Featured Post

LPH #15

Episode 15
Saling Terjebak Dalam Perangkap

















(pov : Yandi)


Aku terbangun dengan kepala pusing, badan sakit semua, rasa nyeri dan pegal jadi satu. Uh lama gak berkelahi membuat badan terasa berat. Aku meraba wajahku, dahi sebelah kanan benjol, pipi memar, bibir sobek dan auh rahangku sakit saat kugerakkan. Sial, aku terkena uppercut telak dari teman leo. Untung saja aku sempat mengeraskan rahang sebelum terkena hantaman sehingga tidak ada gigi yang tanggal. Aku bangun perlahan, mengeliat baru kemudian berdiri. Jam di kamar menunjukkan jam 9.40 pagi. aku lalu keluar dari kamar, sebelumnya pintu kamar sengaja aku kunci karena aku tidak mau jika tiba-tiba Mbak Asih masuk ke kamarku dan mendapati wajah adiknya yang ganteng bonyok setelah dengan konyolnya datang ke tempat tongkrongan leo. Tapi aku lega karena setelah berbicara dengan leo semalam aku yakin 99 % orang dibalik penganiayaan xavi adalah memang leo. Hanya saja aku belum memiliki bukti kuat tentang keterlibatan leo. Aku ingin membuat leo tidak berkutik dengan cara mencari pelaku pengeroyokan langsung. Makanya semalam sebelum kami pulang, aku, yosi dan zen janjian ketemuan di rumah sakit jam 11 siang. Selain untuk menjenguk, mungkin juga mendengarkan kesaksian xavi tentang apa yang ia alami kemarin lalu menyusun strategi apa yang akan kami lakukan esok hari di sekolah untuk mencari tahu para pelaku dan juga bersiap untuk terlibat bentrok dengan nando dan temannya.

Aku turun ke bawah tapi tumben rumah kelihatan sepi. Sepertinya hari ini warung sedang libur. Aku membuka tudung saji di meja makan. Ada oseng-oseng tahu, ati ampela dan kerupuk. Lalu ada secarik kertas bertuliskan.

MBA SAMA MAS SULIS PERGI JALAN-JALAN KE LUAR KOTA SELAMA 2 HARI. UANG JAJAN ADA DI DOMPET MERAH DI DALAM LEMARI YANG ADA DI KAMAR MBA. KUNCI MOTOR DAN STNK ADA DI DEKAT TV. OIA, KALAU ADEK MAU PERGI HARI INI, TOLONG MAMPIR KE RUMAH Mbak Wati. BERIKAN DIA AMPLOP WARNA COKLAT YANG ADA DI DALAM LACI DALAM LEMARI MBA. HATI-HATI DI RUMAH, AWAS KALAU ADEK BAWA CEWEK KE RUMAH!
kalau ceweknya dita sih gak apa-apa :)


Aku tertawa membaca pesan dari Mbak Asih. Sepertinya Mbak Asih sedang honeymoon dengan mas sulis lagi nih setelah lebih dari seminggu di tinggal ke luar kota. Uh Mbak Asih, panas banget semalam ngentot dengan mas sulis. Ckckck beruntung kuadrat mas sulis bisa menikmati kemolekan tubuh Mbak Asih. Udah gitu sepertinya Mbak Asih juga memiliki nafsu seks yang besar. Stop yan stop !!. Aku mesti berhenti membayangkan adegan panas yang aku saksikan kemarin. Bisa-bisa aku berakhir dengan coli di kamar mandi nih. dan sempat-sempatnya Mbak Asih menggodaku tentang dita. Sepertinya Mbak Asih gak keberatan kalau aku dekat dengan Dita. Sial, aku jadi inget wa dari dita yang mengajakku nonton. Tapi untung saja aku tidak membalas wa-nya karena kalau kemarin aku mengiyakan ajakannya lalu tiba-tiba aku muncul dengan wajah berantakan seperti entah apa yang akan ia pikirkan.

