Featured Post

LPH #11

Episode 11
Percikan Amarah























(pov : Yandi)


Untuk pertama kalinya aku bisa ikut upacara bendera di sekolahku. Ratusan murid dari 18 kelas mengikuti jalannya upacara dengan khidmat. Setiap kelas dibagi menjadi 4 baris, 2 baris cowok dan 2 baris cewek. Dan tradisi murid-murid yang bandel pasti ambil barisan paling belakang juga berlaku disini. Semasa SMP aku juga biasa memilih barisan paling belakang agar masih bisa tetap ngobrol dan bercanda dengan temanku. Tapi disini aku lebih memilih barisan depan. Bukan barisan terdepan tapi baris ketiga dari depan. Aku berdiri di belakang Xavi yang lebih pendek dariku. Sementara tepat di samping kananku ada Yosi dan depan Yosi ada Zen. Sementara Gom, Leo, Kevin, Quenna dan beberapa teman sekelas cewek yang cakep menempati barisan paling belakang. Aku sering mendengar tawa cekikikan dari anak-anak di baris belakang. Asha, murid cewek terpandai di angkatan kelas 1 berdiri paling depan dan tentu saja Tinka yang menganggap Asha adalah rival terberatnya juga tidak mau kalah, dia juga berdiri di paling depan, bersampingan dengan Asha. Karena Xavi yang biasanya paling banyak bercanda di antara aku, Zen dan Yosi, tetap diam tenang dari mulai upacara hingga selesai, membuatku ketularan untuk tetap diam. 30 menit kemudian upacara selesai. Saat para murid membubarkan diri selepas upacara, aku sempat melihat anak-anak kelas 3 seperti Feri cs yang bersikap tenang sembari ngobrol dengan teman-teman cowoknya, berbeda dengan Nando dan Budi yang sedang asyik menggoda beberapa murid cewek yang cantik-cantik. Tapi pemimpin mereka berdua yakni Oscar aku tidak melihatnya di antara kerumunan. Padahal tubuhnya yang tinggi menjulang pasti terlihat jelas.


Aku sempat melihat-lihat di barisan kelas 2F. Aku mencari-cari sosok cowok berwajah blasteran yang katanya orang nomor 1 di SMA Negeri XXX yakni Axel tapi dia tidak terlihat. Halah, yakin dia pasti bolos. Gila yah, seminggu ini aku sama sekali tidak melihat penampakan Axel atau mendengar namanya disebut-sebut. Emang gak niat sekolah itu orang. Tapi ketika aku sedang melihat-lihat di barisan 2F, aku melihat seorang cowok yang berpenampilan mencolok dengan rambut mohawk berantakan berwarna merah menyala dan kupingnya penuh tindikan. Dia sedang sibuk dengan hapenya. Hadeh mba Asih, sekolah apa sih ini., batinku.


Bram - KLS 2F (SMA NEGERI XXX)




















“Itu yang namanya Bram, vokalis band Memek Berkontol temannya Yosi haha.” Bisik Zen.


“Oh dia ya. Eksentrik sekali.” balasku.


“Yoi, Yosi tu respek banget sama dia. Eh Yan, sebelum kembali ke kelas beli minuman yuk. Haus nih, biasanya setelah selesai upacara, para wali kelas yang isi waktu 30 menit. Ya santai sih paling bahas tentang jadwal piket dan lain-lain. Dan kelas kita beruntung karena dapat wali kelas yang baik, masih muda dan cantik lagi yakni Bu Shinta.”


“yok.”


Di kantin ada beberapa siswa cowok yang juga membeli minuman dan kebanyakan dari siswa kelas 2 karena memang letak kantin berdekatan dengan gedung kelas 2. Beberapa siswa ada yang nampak mengamati kami, entah kenapa mereka melakukannya. Hanya aku lihat sekilas karena budaya sini kalau kita balas menatap mereka, bisa di anggap menantang. Aku dan Zen membeli 2 botol pocari sweat dingin. Kami tegul setengahnya lalu segera kembali ke kelas. Kebanyakan teman-temanku sudah ada di dalam kelas. Kecuali duo ratu Leo dan Gom yang tidak kelihatan. Aku duduk bangku depan sendirian. Sementara Zen kembali ke mejanya. Dia sebangku dengan Yosi. Di belakang keduanya ada Xavi dan Kevin. Argh seandainya Kevin gak ada aku bisa duduk sebangku dengan Xavi dan dekat dengan Zen dan Yosi. Aku sempat tanya ke Xavi kenapa kok dia bisa duduk dengan Kevin. Xavi hanya mengangkat bahu dan menjawab,


