Featured Post

LPH #33

Episode 33
Masa Lalu, Masa Sekarang, Masa Depan


(pov : Yandi)


“Remaja 16 tahun meninggal....”

Penggalan perkataan pak Tarmiji membuat kami berenam terdiam merenung, entah apa yang teman-teman pikirkan tetapi ucapan pak Tarmiji terasa getir buatku. 16 tahun berarti seusia denganku. Usia transisi yang sangat rentan. Kami tidak bisa disebut anak kecil lagi, namun juga belum bisa disebut orang dewasa. Sering aku mendengar, membaca ungkapan bahwa masa SMA adalah masa pencarian jati diri. Dalam hati aku tertawa getir, mencari jati diri? Darimana aku tahu bahwa aku yang saat ini adalah jati diriku yang sebenarnya ? Kalau bukan, darimana aku tahu bahwa aku telah salah menilai diriku sendiri? Siapa dan apa yang menjadi standar “normal” buat remaja seperti kami ? Agama? Norma ? Etika ? Budaya? Lingkungan? Kebenaran apa yang seharusnya kami jadikan pegangan bahkan panutan ?

Panutan paling awal tentu saja adalah orang tua, keduanya adalah “role model” yang membuat alam bawah sadar kami mengikuti keduanya. Dari sosok ibu aku belajar dan mencontoh tentang kesabaran, kasih sayang tanpa pamrih, kelembutan dan kesetiaan. Sementara dari sosok ayah aku belajar tentang artinya menjadi seorang laki-laki dalam hal kekuatan, ketegasan, pengorbanan, keuletan dan pelindung. Aku merasa bersyukur tumbuh dikelilingi orang tua yang memilliki sifat yang menurutku sesuai dengan standar atau norma yang berlaku di masyarakat.

Lalu bagaimana dengan role model yang dimiliki pak Tomo muda, Ilyas dan ratusan remaja yang bersekolah di tempat ini 30 tahun yang lalu? 16 tahun namun perilaku mereka sungguh terasa “tidak normal”? Tidak ada orang tua di dunia ini yang menginginkan anaknya menjadi orang jahat, kasarannya seorang maling pun tidak ingin anak kandungnya tumbuh menjadi seorang maling.

Degh.

...Tidak ada orang tua di dunia ini yang menginginkan anaknya menjadi orang jahat, kasarannya seorang maling pun tidak ingin anak kandungnya tumbuh menjadi seorang maling...

Pemikiranku tersebut justru menimbulkan pertanyaan besar yang muncul tiba-tiba dalam benakku dan membuatku sendiri ragu dengan pemikiranku tersebut. Bagaimana jika memang ada “oknum” orang tua yang membesarkan anaknya dengan harapan yang tidak biasa atau katakanlah menyalahi aturan norma sesuai standar orang tua pada umumnya? Seorang perompak membesarkan anaknya sebagai seorang perompak agar kejayaannya di samudera bisa diteruskan oleh anaknya. Koruptor yang membesarkan anaknya sebagai koruptor agar tetap melanggengkan korupsi agar kekayaan keluarga selalu melimpah. Ketua Mafia yang membesarkan anaknya menjadi mafia agar meneruskan kedigdayaannya di dunia hitam. Bandar narkoba membesarkan anaknya sebagai pengedar narkoba untuk meneruskan bisnis keluarga.

Kenapa pemikiran salah dari para orang tua yang memiliki profesi mengerikan tersebut masih sampai sekarang? Apakah mereka tidak menyadari bahwa mereka adalah orang jahat dan yang mereka lakukan itu salah ? Apa jangan-jangan mereka memiliki persepsi bahwa yang mereka lakukan adalah suatu bentuk kebenaran dan bukan sesuatu yang salah ?

Pikiranku benar-benar tidak bisa menjangkau itu semua, yang ada malah membuatku semakin seperti orang bodoh tidak tahu apa-apa. Untuk saat ini aku memang tidak bisa menjawab pemikiran-pemikiran tersebut, namun aku yakin, semakin lama aku berjalan di bumi, perlahan kesadaranku semakin berkembang seiring dengan kedewasaaan yang bisa aku peroleh dengan banyak cara, meskipun tidak semuanya dengan cara yang baik melainkan cara yang penuh dengan rasa kegetiran dan kehilangan seperti ketika aku kehilangan kedua orangtuaku.


“Setelah pak Tomo mengalahkan Ilyas, itu berarti pak Tomo menjadi bajingan terkuat di antara semua murid kelas 1 pak?” Tanya Jimi dan membuatku terbangun dari pergulatan pemikiranku sendiri.

Pak Tarmiji mengangguk. “Mengalahkan Ilyas menjadi puncak pengakuan setelah seminggu penuh, dia terlibat perkelahian dengan para siswa kelas 1 yang mengaku mereka adalah yang terkuat. Tomo menggunakan momentum itu untuk mengincar kelas yang lebih tinggi yakni para bajingan terkuat dari kelas 2. Dan seperti cara yang sebelumnya Tomo lakukan, setiap hari ia terlibat perkelahian selama 1 bulan penuh dengan siswa kelas 2 namun Tomo tetap tidak terkalahkan hingga akhirnya ia berhadapan dengan siswa dari kelas 2 paling ditakuti yakni Indra. Ini yang namanya Indra.”