Aku segera mandi karena ada janji menjenguk xavi di rumah sakit. Pasti teman-teman heran melihat wajahku yang berantakan kek gini dan mau tak mau aku mesti bercerita kepada mereka bahwa semalam aku mendatangi markas klub mobil leo. Selesai mandi, ganti baju dan memakai jaket biru bertudung agar wajahku yang bonyok ini tidak terlalu kelihatan, aku menyelesaikan sarapan dengan cepat. Lalu masuk ke kamar Mbak Asih dan membuka lemari untuk mengambil uang jajanku, wah mayan ditinggali uang 150 ribu buat 2 hari. Sekalian aku mengambil amplop berwarna coklat di laci untuk diberikan ke Mbak Wati. Aku timang-timang isi amplop ini, sepertinya berisi uang. Amplop coklat kumasukkan ke kantong saku lalu kukeluarkan motor Mio milik Mbak Asih. Kupanaskan motor sembari memakai sepatu kets. 5 menit kemudian motor sudah siap kupakai. Aku langsung meluncur ke rumah kontrakan Mbak Wati.

Tok..tok.…tok..

Kuketuk pintu rumahnya. Tak lama kemudian Mbak Wati keluar. Dia sempat tersenyum karena melihat aku datang, namun senyumnya langsung menghilang.

“yandi? Wajahmu kenapa? Kamu abis berantem ?”

“hehe biasalah mba. Mba ini ada titipan dari Mbak Asih buat Mbak Wati.” Kuserahkan amplop cokklat. Tapi Mbak Wati bukannya mengambil amplop, justru menarik tanganku ke dalam.

“ayo masuk dulu. Mba obatin wajahmu. Ganteng-ganteng kok memar dan benjol sih. Tar dita ga naksir kamu lagi lho. Untung mba mu juga sedang pergi ke luar kota, kalau enggak bisa makin babak belur kamu di hajar mba mu. Kamu duduk dulu yan. Bentar.”

Karena udah terlanjur masuk ke dalam rumah Mbak Wati, yawislah. Kulepas dulu sepatuku dan kuletakkan di luar. Mbak Wati keluar membawa baskom dan handuk kecil. Mbak Wati duduk di sampingku. meletakkan baskom berisi air yang berisi potongan es batu di meja, mencelupkan handuk ke dalam baskom lalu pelan-pelan menekannya di dahiku.

“aduh..duh…” aku mengaduh kesakitan saat handuk yang basah oleh air dingin ditempelkan di dahiku.

“makanya kalau gak mau benjol, sakit mukanya gak usah berantem. Dasar cowok.”

“pelan-pelan mba…” aku meringis sampai memegang tangan Mbak Wati ketika Mbak Wati kembali mengompres pipiku yang lebam.

“aduhhh!” reflek aku memegang tangan Mbak Wati dan menjauhkannya dari wajahku karena dia menyenggol rahangku yang masih terasa sakit jika terpegang.

“eh, maaf, maaf, rahangmu juga sakit?”

“i..ii..ya..mba.”

“coba kamu dongak ke atas.”

Aku pun mendongak ke atas, memperlihatkan rahangku yang juga agak benjol.

“wah iya, rahang dan dagumu juga lebam.”

Aku tiba-tiba merasa kegelian ketika terasa leher dan rahangku terasa dingin. Aku yang masih dalam posisi mendongak, melirik ke bawah dan melihat Mbak Wati meniup-niup rahangku yang sakit sembari perlahan-lahan mengompresnya. Arhh enak banget ! aku sampai merem melek dibuatnya.

“sepertinya uda agak mendingan nih, sampe keenakan...baru juga mba tiup..” Goda Mbak Wati. "Sebenarnya mba punya salep gel arnica yang bisa membuat luka lebammu cepat hilang yan,cuma salepnya habis. Yassudah mba kompres pake air dingin dulu.”

“nah wajah dan badanmu udah selesai mba kompres dengan air dingin dan es.”

Aku kecewa karena lagi enak-enaknya di rawat sama Mbak Wati, ternyata sudah selesai. Tapi saat aku hendak bangun justru Mbak Wati menyuruhku tetap berbaring.

“eh belum selesai. Kompresan air es cuma mengurangi bengkak dan radang. Sekarang mesti di kompres air hangat. Air hangat itu akan membuat aliran darah ke jaringan yang sakit dan mempercepat penyembuhan. Aturannya sih kompresan air hangat di hari kedua menunggu radangnya berkurang tapi khusus buat Yandi ada pengecualian karena toh kamu masih remaja, masih sehat jadi proses penyembuhan juga lebih cepat. Kamu santai aja dulu yan, kan hari libur. Tunggu bentar ya, mba ambil air hangat dulu.”

Kriiiiiing... Kriiiiiing... Kriiiiiing... Kriiiiiing...Kriiiiiing... Kriiiiiing... Kriiiiiing... Kriiiiiing !!