“entahlah, sepertinya dia random saja duduk denganku. Selama sebangku dengan dia gue jarang ngobrol dengan Kevin. Kami hanya ngobrol seperlunya saja. Dia orangnya cuek, dia lebih suka autis dengan hapenya dan kalau istirahat juga jarang nongkrong bareng anak sini. Dia lebih sering nongkrong dengan anak-anak 1B. gue sih gak masalah, karena gue juga bisa ngobrol dengan Zen dan Yosi di bangku depan gue. Ah seandainya Kevin pindah tempat duduk, lu bisa duduk bareng gue yan dan kita berempat bisa enak ngobrolnya.”


Tak lama setelah aku duduk, bu shinta yang anggun masuk ke dalam kelas. Dia hanya menenteng tas kecil karena beliau hanya mengisi kurang lebih 30 menit saja. Bu shinta melempar senyum kepadaku saat dia duduk dan menaruh tasnya di meja guru.


“selamat pagi anak-anak !” sapa bu shinta.


“selamat pagi bu shinta!” jawab kami sekelas kompak.


“seperti biasa, setelah upacara kita ada sesi diskusi apapun tentang kelas ini. Dan ibu ada kejutan buat kalian semua. Tapi sebelum ibu kasih tahu apa kejutannya, kita berdoa saja dulu. Ehm bagas, tolong maju ke depan, pimpin doa.”


“siap bu!” bagas yang menjadi ketua kelas kami segera maju ke depan. Bagas ini orangnya asyik, ramah, pintar dan punya jiwa pemimpin karena dia bisa menguasai semua teman-teman sekelas. Kami semua berdiri di tempat karena memang setiap kali berdoa, kami harus berdiri di kursi masing-masing.


Saat bagas sudah berdiri di depan kelas dan bersiap memimpin doa, terdengar ketukan pelukan dan duo ratu datang sembari menenteng minuman botol.


“maaf bu telat.” Ujar Leo kepada bu shinta sebelum ia duduk ke bangkunya.


“ya cepat segera ke tempat duduk kalian, kita mau berdoa.”


Lalu bagas mulai membacakan doa pagi. Selesai berdoa, bagas kembali ke mejanya dan bu shinta maju dan berdiri di atas undakan lantai yang ada di depa kelas. Undakan ini dibuat agar papan bisa digantung lebih tinggi sehingga tetap terlihat dan terbaca dengan jelas oleh semua murid di kelas terutama di bangku meja paling belakang.


“nah seperti yang ibu bilang tadi, ibu punya kejutan buat kalian semua. Kita kedatangan teman baru di 1F. ibu yakin kalian semua pasti sudah tahu namanya. Sebentar lagi dia kesini.”


Terdengar bisik-bisik dari teman sekelasku menebak-nebak siapakah teman baru di kelas kami.


Toko..tok..


Aku melihat di depan pintu seorang siswi cewek mengenakan sweater berwarna hitam, berambut lurus pendek sebahu berdiri di depan kelas dan mengetuk pintu.
“nah itu dia sudah datang, masuk vin ! nah ini dia teman baru kalian sudah datang. anak-anak ! inilah teman baru kalian, kita sambut dengan meriah, Vinia Larasati !!””


Begitu cewek tersebut melangkah masuk, suasana kelas langsung ramai dan meriah menyambut kedatangan murid baru tersebut terutama dari para siswa cowok. Dia siapa sih kok sepertinya semua teman sekelasku heboh banget ! hanya aku saja yang tidak tahu siapa cewek ini. Cewek tersebut sebenarnya nampak biasa saja, penampilannya pun nampak biasa saja. Akupun heran apa yang membuatnya belum apa-apa sudah terkenal. Meskipun begitu cewek tersebut memiliki senyum yang menawan


“hayoo, Vinia masih perlu memperkenalkan diri nggak?” tanya bu shinta kepada kami semua.