Pak Tarmiji menunjuk ke sebuah foto yang menunjukkan seorang remaja berkacamata warna coklat, berambut klimis namun memiki luka bekas sayatan dari ujung mulut naik hingga melewati pipi sebelah kiri. “Foto ini adalah foto terakhir Indra karena setelah setelah naik ke kelas 3, Indra tidak pernah datang lagi ke sekolah. Tidak ada seorang pun yang tahu keberadaan dan alasan Indra tidak pernah muncul lagi. Banyak yang bilang menghilangnya Indra karena buntut dari kekalahannya saat berduel dengan Tomo. Sebelum mereka duel di dalam kelas 1H, katanya ada semacam perjanjian di antara keduanya bahwa siapapun yang kalah harus keluar dari sekolah untuk selamanya. Saat bapak tanya apa benar ada perjanjian seperti itu ke Tomo, dia tidak pernah menjawabnya tegas.”

“Indra itu kuat pak? Maksud saya jago berantem?”

Pak Tarmiji melesakkan puntung rokoknya di asbak kemudian menyalakan rokok sebatang lagi,”Bapak tidak akan menawari kalian rokok lho ya, rokok filter ini hehe. Bapak kalau gak ngrokok, bapak tidak bisa mengingat-ingat dengan jelas peristiwa 30 tahun lalu. Untungnya bapak punya koleksi foto anak-anak sini. Tidak semua bapak punya sih, hanya siswa yang menarik perhatian bapak dalam hal kenakalannya. Oia, kalau kalian mau ngrokok disini silahkan,” katanya sambil menghisap rokoknya dengan khidmat.

“Ah kenapa gak bilang dari tadi pak. Udah asem ni mulut.” sahut Astra gondok. Lalu kelima temanku tanpa dikomando langsung mengeluarkan rokoknya masing-masing termasuk Zen.

“Yan, kamu gak ngrokok?” tanya pak Tarmiji karena hanya aku satu-satunya yang tidak merokok.

“Enggak pak, saya gak bisa menikmati rokok. Dulu pas SD kelas 6 pernah nyoba belajar ngrokok, baru berapa hisapan, saya sudah batuk-batuk hebat dan sesak nafas. Sejak saat itu saya tidak tertarik dengan yang namanya rokok.” kataku.

Pak Tarmijo tertawa terkekeh. “Hoi kalian yang merokok, duduk sana dekat jendela biar teman kalian gak jadi perokok pasif.” kelima temanku langsung menuruti perintah pak Tarmijo. Zen dan Jimi duduk di lantai dekat pintu, sementara Wira, Astra dan Abas duduk di kursi sofa yang dekat jendela. Dan kemudian pak Tarmiji bertanya, sampai dimana obrolan mereka. “Sampai seberapa kuat Indra pak.” ujar Abas cepat.

“Seberapa kuat ? Indra pada saat itu menyandang gelar juara tinju amatir tingkat pelajar se-propinsi. Kalian tahu kan betapa tangguhnya orang yang punya basic boxer? Tomo nyaris kalah saat berduel dengan Indra. Tomo yang beringas tidak punya basic bela diri apapun, dimana hanya bermodal kekuatan fisik yang serba hantam dan hantam jelas kewalahan berhadapan dengan Indra. Indra dengan mudah menari-nari menghindari pukulan dan sergapan Tomo sembari mengirim 1-2 pukulan kombo yang membuat pelipis Tomo sobek dan mata bengkak. Darah mengucur deras membasahi muka Tomo. Di saat semua lawan Indra terkapar TKO ketika menerima kombinasi jab & uppercut andalan Indra, Tomo masih bisa berdiri tegak meskipun kakinya gemetar. Merasa berada di atas angin, Indra justru mengendurkan kewaspadaan.

1 tinju keras dari Indra sebenarnya sudah cukup mengkandaskan Tomo, tetapi Indra malah bermain-main dan meremehkan Tomo. Dari gaya boxer dia berubah menjadi muaythai. Dengan sisa tenaga Tomo bertahan dari pukulan serta tendangan Indra. Lalu di suatu momen, Indra hendak mengakhiri kebringasan Tomo dengan mengirim tendangan lutut ke arah dada Tomo. Jika kena telak mengenai dadanya, Tomo bisa saja mampus hari itu. Namun tanpa disangka, Tomo masih punya tenaga untuk menerjang Indra yang sudah melayangkan tendangan ke arahnya. Tomo menangkap dan mendekap paha Indra lalu ia melemparkan tubuh Indra hingga terlempar keluar kelas menabrak jendela kaca yang sudah pasti pecah porak-poranda. Beruntung ada pohon besar yang memiliki banyak dahan sehingga Indra tidak langsung jatuh terhempas ke tanah, melainkankan menghantam dahan pohon yang rindang baru jatuh ke tanah dalam posisi tidak terlalu berbahaya.”

“hah? Jatuh ke bawah?” tanya Jimi heran.

“Iya ke bawah, mereka berdua dulu duel di ruang kelas 2H yang sekarang jadi ruang kelas 2E,” jawab pak Tarmiji santai.

“Ruang kelas 2E kan berada di lantai 2 pak !! Gilaaa, pak Tomo berarti melemparkan Indra keluar kelas dari lantai 2?” celetuk Astra sambil memegang kepalanya.

“Jangan-jangan Indra mati di tempat tuh?” ujar Wira.

“Haha brutality !!” teriak Zen girang.

“Dari lantai 2 ke bawah itu ada kali 4-5 meter!” Abas geleng-geleng kepala.

“Apa yang terjadi dengan Indra pak?” tanyaku.

“Seperti yang bapak bilang tadi, beruntung Indra tidak langsung terhempas ke bawah karena ada pohon yang menahan tubuh Indra, baru merosot jatuh. Indra pingsan karena kepalanya terhantam pinggiran kusen dan wajah Indra berlumuran darah akibat dari ujung mulut hingga telinga sebelah kiri tersayat pecahan kaca jendela. Ya kalian tadi bisa lihat sendiri kan di foto Indra ada bekas luka memanjang di pipi sebelah kirinya. Itu kenang-kenangan seumur hidup dari Tomo untuk Indra.”

