Featured Post

LPH #10

Episode 10
Tatapan Matamu….




(pov : Dita)


“Dadah Dita, met tidur ya. Sekalian dikunci gak pintu gerbangnya?” Ujar Yandi di depan pintu gerbangku.

“Gak usah,biarin gitu aja gapapa.”

“aku pulang dulu ya.”

“iya,.”

Aku lihat Yandi menyeberang jalan tapi dia memutar tidak melalui pintu depan. Setelah Yandi menghilang, aku lalu mengambil kunci rumah dalam tas. Yandi pasti tertawa lagi kalau melihat gantungan kunci rumahku seperti tadi ia tertawa geli saat melihat gantungan kunci motorku berupa boneka spongebob. Kalau kunci rumahku ini juga aku berikan boneka temannya Spongebob yakni Patrick hihi. Aku sengaja memberikan gantungan kunci motor dan kunci rumah berupa boneka ya sekitar 20 cm tingginya agar aku mudah mencarinya karena aku orangnya agak teledor kalau menyimpan barang-barang kecil. Begitu masuk ke dalam rumah, rumahnya terasa sepi. Aku tidah heran lagi melihat kondisi rumah yang sepi, papa mama belum pulang dari acara kantor papa karena tadi pas Yandi masukin motorku ke dalam garasi hanya ada mobil Honda Jazz milik mama, mobil Mercy milik papa belum ada.

Aku sudah terbiasa mendapati kondisi rumah sepi karena papa mama pergi, asalkan tidak gelap karena mati lampu aku berani di rumah sendirian. Sebenarnya aku dulu tidak merasa kesepian karena meskipun papa mama pulang dari kantor selalu larut malam, ada mba Ratih yang menemaniku di rumah. Tapi ketika mba Ratih lulus SMA dia melanjutkan kuliah di Aussie pas aku kelas 2 SMP. Aku sedih sih begitu tahu keputusan mba Ratih kuliah jauh banget tapi mau gimana lagi, mba Ratih memang pintar dan dia dari dulu memang ingin kuliah di luar negeri, biar mandiri katanya. Jadilah aku selalu sendirian di rumah. Sebenarnya ada pembantu sih di rumahku, mang Diman dan mak Ijah. Mang Diman itu tukang kebun yang ngurus taman di halaman rumah dan taman di belakang rumah yang jauh lebih besar. Sementara mak Ijah itu pembantu yang mengurus kerapian rumah, masak, nyuci, setrika dan bersih-bersih rumah. Keduanya sudah dipekerjakan papa sejak kami pindah ke rumah ini 10 tahun yang lalu. Sebenarnya rumah ini memiliki 2 kamar pembantu di belakang dekat dapur tetapi jarang dipakai karena mang Diman dan mak Ijah setelah menyelesaikan semua pekerjaan mereka pulang tidak menginap disini karena rumah mereka tidak jauh dari sini. Mak Ijah setiap hari datang ke rumah jam 4 pagi dan biasanya pulang di atas jam 6. Sementara mang Diman datang sekitar jam 5 pagi dan pulang jam 3 sore.

Sebelum ke kamar aku mampir ke dapur untuk ambil beberapa snack dan membuat segelas coklat panas. Begitu sampai kamar, aku ganti baju lebih santai dan lebih minim hihi karena toh aku sendirian di kamar. Kaos pink dan celana jeans yang aku pakai jalan tadi kulempar ke keranjang baju kotor. Bra putih yang kukenakan juga kulepas, kini aku hanya memakai celana dalam warna merah. Aku mematut diriku di depan kaca besar yang ada di kamarku. Karena kaca tersebut berukuran besar, aku bisa melihat pantulan diriku secara keseluruhan dari kaki hingga kepala. Seksi juga badanku nih meskipun kecil. Aku beberapa kali bergaya berjalan bak peragawati, lalu melakukan beberapa gerakan dance. Lalu aku mengambil hapeku dan memfoto bayanganku di cermin. Wuih seksi juga karena kedua payudaraku terlihat jelas dan aku hanya memakai celana dalam, warna merah pula jadi keliatan makin seksi. Beberapa kali aku menjepretkan camera hape untuk mengambil fotoku yang sangat nakal ini. Lalu rambutku yang panjang kuatur menutupi dada dan putingku. Hape kupegang dan kuturunkan sampe depan pusar, sehingga meskipun tertutup rambutku yang panjang tetap terlihat tonjolan dan belahan dadaku. Aku kemudian menyudahi selfie nakalku karena AC sudah mulai dingin. Aku lalu ke lemari baju dan memilih beberapa tanktop seksi maupun pakaian tidur yang mini. Tapi aku lalu melihat sports bra warna hitam milikku yang sudah lama tidak aku pakai karena karetnya sudah molor, namun bahannya enak. Akhirnya kuambil sport bra tersebut dan kukenakan. Hmm masih nyaman dipakai.