“perluuuuuuu!” jawab teman-temanku kompak.


“nah vin, ayo kamu perkenalkan dirimu di depan teman sekelasmu yang baru.”


“hehe makasih bu shinta dan makasih teman-teman. Kenalkan nama saya Vinia Larasati, panggil saja Vinia. Usia saya sama dengan kalian pastinya 16 tahun. Sementara itu saja perkenalan dari gue. Semoga kita bisa jadi teman yang kompak. Terimakasih.”


“hayooo ada yang mau tanya-tanya ke Vinia gak?”


Wow, hampir semua teman sekelasku mengacungkan tangannya, pertanda mereka ingin bertanya kepada Vinia.


“waaduh, ini sih bisa jadi kayak konferensi pers kalau kalian semua nanya ke Vinia. Kalian tanya-tanya langsung saja ke Vinia. Oia, karena sebentar lagi pertemuan kita usai dan kalian lanjut dengan mata pelajara kimia pagi ini, kita sudahi diskusi hari ini. Vinia silahkan kamu duduk, karena semua kursi sudah penuh, kamu duduk semeja dengan yandi ya di depan. Yasudah sampai jumpa besok lagi anak-anak.”


“baik bu shinta terimakasih.”


Bu shinta lantas mengambil tas kecilnya dari di meja guru dan kulihat Vinia sudah melepas tas yang ia sandang dan menaruhnya di atas meja. Wah akhirnyaaa, aku punya teman sebangku, cewek lagi !


“haloo, gue boleh duduk disini ya. Nama gue Vinia, nama kamu siapa?” tanya Vinia sembari mengulurkan tangannya setelah ia duduk di kursi sebelahku.


“uhm namaku yandi raharjo, panggil saja yandi.” Jawabku cepat lalu menyambut uluran tangannya. Dan aku agak terkejut karena merasakan tangannya tidak terlalu halus.


“sip salam kenal ya yandi."


“iya.”jawabku singkat.


Lalu kami sama-sama diam. Vinia nampak sibuk mengubek-ubek isi dalam tasnya. Sementara aku yang bingung dan paling gak bisa basa-basi juga diam. Begitu bu shinta keluar, semua teman-temanku langsun mengerubungi Vinia, mereka mengajaknya bersalaman da nada juga yang mengajak selfie. Bahkan Xavi dan gen juga nampak antri ingin kenalan langsung dengan Vinia. Aku pun jadi semakin penasaran dengan teman sebangku ku yang baru ini dan Cuma bisa diam menyaksikan dia kewalahan melayani jabat tangan dan foto bareng. Kerumunan ini bubar ketika pak Darto sudah masuk ke kelas dan meminta semuanya kembali duduk di kursi masing-masing. Sebenarnya aku ingin berkenalan lebih jauh dengan Vinia tapi tidak bisa selama pak darto mengajar. karena selain mata pelajaran kimia memang sulit beliau juga termasuk guru yang killer. Sehingga kami semua khusyuk mendengarkan dan menyimak dengan serius selama pak darto mengajar. Aku menghela nafas karena mata kimia ini berlangsung selama 2 jam mata pelajaran. Aku lega karena kimia akhirnya usai dan lanjut ke mata pelajaran sosiologi. Bu rully biasanya agak santai dalam mengajar, jadi bisa kayakny aku ngobrol dengan Vinia. Hanya saja hari ini bu rully sedang tidak santai, beliau langsung meminta kami semua mencatat beberapa materi tambahan yang tidak ada di buku pelajaran dengan cara di dikte, ya ampun. Selama 1 jam mata pelajaran kami berkejaran dengan cara mendikte bu rully yang cepat, mana dia hanya mau mengulang 2 x jika ada yang kurang jelas, sampai akhirnya bunyi alarm tanda istirahat jam pertama berbunyi.


“pegal juga ya.” Ujar Vinia ke arahku sambil memijat-mijat tangannya.