“Ehm pak, pada jaman itu, emang teman-teman Ilyas maupun Indra tidak ada yang balas dendam gitu ke pak Tomo?” tanya Wira.

“Kalau bukan Tomo, sudah pasti dibalas, masalahnya gak ada yang berani sama Tomo yang beringas seperti kerasukan Ares, dewa perang dalam mitologi Yunani. Dalam 1 bulan sejak Tomo masuk ke sekolah, entah berapa orang yang sudah dikirim Tomo masuk rumah sakit, bahkan ada yang sampai tidak berani masuk sekolah, lalu memilih DO dari sekolah.”

“Ya kalau gak berani nantang satu lawan satu, kenapa mereka ga main keroyok? Jangan-jangan pak Tomo punya banyak pengikut.” tanya Jimi.

“Pada saat itu, dan ada peraturan tak tertulis yang membuat mereka enggan untuk main keroyok, yakni harga diri seorang laki-laki. Jika ada yang main keroyok berkelahi di sekolah, mereka para pelakunya cuma ada 2 pilihan. Pilih keluar dari sekolahan atau mati konyol. Dan Tomo pada saat itu adalah seorang remaja yang penyendiri dan tidak pandai bergaul, dia bukan seorang penjilat yang mengiba bantuan tenaga orang lain. oleh karena itu, setelah Tomo berhasil menguasai semua siswa kelas 1 dan kelas 2, reputasi Tomo benar-benar luar biasa. Tomo menjadi siswa yang paling ditakuti sekaligus dikagumi. Dan tanpa ia minta dan sadari, Tomo sudah memiliki ratusan siswa yang mau menjadi pengikutnya. Meskipun begitu, Tomo masih belum dianggap belum menjadi siswa terkuat di sekolah selama ia belum bisa mengalahkan 1 siswa kelas 3 yang menjadi bosnya para bajingan sekolah yang sudah bercokol sendirian selama 4 tahun di puncak, Joni.”

“Hah 4 tahun? Kok bisa 4 tahun di SMA?”

“Karena dua kali Joni seperti sengaja tidak meluluskan dirinya dari sekolah ini pada saat dia kelas 3. Dan pada saat itu, Joni sedang menjalani tahun ketiganya sebagai anak kelas 3.”

“Wah edan tu orang, 2 kali gak lulus SMA? Berarti umurnya sekitar 19-20 tahun dong?”

“Ya dan pihak sekolah curiga, bahwa Joni juga mempengaruhi semua anak kelas 3 agar dengan sengaja mendapat nilai terburuk agar tidak lulus SMA selama 2 tahun berturut-turut.”

“Kok bisa ya dia kayak gitu?” tanyaku.

“Bisa, karena Joni adalah anak bungsu dari Joned, pemimpin geng paling ditakuti saat itu di Kota XXX yakni Red Scorpion. Dan kebringsan Tomo juga tidak lepas dari perhatian Joni. Ketika akhirnya Tomo berhasil mengalahkan Ilyas dan Indra, Joni bergerak duluan. Dia meminta beberapa teman terdekatnya untuk mengetes kemampuan Tomo. Namun semua orang kiriman Joni berhasil di hantam tanpa ampun oleh Tomo. Sampai akhirnya Joni memutuskan untuk turun tangan sendiri. Dan hari penentuan siapakah siswa yang terkuat di SMA NEGERI XXX pun ditentukan di malam 31 desember alias malam tahun baru. Di saat semua orang sibuk untuk mempersiapkan pesta tahun baru, Joni dan Tomo bersiap untuk menghadapi duel yang setelah selesai, mereka saling mengakui itu adalah duel paling gila dan frontal yang pernah keduanya lakukan.

Joni membawa ratusan anak buah kelas 3 dan Tomo juga sudah memiliki ratusan pengikut. Duel dilaksanakan di aula sekolah, karena bapak dan beberapa guru khawatir akan berakhir tragis dan bisa memakan korban jiwa, bapak dan beberapa guru pria bersembunyi di ruangan belakang aula dekat panggung untuk mengamati duel. Kami sudah bersiap untuk menelepon kepolisian jika keaadaan berkembang menjadi kerusuhan total yang lebih destruktif. Di saat ketegangan semakin memuncak dimana keduanya beserta anak buah mereka sudah saling berhadapan di aula, tepat ketika jarum jam di aula berdentang 12 kali lalu terdengar suara pesta kembang api di luar sana. Kedua kubu akhirnya bergerak dan saling menyerang dengan tangan kosong.”

Kami mendesah gregetan ketika pak Tarmiji tiba-tiba bilang mau ke kamar mandi sebentar. Di saat cerita semakin menegangkan dan seru eh pak Tarmiji berhenti bercerita lalu pergi ke kamar mandi.

“Arrrgh KFC banget pak Tarmiji nih!” seru Jimi kesal.

“KFC apaan Jim? Kok sampai KFC sih, lo lapar?” tanya Wira.

“KFCCCC..KENTANG FRIED CHICKEN alias tanggggggguuuunnnggg bgtt.” ujar Jimi kesal.

“Haha kalem guys, orang sesusia pak Tarmiji itu kalau sering kencing artinya bagus ga ada batu ginjal.” Tukas Zen.