Aku kemudian baring-baring di tempat tidur yang dipenuhi oleh boneka-boneka berbagai ukuran dan berbagai bentuk. TV kemudian kunyalakan agar suasana kamar tidak terlalu sepi. Kuganti channel-channel TV tapi tidak ada satupun yang membuatku tertarik. Volume TV kukecilkan tapi tetap menyala. Kuambil hapeku dan headset di samping bantal. Lalu kupakai headset dan kuputar musik di hape. Lagu pertama yang kuputar adalah salah satu lagu favoritku berjudul “Mind” milik Skrillex + Diplo feat Kai. Aku sukaa banget lagu ini, karena meskipun beat dan dropnya tidak sekencang lagu-lagu EDM khas Skrillex tapi lagu malah berasa manis dan liriknya yang juga dalam.




You love how you push me to the point of crazy
And I love when you're on your knees and begging for me
You got me good with all these mind games
There you go, you got my heart again

Say my name, I wanna hear you call
Hold me close, I wanna feel your heart
I'm in a cold sweat and I want you bad
Now you got me all in my head, like damn

I'ma show you how, show you how, show you how
To love again

Ditemani lagu ini, pikiranku jadi melayang kemana-mana, terutama tentang hari ini. Tadi pulang sekolah aku diantar oleh kakak kelasku, Kak Puput. Hari ini aku ke sekolah tidak bawa motor karena lagi malas bawa, jadi tadi aku berangkat naik Go-Jek. Sepulang sekolah aku tidak langsung pulang karena lanjut latihan esksul cheerleader di sekolah. Usai latihan dan bersiap pulang, tiba-tiba salah satu anak basket mendatangiku dan mengajakku ngobrol tentang latihan hari ini. Dia adalah kak Puput, anak basket yang juga kakak kelasku di SMA Swasta XXX. Antara anak basket dan anak cheerleader sering latihan bareng karena jadwalnya memang sama, jadi rata-rata kami sudah saling kenal satu sama lain, termasuk kak Puput. Dia salah satu pemain basket inti di sekolah kami, meskipun baru kelas 2 tapi kemampuannya yang menonjol membuat dia mampu merebut posisi inti di tim basket sekolah. Dan bukannya aku ge’er tapi akhir-akhir ini dia sering WA dan telpon, sering nge-like postingan IGku dan sering ajak aku makan bareng di kantin, bahkan mengajakku jalan-jalan. Ya kalau pas aku lagi bisa dan lagi gak males aku sih mau saja diajak jalan. Sepertinya Kak Puput sedang pedekate sama aku. Dan kedekatan kami sekolah membuat teman-teman dekatku di kelas bertanya-tanya kenapa kok aku sama Puput. Aku sih tidak heran dengan sikap teman-temanku tersebut karena kak Puput punya reputasi sebagai anak nakal di sekolah. Sering bolos sekolah, sering berantem di sekolahj maupun di luar, pokoknya jelek banget deh image-nya. Tapi diluar reputasinya tersebut, sikap kak Puput itu baik banget dan perhatian sekali kepadaku dan sebenarnya dia juga termasuk pintar karena meskipun sering bolos dan dipanggil guru BP, dia selalu masuk peringkat 10 besar di kelasnya. Itu yang membuatku oke-oke aja jalan sama kak Puput.

PUPUT - KLS 2 (SMA SWASTA XXX)



















Makanya tadi saat tahu aku sedang order Go-Jek untuk pulang ke rumah, kak Puput menawariku untuk mengantarku pulang. Karena kebetulan aplikasi Go-Jek sedang eror dan susah sekali order, aku pun mengiyakan tawarannya tersebut. Pas sampai dirumahku tadi kak Puput juga mengajakku jalan malam ini, tapi aku menolak dengan halus dengan alasan aku sudah ada janji sama teman. Karena menurutku cewek kalau mau diajak seorang cewek jalan di weekend bisa dianggap sinyal bahwa si cewek juga suka dengan si cowok. Dan itu pula kenapa aku menolak ajakan kak Puput karena aku tidak mau dia salah sangka karena sekarang ini aku cuma menganggap kak Puput teman karena saat ini aku belum berpikir untuk memiliki pacar.