“iya, tumben banget bu rully mendikte kita.” Aku sempat ingin melanjutkan kalimat tersebut dengan bertanya, sudah tahu letak kantin belum, tapi mengurungkann niat dan diam saja.


“hey vin, ke kantin bareng yuk. Kenalian nama gue Kevin, mungkin elo uda pernah atau dengar ketika gue perform sebagai DJ Kevlar.” Tiba-tiba saja Kevin sudah berdiri di samping kursi Vinia.


“wah iya gue tahu dong! Keren banget punya teman sekelas seorang dj yang sedang naik daun.”


“ah bisa aja elo vin. Tapi elo kali yang lebih naik daun. Eh gimana jadi ke kantin bareng yuk?”


“oke, gue juga belum tahu kantin ada disebelah mana.”


Lalu Vinia pergi ke kantin berdua dengan Kevin, saat mereka berdua sudah keluar dari kelas aku mendengar queena tiba-tiba berteriak, ”dasar anak baru sok ngartis !!” entah dia berteriak kepada siapa tapi sepertinya ke arah anak baru. Sok ngartis? Emang Vinia artis ya? Lagi-lagi aku mendengar queena berteriak “akhhh anjing lo Gom ! main pegang-pegang pantat gue!” rupanya kali ini queena kembali kesal dan berteriak karena Gom lewat sambil memegang pantatnya. Yang diteriaki anjing pun hanya tertawa saja.


“wuihhh broooo, beruntung bangettt elo bisa duduk semeja sama Viniaa !! argghhhh gue iriii banget !!” teriak Xavi yang tiba-tiba juga duduk di kursi yang tadi di tempati Vinia. Sementara Zen dan Yosi hanya terkekeh mendengar celotehan Xavi.


“memang dia itu siapa sih? Artis sinetron ya?” tanyaku.


“SERIUS LU GAK TAHU SIAPA VINIA LARASATI, CEWEK YANG DUDUK SEBANGKU SAMA ELO DARI PAGI TADI ?! ” nada Xavi meninggi mendengar pertanyaanku. Yosi dan Zen tertawa tambah kencang.


Aku menggeleng sambil bilang “enggak tahu.”


“Zen ! tolong jelasin ke yandi siapa itu Vinia Larasati, gue bisa emosi nih kalau jelasin ke yandi. Yan, yan…kampungmu dimana sih ? kayaknya jauh banget dari kota sampe Vinia aja lo gak tahu.”


Deg.


Aku langsung tersinggung mendengar Xavi menyindir tentang kampungku! Kalau saja aku tidak bisa mengendalikan emosi, entah apa yang terjadi dengan nasib Xavi. Beruntung akal sehatku juga mendinginkan emosiku yang nyaris meletup karena aku tidak bisa menyalahkan Xavi karena dia tidak tahu tentang musibah yang terjadi di kampungku. Aku memaksakan diri tetap tersenyum meskipun tanganku terkepal keras dengan sendirinya.


“haha kocak lu sampe gak tahu siapa Vinia Larasati. Vinia tuh penyanyi, bukan artis sinetron. Beberapa bulan yang lalu dia jadi runner-up blind voice 2017. Baru berumur 16 tahun tapi suara dan penampilannya keren banget ! dia seperti dilahirkan menjadi seorang bintang. Suaranya sungguh powerfull banget, banyak yang bilang suara dia mirip Janis Joplin. Lu tahu Janis Joplin kan?” tanya Zen kepadaku.


“kalau Janis Joplin, aku tahu Zen. Tapi Janis kan suaranya tingkat dewa, bintang rock wanita! Masa iya Vinia punya suara mirip Janis?”


“iya sumpah. Lu cari aja video dia youtube, banyak banget deh. Pasti lu langsung suka dan baru sadar betapa beruntung kita bisa sekelas dengan penyanyi keren seperti dia, apalagi dia jadi teman sebangku elo ! dan selain dia punya suara yang bagus, dia jago lho main gitar. Dari dia audisi sampe grand final, dia selalu pegang dan bawain sendiri tiap part lead guitar dari lagu yang dia nyanyiin. Lu cari video dia yang pas audisi awal, dia nyanyiin lagu dari Janis Joplin “piece of my heart” dan gimana dia main gitarnya, kalau kata orang-orang, she killed that song perfectly!” papar Zen.