Kami pun sibuk sendiri-sendiri sambil menunggu pak Tarmiji kembali sampai akhirnya pak Tarmiji sudah kembali membawa sekantung plastik berisi gorengan. “Sori abis ke kamar mandi, bapak pergi sebentar ke rumah tetangga beli gorengan buat kalian nih.” Kedatangan pak Tarmiji saja sudah membuat kami senang ditambah lagi beliau membawakan sekantung gorengan. Antara lapar dan penasaran kami segera menyerbu isi gorengan dalam kantung. Pak Tarmiji tertawa terkekeh melihat kelakuan kami.

“Nah sambil kalian makan gorengan, bapak akan melanjutkan cerita tadi. Jadi begitu kedua kubu saling bentrok, membuat Pak Sofyan panik dan hendak menelepon kepolisian tetapi kami semua meminta pak Sofyan untuk menahan diri dulu karena bapak dan para guru melihat ada yang aneh dengan cara mereka saling berduel. Mereka satu sama lain saling berdiri berhadapan dalam jarak dekat lalu saling adu pukul ke arah muka tanpa berusaha ada yang menangkis, benar-benar adu pukul, adu kekuatan dan adu daya tahan tubuh. Jika ada yang tumbang, dia dianggap kalah dan harus telungkup di lantai. Pihak yang menang akan menduduki punggung mereka dan mengawasi pertarungan lain yang masih berlangsung. Kami yang mengamati mereka dibuat terkesiap karena baik Tomo mapun Joni masih berdiri diam di tempat mereka saling menatap. Di saat pertarungan simultan pengikut mereka mulai menampakkan hasil dimana satu persatu pengikut Tomo lebih banyak yang menang, dengan langkah tenang keduanya berjalan ke tengah aula di bawah tatapan ratusan orang hingga akhirnya saling berhadapan. Secara tampilan fisik dan postur tubuh, Joni bertubuh lebih pendek dan lebih kecil daripada Tomo. Orang yang pertama kali melihat keduanya akan langsung menjagokan Tomo karena fisiknya yang terlibat superior. Tapi bagi kami yang mengenal benar kelakuan Joni selama 4 tahun di SMA, Joni bukan remaja sembarangan yang bisa Tomo kalahkan dengan sekali pukul. “

“Ah paling-paling Joni ini seperti Leo yang sok kuasa karena bokapnya jadi wakasek. Joni jadi siswa paling ditakuti di sekolah karena mengandalkan status bokapnya yang pemimping geng di Kota.” celetuk Abas santai.

“Hehe ya rata-rata seperti itulah perkataan terakhir beberapa siswa yang melecehkan Joni lalu menantang Joni. Mereka mengira Joni hanya anak manja lemah yang mengandalkan nama bapak saja. Nasibmu bisa sama seperti mereka di akhir cerita, yakni mati konyol di tangan Joni.”

“Mat...mati...di tangan Joni..pak? Maksud bapak?” tanya Abas dengan suara terbata-bata.

“Kebringasan Tomo pada waktu itu tidak apa-apanya dengan kebringasan Joni. Selama 4 tahun bersekolah disini, 4 nyawa sudah meregang sia-sia di tangan Joni dan semuanya bertubuh lebih tinggi dan besar dibandingkan dengan joni. Namun joni membuktikan bahwa ukuran menjadi nomor sekian dalam hal pertarungan bebas. Kalau hanya menantang Joni tanpa membawa-bawa nama bapak Joni, patah 1-2 tulang sudah di anggap beruntung waktu itu. Semua siswa yang melecehkan Joni lalu berani menantangnya berkelahi, semua dimatiin Joni.”

“Joni pandai berkelahi menggunakan senjata pak? Bukankah duel dengan tangan kosong pada waktu itu, dalam tanda kutip lebih dihormati daripada pakai senjata?” tanya Zen.

“Eh tapi kok Ilyas dan pak Tomo duelnya pakai pisau lipat ya?” tambah Astra.

“Memang duel dengan tangan kosong adalah cara duel terhormat, namun untuk beberapa orang, mereka tidak peduli dengan kehormatan, yang penting adalah menang dan kalau bisa lawannya mereka matiin. Salah satunya Ilyas, ketika duel Tomo melawan Ilyas akhirnya terjadi, Ilyas langsung mencabut pisau lipat sementara Tomo murni dengan tangan kosong. Lalu entah siapa tiba-tiba dari arah kerumunan ada yang melemparkan pelan pisau lipat ke arah Tomo. Tomo yang tahu kalau Ilyas jago berantem menggunakan pisau pun akhirnya mengambil pisau tersebut. Hasil akhirnya sudah bapak ceritakan di awal kan.”

“Kalau begitu, Joni membunuh lawannya dalam perkelahian dengan tangan kosong?” tanya Zen.

“2 dari 4 siswa yang dimatiin Joni, dibunuh dengan tangan kosong yakni dipukul di bagian dada tepat mengarah ke jantung dan yang satu lagi, sikutan Joni mengenai kepala bagian belakang. Yang 2 lagi mati dengan cara yang lebih sadis, ketika lawannya pingsan setelah kalah, Joni menghantam lawannya yang sudah tidak berdaya dengan batu yang diarahkan ke kepala, bukan cuma 1 kali hantaman tetapi 3 kali membuat kepala anak malang itu bocor parah dan meninggal di tempat.” ujar pak Tarmiji lirih.

“Anjing....sadis banget.....”

“Itu anak SMA atau pembunuh sih?”

Terdengar beberapa gumaman temanku, aku sempat menatap Zen dan entah kenapa ekspresi Zen langsung menegang dan mukanya memucat. Ketakutan kali Zen membayangkan siswa-siswa yang dihabisi Joni, batinku.