Ketika lagu di hapeku memutar lagu Trance of Love, single dari DJ Kevlar, otomatis aku teringat malam tadi aku main ke mall sama Yandi dan kebetulan DJ Kevlar sedang perform di acara Dance Cover Competition. Aduh memang ganteng banget si Kevin, ketika dia berada di balik tuntablesnya dia bisa menyihir kami untuk bergerak dan melompat sepanjang lagu. Sebenarnya aku senang karena tahu Kevin itu satu sekolah dengan Yandi dan aku berharap Kevin sekelas dengan Yandi. Jadi ketika Yandi bercerita bahwa dia sekelas dengan Kevin aku luar biasa senang. Aku senang karena kapan-kapan Yandi bisa mengenalkanku dengan Kevin secara langsung, tapi senyumku langsung pudar ketika Yandi bilang dia tidak kenal secara pribadi dengan Kevin, bahkan berbicara dengan dia pun belum pernah. Ah payah banget si Yandi huh masak uda seminggu di kelas, belum kenal dan ya minimal ngobrol dengan semua orang di kelas. Sepertinya Yandi tidak mudah bergaul dengan semua orang di lingkungan yang baru. Ah Yandi untuk kamu orangnya hitam-hitam manis hihihi.

Ah Yandi, aku banyak mendengar cerita tentang dia dari mba Asih. Selain bertetangga, aku juga sering beli makan di warung milik mba Asih. Selain makanannya enak-enak, mba Asih juga enak di ajak ngobrol apa saja. Mba Asih sering menyinggung tentang adik cowoknya yang masih tinggal di kampung yang masih seumuran denganku. Aku seringkali tertawa ketika mendengar cerita mba Asih tentang kenakalan yang dilakukan Yandi dari SD hingga SMP.Mulai dari sering berkelahi, ketahuan merokok, belajar mabuk-mabukan bahkan sampai akhirnya Yandi ketahuan nonton film porno dirumah bareng teman-temannya. Meskipun nakal ada hal yang membuat mba Asih bangga dengan Yandi yakni Yandi termasuk anak pintar, meskipun sering bolos, nilai-nilai Yandi selalu tertinggi di kelasnya sedari SD sampai SMP. Paling jelek rangking 3. Yandi memiliki ingatan yang sangat kuat, jika orang lain butuh waktu lama untuk menghapalkan sesuatu dia hanya sekali baca sudah hapal. Hampir semua mata pelajaran Yandi pintar tapi mata pelajaran yang sering mendapat nilai 9 bahkan 10 adalah mata pelajaran Matematika, Sejarah dan Bahasa Inggris. Mendengar segala kelebihan dan kekurangan Yandi dari mba Asih membuatku terasa sudah kenal lama dengan Yandi dan membuatku penasaran ingin berkenalan langsung dengan Yandi.

Tapi aku turut bersedih bahkan sampai ikut menangis ketika kira-kira sebulan lalu, kami para tetangga dikagetkan dengan suara teriakan histeris dan tangisan yang kencang yang berasal dari rumah mba Asih. Aku dan mama yang belum berangkat langsung mendatangi rumah mba Asih. Pas sampai rumahnya, mba Asih sedang dibopong suaminya mas Sulis ke ruang tengah karena pingsan. Tetangga yang lain juga makin ramai datang ke rumah Mba Asih karena penasaran apa penyebab Mba Asih menangis histeris sampai dia pingsan. Kemudian dari Mas Sulis yang sepertinya juga nampak pucat dan menahan tangis bercerita bahwa mereka baru saja mendapat kabar duka dari kampung bahwa beberapa rumah di kampung mereka rata dengan tanah karena tertimpa tanah longsor dari bukit yang ada di belakang rumah. 13 orang meninggal di lokasi, termasuk kedua orang tua mba Asih. Satu-satunya korban selamat yang bisa dikeluarkan dari timbunan adalah Yandi adik mba Asih. Bukan cuma aku, mama dan tetangga lain juga ikut menangis mendengarnya. Karena aku mesti berangkat ke sekolah maka akupun terpaksa pergi.