“wow keren juga.”


“keren kata lu yan? Kata keren aja gak cukup, tapi epic !!!” teriak Xavi.


“haha eh yan tar aja lu cari videonya, kita ke kantin dulu aja yuk. Laper gue.” Yosi menengahi kami.


Kami lalu ke kantin untuk beli sarapan. Dan kami sekarang punya spot favorit buat makan kalau kantin penuh. Gedung parkir motor lantai 3 ! karena lantai 3 jarang terisi penuh, maka kami bisa leluasa makan disana. Apalagi ada beberapa bangku tidak terpakai yang tergeletak di pojokan lantai 3. Tapi lama-lama banyak juga anak-anak dari kelas lain terutama dari kelas 1 yang ikut nongkrong makan disini, kami sih oke-oke aja karena ga ada yang sok.


Lambat laun aku mulai akrab dengan Vinia, dia cerita dia telat masuk sekolah selama seminggu karena sedang persiapan rekaman album pertama. Beruntung bapak Robert wakasek SMA Negeri XXX memberikan dia kompensasi khusus sehingga dia bisa tetap masuk ke sekolah seminggu lebih telat dibanding murid yang lain. tapi aku jadi ingat axel, dia juga seminggu ini sama sekali tidak kelihatan di sekolah. Apa jangan-jangan axel juga semacam artis atau foto model ya sehingga dia juga dapat perlakuan khusus dari sekolah? Karena dengan wajah bule yang ia miliki, sepertinya dia mudah jadi pemain sinetron bertema remaja seperti sinetron Ganteng-Ganteng Setan yang tengah populer. Tapi aku sangsi orang seperti axel, yang sepertinya susah diatur mau jadi artis sinetron. Kalau axel jadi bintang film bokep malah aku lebih percaya. Kembali ke Vinia, meskipun Vinia sudah jadi penyanyi terkenal yang multitalent dia tetap low profile, mau berteman dan bergaul dengan siapa saja. lama-lama juga aku menemukan sisi “cantiknya” Vinia, yakni saat ia tenggelam dalam petikan gitar yang ia mainkan di studio milik sekolah. Wuih liat cewek pintar main gitar terutama beraliran rock itu membuat dia jadi terlihat cantik ! Ya sekolahku juga punya studio yang cukup lengkap. Dan memakai studio di sekolah itu mesti ijin ke pak fajar selaku guru seni music dan antriannya cukup panjang. bahkan selain akrab denganku dia juga akrab dengan Zen, Xavi dan Yosi. Kami berempat sering makan bareng di jam istirahat. pokoknya hari-hari di kelas jadi semakin menyenangkan deh.


Hanya saja gara-gara ada 3 orang siswa di kelas 1F yang di pindahkan ke kelas lain, dengar-dengar sih dipindah karena ketiganya minta pindah kelas karena mereka sudah tidak tahan sering menjadi sasaran bully Leo dan Gom, tapi mungkin karena punya papa seorang wakasek, membuat ketiganya dipindahkan ke kelas lain dengan alasan “karakter ketiga siswa kurang cocok di kelas 1F” muncul satu masalah baru yang membuatku terlibat perselisihan dengan Kevin alias dj Kevlar favorit dita. Masalah ini berawal ketika Kevin memutuskan pindah tempat duduk karena dengan pindahnya 3 siswa membuat ada 1 meja kosong dan si ratna duduk sendirian. Kevin bukan pindah semeja dengan ratna tapi ia menduduki meja yang dulu diisi marzuki dan ruslan yang kini pindah ke kelas lain. suatu hari ketika ada mata pelajaran PPKN yang kosong karena bu sofie berhalangan hadir karena sakit, semua murid diminta mengerjakan soal di buku materi. Tentu saja dari sekian banyak murid di kelas, ada oknum-oknum yang tidak mengerjakan tugas tersebut. Oknum-oknum tersebut lebih memilih bergosip ria, browsing di internet menggunakan laptop yang mereka bawa ke sekolah, ada yang main CoC di hape malah si Gom, Leo, willy dan pras main kartu pakai duit di meja belakang. Dan Kevin memanfaatkan situasi jam kosong tersebut dengan mencari masalah. Kevin sedikit memaksa Vinia agar duduk semeja dengannya dengan alasan dia kepengen bikin projek kolaborasi dengan melibatkan Vinia di single terbarunya. Vinia sebenarnya juga tertarik dengan projek kolab tersebut hanya saja dia tidak suka dengan cara Kevin memaksakan kehendak mereka harus duduk semeja.