“Itu belum seberapa jika dibandingkan dengan lawan terakhir yang Joni bunuh. Sama seperti sebelumnya, saat lawannya pingsan. Joni mengeluarkan kotak kecil dari saku celananya dan ternyata berisi sebuah jarum suntik dengan jarum yang cukup panjang. Joni mendatangi anak malang itu, menjambak rambutnya kemudian suntikan tersebut ditancapkan tepat di mata kanannya, menembus kelopak mata yang masih terpejam dan tentu saja juga menembus bola matanya. Di saat kami mengira joni hendak membuat lawannya buta, joni menekan pangkal alat suntiknya dengan cepat sehingga isi cairan dari alat suntik tersebut masuk ke dalam bola mata melalui jarumnya. Tubuh lawan si joni langsung mengejang hebat namun joni menekan dada anak malang tersebut dengan lututnya sehingga dia hanya bisa mengejang tanpa bisa meronta sampai akhir diam tak bergerak. Joni kemudian mengeloyor pergi begitu saja dengan anak buahnya meninggalkan lawannya diam tak bergerak di dekat lokasi parkiran yang sekarang dijadikan taman dekat kantin. Kami dan beberapa guru langsung melarikan anak tersebut ke rumah sakit namun begit,u sampai di rumah sakit anak tersebut sudah meninggal dunia. Usut punya usut penyebab anak tersebut meninggal karena kerusakan otak akibat pukulan keras di area kepala bahkan yang lebih mengejutkan di otaknya juga ditemukan zat psikotropika yang masuk lewat jarum suntik yang disuntikkan joni.”

Kami berenam agak gentar mendengar kisah kebengisan joni. Astra dan jimi yang sedang memegang rokok terlihat gemetaran.

“sepertinya kita harus bersyukur sekali tidak masuk ke sekolah ini di jaman yang sama dengan pak tomo dan joni.” Ucap abas elan. Tidak ada yang menyahut perkataan abas barusan namun aku dan teman yang lain juga memiliki perasaaan yang sama dengan yang dikatakan abas.

“pihak sekolah diam saja melihat pembunuhan tersebut pak?”

“kasus ini cukup menggemparkan pada saat itu, sehingga tanpa melapor pun , kasus ini terdengar sampai ke pihak kepolisian. Beberapa hari kemudian pelaku masuk penjara dan mengakui perbuatannya. Tanpa proses sidang yang berbelit-belit karena pelaku dengan gamblang mengakui perbuatannya, Karena masih dibawah umur,pelaku masuk ke lapas anak. Dalam 2 minggu kasus ini selesai dan resmi di tutup.” Terang pak tarmiji.

“jadi joni sempat masuk lapas anak pak?” tanyaku.

Namun pak tarmiji menggeleng. “yang mengakui perbutan tersebut bukanlah joni melainkan salah satu anak buah joni. Berkat iming-iming dari joni dan mungkin kuatnya koneksi bapak joni di Kepolisian, polisi juga nampak dengan sengaja menelan mentah-mentah pengakuan tersangka gandungan. Yang penting sudah ada tersangka, BAP cepat dimajukan ke sidang yang selesai dengan cepat maka kasus ini bisa segera di tutup. Itu semua sudah cukup menjawab desakan penegakan hukum di mata masyarakat.”

“ini bukan anak SMA lagi, tapi mafia berkedok seragam SMA.” Gumam wira.

“sejak saat itu level joni bukan hanya bengis namun juga sadis. Tidak ada yang berani membantah apapun perkataan joni. Joni menjadi raja kecil di sini. Bahkan pak wahid sebagai kepsek un takut dengan pengaruh bapaknya joni. ”

“eh pak, punya foto joni gak? penasaran banget gue pengen liat tampang tuh foto anak mafia.” pinta astra.

pak tarmiji membuka beberapa lembar halaman di album foto lalu memutar album foto menghadap ke arah kami kemudian jemarinya menunjuk foto seorang murid yang sedang duduk sendirian tanpa ekspresi di tengah gerombolan orang yang berdiri.“ini foto joni ketika kelas 1. Setelah itu dia tidak pernah mau lagi untuk di foto.”

“gak nyangka yah tampang biasa begini ternyata mengerikan aslinya.” Ujar jimi.

“eh pak ending duel pak tomo dengan joni bagaimana tuh akhirnya? pak tomo yang menang kan?”

“fiuh, duel keduanya adalah duel 10 menit paling mengerikan yang pernah bapak saksikan bahkan samai hari ini. kami semua yang menyaksikannya sampI menahan nafas dan adrenalin ikut naik. Tanpa rasa takut keduanya berbalas pukulan dalam jarak dekat. Kita yang menyaksikannya saja ikut tensi tinggi, apalagi keduanya. Adrenalin keduanya seperti terpompa maksimal dan membuat mereka tidak merasa kesakiptan dan terus saling serang. Udah kayak orang kesurupan lah pokoknya. Sampai akhirnya batas kekuatan salah satu dari mereka mencapai titik akhir. Joni tumbang untuk pertama kalinya dan tidak sanggup bangkit. Tomo menang dengan kondisi hidung patah, dua gigi tanggal, bibir sobek, pelipis bocor, kedua mata bengkak, kening benjol-benjol. Luka joni juga kurang lebih sama. perbedaan mereka sangat tipis sekali. Sejak saat itu tomo mendapat julukan the tank karena daya serangnya yang agresif dan resmi menjadi siswa nomor 1 di sekolah ini pada waktu itu.”g

“gue ngebayangin aja ikut tegang men serasa ada disana langsung menyaksikannya. pak tarmiji hebat nih dalam bercerita. “ puji astra lalu disusul dengan sebuah pertanyaan yang juga hendak aku tanyakan. “apa yang terjadi selanjutnya pak? Joni gak balas dendam gitu?”