Di sekolah aku sama sekali tidak bisa konsen karena ikut merasakan duka kehilangan yang dirasakan dan entah kenapa aku memikirkan kondisi Yandi adik mba Asih, meskipun dia bisa selamat dari musibah tapi tidak terbayang beban mental yang ia tanggung karena menjadi satu-satunya korban selamat dan juga kehilangan orangtuanya sekaligus dalam bencana tanah longsor. Begitu aku sampai rumah, aku melihat warung dan rumah mba Asih tutup tidak ada orang. Lalu kemudian mak Ijah bercerita pagi tadi setelah mba Asih siuman dia memaksa mas Sulis untuk mengantarnya pulang ke kampung saat itu juga. Awalnya Mas Sulis membujuk mba Asih agar menenangkan diri dulu, sore baru pulang ke kampung karena dia mesti cari mobil sewaan dulu. Tapi mba Asih sudah tidak bisa ditenangkan dan memaksa ingin pulang secepatnya, Bahkan sampai-sampai mba Asih lari ke depan menuju jalan raya untuk mencegat bus antar propinsi yang lewat depan gang kami, untung berhasil dikejar oleh mas Sulis. Mas Sulis pun merasa bingung menghadapi mba asih sampai akhirnya Pak Bahrun, Pak RT di lingkungan kami berbaik hari meminjamkan mobil Avanza yang dia miliki. Bukan cuma meminjamkan, Pak Bahrun juga bersedia mengantar mas Sulis dan mba Asih naik mobilnya ke kampung. Mba Wati juga ikut untuk menemani dan menenangkan mba Asih yang terus menangis. Pagi itu juga mereka berempat berangkat ke kampung.

Hampir 2 minggu lamanya warung mba Asih tutup. Aku sampaiu khawatir mba Asih gak akan balik lagi kesini. Sampai akhirnya sepulang aku sekolah, aku lihat rumah mba Asih ramai didatangi para tetangga. Rupanya mba Asih sudah balik ke kota dan di rumahnya sedang digelar pengajian untuk memperingati 14 hari meninggalnya kedua orang tua mba Asih. Aku pun ikut datang dan mengucapkan bela sungkawa. Aku lihat mba Asih sudah bersikap tenang dan meskipun dia terlihat makin kurus dan wajahnya terlihat lelah, mba Asih tetap tersenyum dan berterimakasih karena aku sudah datang dan mengucapkan bela sungkawa. Butuh waktu beberapa hari lagi ketika warung mba Asih sudah kembali buka. Dan mba Asih terlihat sudah lebih segar dan bersemangat meskipun aura kesedihan masih bisa kurasakan. Saat aku main ke rumah mba Asih, mba Asih mencurahkan perasaan dan kesedihan yang ia rasakan.

Sambil sesekali menyeka air mata yang kembali turun, mba Asih bercerita tentang kehilangan amat sangat yang ia rasakan. Hatinya hancur ketika melihat rumah tempat ia lahir dan besar sudah rata dengan tanah, bahkan kini jadi timbunan tanah. Meskipun sedih luar biasa, mba Asih bilang dia masih beruntung sempat mencium kedua orang tuanya yang sudah dibalut kain kafan sebelum dimakamkan. Dan merasa bersyhukur karena adiknya Yandi bisa selamat dari musibah. Tapi justru akibat musibah tersebut, terjadi perubahan drastis dalam diri Yandi. Yandi adiknya yang ia kenal betul sangat nakal dan usil berubah menjadi anak yang sangat pendiam. Setelah orang tua mereka dikuburkan, pekerjaan Yandi setiap hari adalah duduk diam sambil melihat gundukan tanah bekas rumahnya. Dari pagi sampai malam Yandi tak beranjak dari situ, Hanya duduk diam. Tak perduli cuaca mau panas atau hujan, Yandi tetap duduk tak bergeming. Sampai akhirnya tepat di atas Yandi biasa duduk dipasang terpal agar Yandi tidak kepanasan maupun kehujanan. Dari sekian banyak makanan yang diberikan ke Yandi, dia hanya mau makan pisang goreng dan kopi. Menurut salah seorang saudara, kemungkinan besar kenapa Yandi hanya mau menyentuh pisang goreng dan kopi karena itu adalah hidangan terakhir yang ia santap bersama dengan bapak ibunya.

