKING READY TO FUCKING FUCK !! teriak gue dalam hati.

   Beberapa jam kemudian...

   “Maaf pak, aku gak bisa. Mungkin lain waktu,” gue menolak halus ajakan Pak Han agar gue menginap bersamanya setelah gue selesai melayaninya.

   Gue cium bibir Pak Handoko lalu turun dari tempat tidur saat raut mukanya menunjukkan sedikit rasa kecewa mendengar penolakan gue. Gue ambil dress dan tas ku di meja lalu masuk ke dalam kamar mandi. Gue bersih-bersih di kamar mandi, gue berniat ingin mandi sekalian namun keringatku masih banyak keluar. Gue tatap tubuh telanjang yang terpantul di kaca. Cupangan bertebaran di sekeliling dada, leher. Beruntung gue sedang gak punya pacar dan setiap hari gue berjilbab jadi bekas cupangan ini tidak akan terlihat. Gue buka ponsel dan 1 pesan sms masuk yang menginformasikan ada transferan uang masuk ke rekening gue sebesar 25 juta, gue senang. Lalu gue segera membuka aplikasi M-Bangking di ponsel dan mentransfer uang sebesar 2,5 juta ke Miss Pigeon. Aku juga mengirim pesan Whatsapp untuknya.
   
Miss White Rabbit
mr.handoko, 1st mission completed.
He is a totally monster, xoxoxo.
22.56


   Ponsel gue masukkan ke dalam tas dan gue memakai baju ganti berupa jeans panjang dan kaos panjang warna hijau. Dan kali ini gue pakai panties dan bra. Untuk jilbabnya gue pakai nanti di dalam mobil. Setelah dress hitam kujejalkan dalam tas, gue Forum Negatif minyak wangi agar lebih fresh. Saat gue keluar dari kamar mandi, Pak Handoko juga sudah berpakaian meski cuma memakai celana pendek dan kaos singlet berwarna putih..uhh ganteng juga ni Bapak.

   Gue pun segera pamit ke Pak Handoko. Dia tersenyum lalu mengantar gue sampe pintu, sebelum pergi pak handoko mengecup pipi gue dan bilang sesuatu.

   “Thanks for the wonderfull nite, Miss White Rabbit. Go home safely. Besok jangan sampai bolos sekolah.”

   Gue tersipu malu, Lalu pergi. Sampai di dalam mobil, gue lihat jam tangan. Sudah jam 11 malam lebih sedikit. Gue langsung telepon mama, takut kena omel.

   “Selamat malam mah, mah aku sampai rumah agak malam ya… Ini PR nya baru banget selesai. Uda mau pulang kok mah dari rumah Tania..oke…bye…muahh.”

   Fiuh lega..jadi gue gak perlu ngebut bawa mobil ke rumah slow saja. Sambil mengenakan kembali jilbab dan gara-gara bohong ke mama pakai alasan ngerjain PR, gue jadi inget kalau gue memang beneran ada PR, PR Fisika dimana besok mesti dikumpulkan. Beruntung jam pelajaran Fisika, ada di jam kedua dan ketiga. Jam pertama ada pelajaran Ilmu Tata Negera. Gurunya pak junedi. Ah dia mah slow. Yess, gue selamat ! karena besok gue masih punya waktu buat nyalin PR dari si Candra hohoho. Setelah Jilbab sudah terpasang, gue ambil kacamata yang gue simpan d atas dashboard mobil. Setelah gue pakai kacamata, gue uda kembali jadi remaja Murid SMA seperti biasa. Tidak ada tanda-tanda kalau gue adalah Miss White Rabbit.
   
   

=BERSAMBUNG=

1 comment for "LPH #5"

Post a Comment