“tidak, justru keduanya malah menjadi akrab dan menjadi duo yang menakutkan. Lalu keduanya saling bekerjasama untuk menakklukkan semua sekolah SMA di kota ini yang berjumlah puluhan. Tepat 1 atau 2 bulan sebelum ujian akhir, keinginan mereka tercapai. Dan joni pun memutuskan untuk lulus dari sekolah ini dengan perasaan puas. Setelah lulus joni melanjutkan kuliah di luar negeri dan tetap menjalin persahabatan dengan tomo hingga hari ini. Joni saat ini sudah menjadi pengusaha kontraktor alat berat dan logistik."

“ketika keinginan pak tomo untuk menjadi yang terkuat telah tercapai, apa beliau merasa puas dan bahagia pak?” aku bertanya ke pak tarmiji.

“itu juga pertanyaan yang bapak tanyakan ke tomo. Namun sepertinya pertanyaan tersebut juga tidak bisa tomo jawab dan membuat dirinya tersinggung, lalu bapak dihajar tomo sampai harus menginap seminggu di rumah sakit. Bapak tidak merasa sakit hati dengan tomo, karena kalau tomo serius menghajar bapak pada waktu itu. Bapak pasti sudah mati. Kebringasan tomo makin menjadi ketika dia naik kelas 2, sampai dia tidak segan untuk menghajar kawan-kawannya sendiri tanpa alasan yang jelas. hal ini membuat semua orang mulai mengucilkan tomo. Tomo depresi dan sampai suatu hari setelah sepulang sekolah, dia menemui bapak dan melemparkan sebuah pernyataan ke bapak.”

“pernyataan? pernyataan apa pak?”

“menjadi orang terkuat dan nomor 1 ternyata begini membosankan, semua orang takut sama gue dan berusaha menghindari gue. Kalau sudah begini, gue akan terus membuat kekacauan di dalam dan luar sekolah sampai gue bisa menemukkan orang yang lebih kuat daripada gue."

"BEsoknya Tomo benar-benar menjadi semakin lepas kendali. Dan lambat laun muncul isu segerombolan orang sedang menggalang kekuatan ingin menghabisi tomo. Tomo berang dan menghabisi satu-persatu orang yang ia curigai tanpa alasan jelas . Disaat keadaan semakin tidak terkendali, muncul sosok baru yang menjadi kepala sekolah SMA NEGERI XXX menggantikan pak wahid yang pensiun. Berkat kehadiran kepala sekolah yang baru ini, lambat laun keadaan sekolah kita berubah 180 derajat menuju ke arah yang lebih baik. Sekolah yang sudah seperti sarang penjahat mulai dikembalikan kodratnya sebagai pusat pendidikan. Niat pak agus, nama kepala sekolah yang baru, jelas berbenturan dengan tomo, begundal yang jelas tidak suka kerajaannya di usik.”

perkataan pak tarmiji terhenti ketika hapenya berbunyi. Setelah berbicara dengan seseorang yang sudah menghubunginya, pak tarmiji bilang bahwa istrinya menelepon dan meminta bantuan pak tarmiji untuk membantu berjualan. Sehingga ia tidak bisa meneruskan cerita,”kapan-kapan kita sambung lagi.”ujarnya.

Sebenarnya kami merasa tangggung, karena kami penasaran dengan sosok Pak Agus dalam menghadapi rintangan terbesarnya untuk memgubah sekolah yakni pak Tomo muda. namun sudah diperbolehkan mendengar sekelumit kisah masa lalu sekolah ini dan pak tomo yang begitu menakjubkan membuat kami harus mengucapkan banyak terimakasih ke pak tarmiji. Kami berenam lalu pamitan ke pak tarmiji dan sudah pasti pulang dengan berbagai macam pemikiran masing-masing. entah apa yang dipikirkan oleh teman yang lain namun aku sudah sibuk dengan pertanyaan,

“kalau sudah menjadi yang terkuat , lalu apa?”


Aku menggeliat di tempat tidur, memikirkan kembali kunjungan kami ke rumah pak termiji tempo hari lalu, membuat pikiranku lelah dan membutuhkan istirahat. kopi hitam yang kuminum tadi sepertinya tidak mampu menahan rasa kantukku.

01.44

Aku sempat melirik ke jam dinding yang tergantung di atas dinding, wah uda nyaris jam 2 dini hari. Aku lalu membuka baju yang kupakai sehingga hanya mengenakan celana kolor dan tak butuh waktu lama, aku tertidur lelap.

***
Sepulang sekolah, aku langsung makan sambil menonton tv. Selesai makan aku masih melanjutkan nonton tv yang kebetulan menayangkan berita seputar olahraga dan sambil menonton tv aku mengobrol dengan mba wati yang sedang menyiapkan adonan dan memotong tahu, tempe, singkong, ubi dan lain-lain untuk dibuat gorengan. Dari mengobrol ngalor-ngidul sampai akhirnya tiba-tiba Mba Wati bertanya tentang kabar Dita.

Karena tidak tahu mesti menanggapi pertanyaan mba Wati seperti apa, yang keluar dari mulutku hanya "Ooooh." Panjang.

"Kok cuma ohh sih. Mba perhatikan Dita mungkin sebulan terakhir ini sudah tidak pernah main ke sini. Biasanya dia kalau gak makan, ya minum es teh sambil ngobrol-ngobrol disini. Cuma sesekali pesan makanan itu pun bibi nya yang kesini, bukan Dita langsung. Kamu udah putus toh dengan Dita.?"