Di bagian kisah tentang Yandi ini yang membuatku ikut menangis. Melihatku menangis mendengar ceritanya. Membuat ketabahan mba Asih ambruk juga. Mba Asih luar biasa takut karena rupanya musibah tanah longsor bukan hanya menghilangkan nyawa kedua orangtuanya tapi juga turut menghilangkan kewarasan adik yang meskipun selamat tetapi trauma yang dia derita terlalu hebat. Sudah hampir semua orang sekampung, saudara-saudara bahkan teman-teman dekatnya, para guru Yandi dari TK, SD, SMP membujuk Yandi agar berhenti bersikap seperti ini dan mengikhlaskan kepergian orangtuanya. Namun dia tidak bergeming sedikitpun, meskipun begitu Mba Asih tetap sabar dan menemani adiknya duduk-duduk sambil menceritakan tentang kenangan mereka berdua semasa kecil. Tapi sepertinya Yandi juga mulai tidak mengenali mbak nya. Pernah suatu hari 5 sanak saudara mencoba membopong paksa Yandi karena ingin dibawa berobat tapi Yandi mengamuk luar biasa. 3 sanak saudaranya bahkan dipukulnya sampai pingsan dan giginya tanggal, 2 orang yang lain memang tidak sampai pingsan tapi wajah keduanya bonyok cukup parah. Meskipun kurus dan dalam kondisi lemah, tapi tenaga Yandi luar biasa kuat, sampai sanggup merobohkan saudara-saudaranya yang lebih besar. Akibatnya tidak ada yang bisa menenangkan Yandi seorangpun, bahkan Mba Asih pun nyaris kena hantam kalau saja mas Sulis tidak menarik mba Asih di waktu yang tepat. Kemarahan Yandi baru reda dengan sendirinya ketika semua orangh menjauhinya. Karena sekarang Yandi mengamuk jika ada yang mendekatiknya maka mba Asih dan saudara yang lain hanya bisa mengawasinya dari jauh. Orang-orang sudah miris melihat kondisi mental Yandi, banyak orang sudah memvonis bahwa Yandi sudah kehilangan akal sehatnya alias jadi orang gila. Aksi diam Yandi bertahan hingga 5 hari sebelum akhirnya Yandi ambruk karena pingsan. Mba Asih yang tak kenal lelah mengawasi Yandi langsung membawa Yandi ke rumah sakit. 3 hari lamanya Yandi tak kunjung siuman. Dokter yang merawat mengatkan secara fisik Yandi hanya dehidrasi dan kelelahan tapi yang paling mengkhawatirkan adalah kondisi mentalnya. Yandi seperti sudah tidak ada semangat untuk hidup sama sekali dan beberapa hari selanjutnya benar kondisi vital Yandi semakin melemah. Dokter pun sudah pasrah dan meminta mba Asih sekeluarga untuk mulai bersiap-siap dengan kemungkinan terburuk yakni Yandi meninggal dunia. Ketika sanak saudara lainnya hanya bisa terpekur dalam kesedihan seperti turut menghitung hari-hari terakhir Yandi. mba Asih mendatangi kamar Yandi yang terbujur lemah dan membisikan sesuatu ke telinga Yandi sampai mba Asih berlinang air mata.

“Yandi, adekku sayang. Kalau adek sudah tidak kuat menahan rindu dengan bapak dan ibu, pergilah dek menyusul bapak ibu. Mba Ikhlas, ikhlas sekali. Maafkan mba karena bersikap egois menahan-nahan adek tetap disamping mba. Mba pasti sedih, sedih sekali kalau adek pergi. Tapi mba gak tega lihat kondisi adek sekarang. Jadi kalau adek sudah ingin pergi, mba gak akan tahan-tahan lagi. Sampaikan salam rindu mba buat bapak ibu disana ya adekku sayang.”