“vin, ngomongin projek kek gitu, gak harus gue mesti duduk semeja sama elo kali.” Tolak Vinia setelah kesekian kalinya Kevin mencoba membujuk Vinia agar mau duduk semeja dengannya.


“iya sih Cuma kalau kita semeja kan kita bisa intens ngomongin projek kita nanti. Kalau kita komunikasinya lancar wah pasti single kolaborasi kita berdua bakal keren banget dan gue yakin bakalan sukses berat di pasaran. ”


“sori vin, masalah kolaborasi gue Cuma bilang ide lho menarik, itu saja. Untuk tahap sampe rekaman segala sepertinya untuk saat ini gue gak bisa karena gue sendiri sedang sibuk banget kelarin rekaman album perdana gue.”


Bukannya aku mencuri dengar tapi Kevin dan Vinia berbicara di dekatku sehingga aku bisa mendengar percakapan mereka berdua. Mungkin karena Kevin kesal terus-terusan di tolak oleh Vinia membuat dia lantas mengucapkan hal-hal yang tidak perlu yang membuat semua orang di kelas melihat perdebatan mereka berdua.


“cih baru jadi artis lewat acara instan uda sombong banget..” sindir Kevin tajam yang ditujukan ke Vinia sambi berlalu kembali ke tempat duduknya.


Vinia yang mendengar perkataan pedas dari Kevin lantas tidak terima dan balik menyerang Kevin dengan kata-kata sindiran yang gak kalah pedas.


“tapi gue juga heran lho vin sama elo, kenapa seorang DJ terkenal, terkenal banget seperti elo maksa banget gue, seorang artis jebolan acara instan seperti kata elo barusan, buat duduk semeja sama elo. Gue malu dong duduk semeja sama musisi berbakat seperti elo !” sembur Vinia.


Semua orang di kelas termasuk aku bertepuk tangan mendengar balasan kata-kata dari Vinia. Perkataan Vinia sepertinya bak skak mat dalam pertandingan catur dimana Kevin berada di pihak yang pion rajanya tengah terjepit. Wajah Kevin sampe merah padam mendengar kata-kata Vinia.


“lu kelamaan duduk semeja dan kebanyakan gaul sama anak kampung ternyata ngebuat cara berpikir lu norak banget, kampungan, udik banget persis kayak teman sebangku elo itu yang gue yakin penduduknya paling tinggi lulusan SD , cih!”


Tawa seisi kelas kembali pecah mendengar perang kata antara Vinia dengan Kevin, tapi gue tidak tertawa sama sekali karena jelas-jelas Kevin udah menghinaku ! kalian silahkan menghinaku secara fisik, tapi jangan sekali-kali menjelek-jelekkan kampungku!


Aku langsung berdiri dan mendatangi meja Kevin.


“maksud omonganmu tadi apaan?” tanyaku dengan suara bergetar menahan amarah.


“lu ngapain sok berdiri depan gua anjing ! mau gue ulang perkataan gue tadi ! nih dengerin baik-baik, Vinia cara berpikirnya ikutan norak gara-gara kelamaan duduk semeja sama orang dari kampung ! yaitu elu ! kan satu-satunya orang pindahan dari kampung ini kan Cuma elu! jadi uda jelas kan omongan gue ! apa mau gue ulang lagi hah! ” Kevin berdiri sambil memakiku di depan semua teman sekelasku.


Darahku mendidih ! kepalan tanganku sudah mengeras bak nuklir yang siap diluncurkan menuju sasaran yang harus di hancurkan ! saat aku sudah tidak kuat menahan marah, kurasakan seseorang menahanku ! aku menengok ke samping, rupanya Yosi yang menahanku. Gue coba berontak tapi ternyata Zen juga menahanku.