Aku yang sedang minum es teh langsung tersedak mendengar kalimat terakhir dari mba Wati. Setelah batukku mereda aku menjawab, "Jadian aja belum mba, kok bisa bilang putus toh."

"Owh belum jadian toh, kirain. Yan, kamu suka sama Dita? Maksudku suka alias naksir. Mba kasih bocoran dikit, Dita itu suka sama kamu. Yah ada rasa gitulah. Kalau kamu juga suka Dita, mba rasa kalian cocoklah."

Agak gimana gitu rasanya waktu mba Wati bilang kalau Dita itu sebenarnya suka sama aku. "Hmm. Kalau dibilang suka sih, Yandi suka sama Dita."

"Kalian tu udah sama-sama suka sebenarnya. Cuman yang satu gak peka, yang satu lagi ngambekan. Atau jangan-jangan Dita udah.....mbo apa-apain, makanya dia marah sama kamu." Goda mba Wati dengan suara pelan.

Gregetan juga aku di godain mba Wati tentang perubahan sikap Dita. Tapi aku paham sih kalau Dita sudah tidak pernah kesini lagi, setelah aku melupakan janji untuk keluar dengannya, boleh dibilang kami sudah lost contact, WA, SMS bahkan teleponku tidak pernah bisa terkirim atau tersambung. Nomorku sudah diblok total oleh Dita. Intinya meskipun rumah kami berhadapan, aku tidak pernah bertemu dengan Dita. Sekalinya aku bertemu Dita, justru di waktu, momen dan tempat yang salah. Yakni di burjo bang Roni, tepat ketika aku sedang dalam mood yang buruk setelah diancam halus oleh Oscar lalu mendapat peringatan dari Axel. Eh pas mau pulang malah tanpa kusangka aku disapa oleh Puput anak SMA SWASTA XXX salah satu teman Axel yang sedang bersama Dita. Dita sepertinya kaget mengetahui Puput kenal denganku, terlebih melihat wajahku yang masih babak belur hasil berantem dengan Jati. Dita memasang sikap seolah-olah kami tidak saling mengenal. Hingga akhirnya pas pulang, aku menyelinap pergi mengendap-endap di belakang Dita yang menunggu Puput. Apa jangan-jangan Dita tahu aku menyelinap pergi darinya ya?

" Yah, malah melamun sih." Ujar mba Wati.

Setelah menimbang-nimbang, akhirnya aku curhat ke mba Wati bercerita apa yang sebenarnya terjadi. Aku ceritakan tentang janji yang tidak kutepati, masalah berat yang kuhadapi di sekolah, yang aku simpan rapat-rapat dari mba Asih juga kuceritakan dan tentu saja tentang pertemuan tidak sengaja kami di burjo bang Roni. "Dan sepertinya Dita udah punya pacar mba. Pacarnya aku kenal. Mereka satu sekolahan."

"Oalah. Ya jelas aja Dita gak pernah kesini lagi Yan. Lha sikapmu yang gak tegas, ingkar janji, belum minta maaf langsung pula ke Dita. Kalaupun Dita udah punya pacar, bukan berarti kamu terus gak minta maaf, kamu tetap hutang minta maaf ke Dita. Yan, perempuan tuh itungan banget loh masalah minta maaf apalagi dalam posisi orang lain yang salah. Dita gak salah apa-apa, kamu yang salah."

Tanggapan mba Wati membuatku makin merasa bersalah. " Yandi mau minta maaf mba ke Dita, cuman nomor Dita gak bisa dihubungi lagi." Aku mencoba membela diri. Mba Wati yang sedang memasukkan adonan ke dalam tahu untuk dibuat tahu isi, sampai berhenti dan menatapku.

"Kalau rumahnya Dita di Arab Saudi , terus kamu di kampungmu yang jauh itu, terus nomor hapemu di blok sama Dita. Mba Wati bisa terima alasanmu kalau kamu gak bisa ketemu Dita langsung. Lha ini Dita rumahnya hadep-hadepan sama rumahmu cuma kepisah jalan 4 meter, kamu gak gerak sama sekali, kui jenenge koe kui sing ora teges, wis genah salah tapi kakean alesan. Iki sifat sing paling ora di senengi cah wedok, lanangan jirih sing wedi jaluk ngapuro !! Wis malah beneran nek Dita wis due gandengan, aku nek dadi Dita yo wegah nunggu lanangan sing ra cetho koyo kowe kui Yan. (Itu berarti kamu itu laki-laki yang gak tegas, udah jelas salah tetapi banyak alasan. Ini sifat yang paling dibenci oleh perempuan, laki-laki pengecut yang takut minta maaf !! Malah bagus kalau Dita udah punya pacar, kalau aku jadi Dita, aku juga gak mau nunggu laki-laki yang gak jelas seperti kamu Yan)."

Aku kaget mendengar nasihat dan teguran keras dari mba Wati dengan kata-kata yang cukup menusuk perasaan. Tapi aku gak bisa marah, karena yang dikatakan mba Wati itu memang benar.

"Hei, malah melamun. Ayo cepat minta maaf ke Dita sekarang!!"

"Eh mba, sekarang mba?"

"Engga, nunggu mba nikah lagi, baru kamu minta maaf ke Dita.. Ya sekarang lah ! Makin lama kamu minta maaf ke Dita, makin susah Dita maafin kamu Yan."

"Tapi mba..Kan aku gak tahu Dita udah ada di rumah atau belum?"