Malam itu mba Asih tidur seranjang dengan Yandi dan memeluknya erat, seakan ingin menghabiskan waktu terakhir adiknya. Tapi keesokan harinya, mba Asih luar biasa kaget karena saat bangun mendapati ia tidur sendirian di ranjang rumah sakit. Yandi tidak ada disampingnya. Saat sedang bingung, tiba-tiba Mba Asih mendengar suara Yandi yang sedang duduk di kursi dekat ranjangnya sambil bilang, mba makanan dirumah sakit gak enak, kita pulang aja yuk, masakin Yandi sayur lodeh sama empal goreng kesukaan Yandi. Yandi laper banget. Mba Asih bercerita betapa ia kaget luar biasa senang melihat Yandi sudah siuman dan malah sedang makanan yang dibawakan perawat. Mba Asih langsung meloncat dari tempat tidur dan menciumi wajah Yandi sambil menangis. Mba Asih melihat tatapan sinar mata Yandi sudah tidak kosong tetapi sudah terpancar lagi. Senyuman usil khas adeknya juga sudah kembali. Entah apa yang terjadi dengan Yandi malam itu, tetapi atas seijin dokter, Yandi diperbolehkan pulang ke rumah, Karena sudah tidak punya rumah untuk sementara mereka tinggal di rumah Paklik Basuki. Kepulangan dan kembalinya kesadaran Yandi disambut dengan suka cita oleh semu orang di kampung. Perlahan kondisi fisik Yandi mulai membaik seperti sediakala. Masa berduka Yandi sepertinya sudah hilang. Karena musibah terjadi bertepatan beberapa hari setelah pengumuman kelulusan SMP, maka Mba Asih berniat mengajak Yandi tinggal di Kota dengannya dan melanjutkan SMA di kota. Yandi yang sudah semakin sehat tidak langsung mengiyakan ajakan mba Asih. Sampai beberapa hari kemudian Yandi bilang setuju pindah ke kota tinggal bersama Mba Asih dan Mas Sulis dan lanjutkan sekolah disana.

Sebenarnya beberapa hari setelah mba Asih bercerita panjang banget tentang apa yang terjadi di kampung dan dengan adiknya, Yandi datang ke kota untuk mendaftar di beberapa sekolah. Karena saat itu aku tengah berlibur ke Aussie untuk mengunjungi mba Ratih, aku tidak bertemu dengan Yandi. HIngga akhirnya aku bertemu dengan Yandi ketika ia mengantarkan makananku ke rumah, bahkan ia sampai menemaniku makan karena listrik tiba-tiba padam. Rasanya gimana gitu makan dengan suasana temaram ditemani seseorang yang selama ini hanya aku kenal lewat cerita-cerita dan tiba-tiba saja menemaniku makan. Kesan pertamaku tentang Yandi dia seperti remaja pada umumnya. Postur tubuhnya tinggi agak kurus, rambutnya cepak hitam tebal dan kulitnya agak hitam namun dia punya senyum yang agak gimana gitu. Jadi boleh dibilang Yandi secara fisik hitam manis hehe. Tapi ada hal lain yang membuatku terkesan dengan Yandi. Dia memiliki sorot mata yang tajam, kedua matanya bak kelereng hitam dan bulat.

Dan setelah pertemuan yang pertama, baru tadi sore aku bisa ketemu Yandi lagi. Sore ini entah kenapa aku kepengen jalan ke mall, tapi karena jomblo bingung mau kemana akhirnya pengen pergi sendiri. Tapi tiba-tiba aku ingat Yandi, dan sepertinya jalan-jalan ajak dia seru juga. Tapi dia menyebalkan sekali, nomor hape yang dia berikan kepadaku kalau aku WA tidak terkirim, aku telepon tidak aktif. Jadi aku datangi saja ke rumahnya. Pas di warung aku tanya mba Asih, Yandi ada di rumah ga? Katanya mba Asih dia ada. Paling ada di kamar, jadi aku susul saja ke kamarnya yang dekat dapur. Aku sempat segan sih mau naik ke atas, jadi aku panggil-panggil dari bawah tapi dia tidak menyahut. Akupun akhirnya naik ke atas dan aku kaget melihat Yandi rupanya sedang tidur hanya memakai kolor dalam posisi telentang. Aku sempat ingin membatalkan niat untuk jalan dengan Yandi. Tapi rasanya ada sesuatu yang membuatku tertarik melihat Yandi yang sedang tidur. Pelan-pelan akupun masuk ke dalam kamarnya.Kuamati kamar Yandi yang nampak biasa saja lalu kulihat wajah yandi yang tidur pulas. Kalau dilihat-lihat lagi lebih dekat, Yandi itu ganteng juga. Badannya juga bagus, meskipun kurus tapi terlihat kencang dan berotot. Kedua tangannya nampak kokoh dengan otot-otot tangan yang menonjol. Pokoknya laki banget !