Yosi memintaku untuk tetap tenang lalu dia membalas perkataan Kevin.


“kev, jujur gua gak peduli tingkah sok artismu di kelas ini . tapi gua gak bisa tinggal diam karena elu sudah menghina teman baik gue, yandi sekaligus menjelek-jelekkan Vinia. Kira-kira kalau wajahmu yang rupawan itu gue bikin bonyok, lu masih berani manggung gak.?”


“hei, hei apa-apan nih. Kalau lu berdua sampe nyentuh sobat gue ini, kalian berarti mesti siap berurusan sama gue…”


Leo tiba-tiba berdiri di depan Yosi. Dia rupanya memihak ke Kevin. Bahkan Gom juga kini berdiri di samping Leo. Jadi aku, Zen dan Yosi kini saling berdiri berhadap-hadapan dengan Leo, Kevin dan Gom. Kami saling menatap tajam satu dengan yang lain.


“eh kalian santai dong, tenang!” bagas sang ketua kelas coba menenangkan kami namun omongan dia sama sekali tidak kami gubris. Sekarang tinggal masalah siapa duluan yang melayangkan pukulan.


Disaat suasana semakin panas, lalu terdengar bel tanda istirahat siang berbunyi. Semua teman sekelas sepertinya langsung buru-buru pergi meninggalkan kelas. Tidak ada seorangpun yang berani untuk mendekati kami. Lalu ternyata Yosi yang bereaksi terlebih dahulu, dia tidak memukul namun meminta aku dan Zen mundur. Leo, Gom dan Kevin tertawa mengejek kami karena dikira kami takut. Zen dan Yosi lalu mmengajakku keluar kelas dengan setengah menyeret paksa karena aku masih sangat emosi. Zen dan Yosi mencoba menenangkanku. Aku diajaka menenangkan diri di lantai 3 gedung parkir yang masih sepi. Xavi dan Vinia menyusul kami berdua.


“yandi, tenang yan tenang…” bujuk Zen.


“maaf yan gara-gara gue ribut dengan Kevin, elu jadi kebawa-bawa.” Vinia memasang wajah bersalah.


“bro, kalau gue di posisi elu, gua juga bakal emosi. Tapi kita lagi di sekolah, hukuman buat murid yang berkelahi di sekolah itu berat ! selain orang tua kita dipanggil, kita juga dapat surat peringatan dari bu rini, guru BP. Apalagi si Leo ikut belain Kevin, masalah bisa makin panjang dan ujung-ujungnya elo yang bakal jadi kambing hitam.” Ujar Yosi.


“yan, ni gue bawain minuman pocari sweat dingin favorit elu, minum gih biar adem.”


Aku tersenyum kepada teman-temanku karena hanya mereka yang membela dan mendukungku.


“makasih teman. Tapi aku sudah tidak kuat lagi menahan emosi, mesti aku lampiaskan biar tidak terjadi hal-hal yang tidak bisa aku kendalikan.”


Aku lalu berjalan menuju deretan kursi yang biasa kami duduki disini dan kulampiaskan kemarahanku dengan memukul kursi bagian alas duduk yang terbuat dari lapisan kayu cukup tebal sampai jebol. Bukan hanya 1 kursi tapi 5 kursi sekaligus. Aku merasa enakan karena sudah memukul sesuatu.


Kulihat ekspresi keempat temanku yang untuk pertama kalinya menyaksikanku melampiaskan amarah.


Yosi dan Zen melongo, Vinia ketakutan, Xavi? Melongo sampai mulutnya kebuka dan botol pocari yangtadi ia pegang terlepas dari tangannya dan jatuh menggelinding.


Setelah beberapa lama, Yosi yang pertama mengatakan sesuatu.

“yan…….elu beneran bisa bunuh orang kalau elu mukul orang dengan kekuatan seperti itu……”


“btw, lu kenapa rusakin semua kursi disini sih, terus kita sekarang mau duduk dimana coba ?” lanjut yosi.

= BERSAMBUNG =

No comments for "LPH #11"