"Ambilin hp mba, di atas kulkas." Perintah mba Wati. Aku menuruti perintah mba Wati dan segera pergi ke dapur untuk mengambil hp-nya lalu ku berikan ke mba Wati. "Tangan mba belepotan Yan, buka hp mba. Paswordnya 696969. Terus cari nama Dita Cantik di kontak. Terus kamu telpon."

"Lah, aku nelpon Dita nih mba?"

"Memang kamu berani bicara dengan Dita di telepon?"

Aku menggeleng. " Makanya, mba yg bicara dengan Dita. Kamu pencetin nomornya, di loudspeaker aja. Biar kamu dengar."

Aku sempat kaget saat membuka hp mba Wati karena yang muncul di wallpaper adalah foto mba Wati full make-up.

"Eh jangan dilihatin terus. Itu foto mba waktu masih gadis, mau ngamen Yan."

Sepertinya mba Wati tahu aku sedang memperhatikan wallpapernya. "Ngamen? Masak ngamen cakep kayak gini mba?"

"Hehe ngamen dari panggung ke panggung dangdutan Yan. Dulu mba ikut grup musik dangdut."

"Wuih pinter nyanyi dangdut nih."pujiku.

"Halah. Eh udah-udah. Cepat telponin Dita."

Setelah menemukan nomor Dita, aku segera menekan tombol telepon dan kuaktifkan loudspeaker. Aku memegangi hp dekat dengan mba Wati. Tak lama kemudian terdengar jawaban.

"Halo mba Watii."

"Haiii cantiiikk."

"Ada apa nih mba?"

"Eh malah mba tu yang mau nanya ada apa nih sama Dita. Kok sekarang jarang banget main kesini. Udah gak doyan sama masakan sini yah?"

"Eh enggak kok mba. Dita masih sering nitip bibi buat beli makanan situ kok. Dita jarang main makan disana langsung karena kalau pulang sekolah selalu kesorean, jadi ya Dita makan dulu sebelum pulang."

"Oh gitu. Dita masih di sekolah atau sudah di rumah?"

"Di rumah mba, barusan sampai rumah."

"Udah makan belum? Kalau belum makan, kesinilah makan disini."

"Ehm..Dita..Dita uda makan mba. Beneran."

"Padahal hari ini ada menu spesial loh kesukaan Dita, Garang Asem sama es kolak pisang."

"Ah mau tapi Dita udah makan, nanti kalau makan terus bisa gendut terus di omelin sama pelatih cheerleaderku mba."

"Kalau udah makan, es kolak pisang aja. Enak lho sore-sore gini makan es kolak pisang segar. Mba anterin ke sana yah."

"Umh. Kalau es kolak pisang boleh deh. Gak usah di anterin ke sini mba. Biar bibi yang ambil."

"Gak usah.Dita tunggu aja disana yah."

Saat Dita hendak menolak, mba Wati langsung memintaku untuk mematikan teleponnya.

"Nah, Dita ada di rumah sekarang. Mba cuci tangan dulu." Mba Wati ke dapur lalu membawa semangkuk besar berisi es kolak pisang yang sudah ditutup piring plastik.

"Nih bagian mba uda selesai. Sekarang giliran kamu Yan. Tunjukkan kejantananmu ke Dita. Maksudnya keberanianmu untuk meminta maaf ke Dita lho ya, bukan nunjukkin burungmu ke Dita. Hahaha." Mba Wati tertawa tergelak mengejekku.

"Hedeh, ya iyalah mba."

"Udah cepat anterin es kolak pisangnya." Mba Wati menyerahkan mangkuk yang ia pegang kepadaku. Melihat aku sepertinya masih agak bingung karena hendak menemui Dita, mba Wati lalu memberikan nasehat.

"Jujur saja Yan ke Dita. Ceritakan apa adanya ke Dita. Tujuanmu adalah meminta maaf. Perkara nanti Dita memaafkanmu atau tidak itu urusan lain. Dan nanti jangan kaget atau kecewa kalau Dita cerita dia sudah punya pacar."

Aku tersenyum ke mba Wati. "Iya mba." Lalu dengan langkah mantap aku ke rumah Dita membawa semangkuk es kolak pisang dan harapan. Harapan agar Dita memaafkanku dan kami bisa kembali akrab seperti dulu.

Akrab seperti dulu? Kalau Dita sudah punya pacar gimana?


= BERSAMBUNG =

15 comments for "LPH #33"

  1. Nambah lg om,kurang ini klo cuma 2 aja
    😎😎😎✌✌

    ReplyDelete
  2. Baca di sini donk.


    Tenang aje.


    Sebelum malam taun baru, udah gw uplod ulang ep 1-86



    Ttd


    Serpanth


    Semangaaaat target nya smoga achive.. hehehehe

    34 - 86.. aiiiish.. pantau terusss sblm tahun baruu

    ReplyDelete
  3. Ayo tetap semangat Pak Serp

    Beuh jaman Pak Tomo SMA kaya jaman koboi

    Hajar terus

    ReplyDelete
  4. SS yandi sama dita waktu liburan di lombok di tampilin dong suhu..

    ReplyDelete
  5. bentar lagi episode fav sy nih..pas demonstrasi kekuatan ala yandi..damn cool..ediannn part itu..
    gass polll hu

    ReplyDelete
  6. Mana nih,episode yandi vs puput,,,,

    ReplyDelete
  7. Belum ada update lagi nich... Para bajindula udah menanti..

    ReplyDelete
  8. Tar malam baru upload ulang lagi.

    Masih vanjir

    ReplyDelete
  9. mudahan kota xxx gak banjuir

    ReplyDelete

Post a Comment