Aku punya ide untuk mengabadikan momen ini, segera kuambil hape dan kufoto Yandi yang tengah tidur. Tapi aku nyaris menjerit kaget karena hape lupa aku silent dan masih dalam mode flash aktif. Jadi ketika kutekan tombol foto, hapeku berbunyi klik lumayan keras dan cahaya blitz menyambar. AKu takut dan bakalan malu setengah mati kalau gara-gara itu Yandi terbangun dan melihatku sedang memfoto dirinya yang tengah tidur. Aku sampai terdiam menahan nafas. Tapi ternyata Yandi tetap tidur pulas. Dan akupun bisa bernafas lega. Segera kusilent hape dan kumatikan blitz. Kuambil beberapa foto Yandi lagi karena sayang melewatkan momen ini hihihihi. Sempat sih aku melirik ke bagian kemaluan Yandi yang agak menonjol. Malu juga sih lihatnya. Setelah aku selesai mengambil foto, Yandi lalu berbaring miring menghadap ke dinding sambil memeluk guling. Karena takut ada orang yang naik atau Yandi bangun duluan dan melihatku ada dikamarnya akupun membangunkan dia. Ekspresi dia terbangun dan melihatku ada di kamarnya lucu banget haha. Yandi tentu saja mau aku ajak jalan-jalan. Dan akhirnya kami berdua bisa jalan-jalan di mall, makan bareng dan beli buku bareng. Orangnya persis seperti yang mba Asih bilang, lucu jadi seru juga main sama Yandi. Tapi ada beberapa hal yang perhatikan dari Yandi. Yakni dia sering terdiam dan melamun seperti sedang berpikir keras, entah apa yang ia pikirkan. Seperti ada sisi lain yang sangat jauh berbeda dengan sifatnya yang humoris. Secara keseluruhan menyenangkan jalan sama Yandi, besok-besok ajak Yandi jalan lagi ah.

Jadi kepikiran buka-buka lagi foto Yandi yang kuambil, foto Yandi sengaja aku hidden karena takut ketahuan, malu banget pasti ketahuan simpan foto cowok yang lagi tidur. Ah Yandi,..Yandi kamu menarik sekaligus misterius..Puas menatap wajah dan badan Yandi, aku tutup fotonya dan membuka galeri foto. 5 foto setengah bugilku segera kuhapus karena aku tidak mau ada orang yang melihatnya, bahkan tersebar. Amit-amit deh jangn sampai.
TING.

Aku mendengar suara Notifikasi di hapeku bahwa ada 1 pesan WA Masuk. Pengirimnya Eko.

EKO
Selamat malam kunyit. Met tidur ya.
22.01

Hahha aku tertawa menbacanya. Eko masih inget aja panggilan konyol itu. Eko biasa memanggilku dengan sebutan Kunyit entah apa alasannya. Lalu kubalas WA nya.

DITA
Masih inget aja haha.
22.03

TING. Eko membalas WA ku cepat.

Eko
Inget dong
22.04

Eko Typing......

Saat Eko tengah mengetik tiba-tiba hapeku mati karena batere habis, Huft. Aku segera mencharge hapeku. Tapi hape tetap kumatikan karena aku juga mulai ngantuk.

Sebelum tidur aku membayangkan lagi pertemuan singkatku dengannya tadi malam di Yoshinoya. Eko teman masa kecilku yang sudah 3 tahun aku tidak bertemu dengannya tiba-tiba duduk di depanku sambil meringis. Aku sempat tidak mengenalinya karena dia kini tampil botak, padahal dulu rambutnya hitam tebal selalu tersisir rapi. Tapi senyumnya yang lebar jelas tidak bisa kulupakan. Hanya saja garis mukanya kini tampak lebih keras dan ada bekas luka di ujung hidunya. Bekas luka entah karena apa tapi penampilan barunya tersebut sepertinya menyiratkan 3 tahun yang keras sudah ia lewati. Eko, Eko...kangen juga aku ngobrol banyak sama kamu.

EKO - KLS 1 (STM XXX)














Hoahemmm...aku sudah ngantuk berat.. Aku lalu meringkuk di balik selimut tebal, memeluk boneka Teddy Bearku yang memiliki bola mata hitam dan membuatku teringat sama sorot mata Yandi.

YANDI - 1F (SMA NEGERI XXX)























Met bobok Yandi....Kukecup boneka Teddy Bear ini lalu kupeluk erat


= BERSAMBUNG =

No comments for "LPH #10"