“Tuh hapemu bunyi. Angkat saja, sapa tahu Dita kangen hihihi.”

Mbak Wati lalu keluar dari kamar sambil membawa baskom. Kurogoh hapeku dan kulihat nama orang yang meneleponku.

Yosi memanggil….

Sialannnn, ganggu ajaaaaa !!! aarrggghh

Segera kuangkat teleponnnya.

“woi dimana lo !!! Lo lupa kita janjian jenguk xavi di rumah sakit? Uda nyaris jam 12 siang nih kampreeett !! Gue sama zen uda di kamar xavi. Dia sudah siuman, tapi karena rahangnya ternyata sedikit bergeser membuat dia dilarang banyak berbicara oleh dokter yang menanganinya. Cepet kesini sebelum jam jenguknya selesai."

“Iya-iya.”

“buruan.”

KLIK

Kulihat jam di hapeku menunjukkan jam 11.45 .

“Siapa yang nelpon Yan?” Dita atau mba mu?” tanya Mbak Wati.

“Teman mbak. Yawdah mba. Yandi mau pamit dulu mau pergi ke rumah teman. Makasih udah ngobatin yandi. Badanku uda lebih enak.”

“hehe iya dong, sebenarnya mba pengen sekalian pijitin kamu yan, karena badanmu terasa kencang semua. Tapi lain kali saja. Hati-hati ya.”

Setelah pamitan dengan mencium tangan Mbak Wati (reflek cium tangan) aku keluar dengan langkah mantap. Kunyalakan motor milik Mbak Asih dan segera meluncur menembus jalanan. Butuh waktu sampai 30 menit aku tiba di Rumah Sakit Harapan. Waduh udah jam setengah 1 siang. Aku tadi sempat baca kalau jam besuk sampai jam 1 siang doang. Karena lift sedang naik ke lantai 2, maka aku lebih memilih naik lewat tangga. 8 putaran tangga untuk mencapai lantai 4. Sampai di depan pintu kamar VVIP 1, kuketuk pelan lalu masuk ke dalam, Di dalam ada Xavi yang sedang buka hape, kepalanya di perban, dagunya juga nampak dililit perban, sementara Zen sedang baca majalah dan Yosi nampak berbincang dengan seorang wanita cantik yang belum pernah aku lihat.

“Yan! Gila lama bangettt !! Kem....eh !! Muka lo kenapa? Lu abis berantem?” Umpatan yosi berubah menjadi pertanyaan. Yosi mendekati dan mengamati wajahku dari dekat.

“pipi bengkak, dahi benjol, mulut sobek. Ini fix hasil berantem sama orang. Lu wajib cerita ! Siapa yang lakuin ini ke elo. “ tanya yosi berapi-api.

“eh jangan teriak-teriak, ini kita di rumah sakit. Tar aja aku cerita. Halo bro, gimana kondisimu?” kudekati tempat tidur Xavi. Xavi mengacungkan jempolnya ke arahku. Wajahnya meskipun masih memar-memar sudah jauh lebih baik. Xavi mengetikkan sesuatu ke hape lalu diberikan kepadaku. Kubaca pesan yang ia tulis di aplikasi Memo yang ada di hape.

Terimakasih yan. Maaf gue uda ngrepotin elu. Zen udah cerita semuanya tentang kejadian kemarin. Entah apa yang terjadi sama gue kalau seandainya elu memilih pulang seusai jam sekolah. Mungkin gue uda gak ada disini sekarang..maaf, dokter larang gue ngomong karena rahangku retak dan sedikit bergeser.Gue hutang nyawa sama elo.

Kukembalikan hape Xavi yang menatapku dengan pandangan agak berkaca-kaca.

“Udah ga usah dipikirin. Kamu banyak istirahat biar cepat sembuh.”

Belum sempat aku ngobrol banyak dengan Xavi, seorang suster masuk dan mengatakan jam besuk sudah selesai. Kami para tamu diminta untuk keluar kamar agar pasien bisa istirahat. Setelah pamitan sama Xavi dan cewek yang ternyata bernama Rebecca, yang ditugaskan oleh mama Xavi untuk menjaga Xavi di rumah sakit, kami bertiga lanjut mengobrol di luar kamar.

“Nah sekarang ceritain ke kami, lu berantem sama siapa? Karena kemarin malam sebelum kita pulang, lu masih baik-baik saja.” Tanya Yosi.

“Jadi gini.....aku...laper....kita cari makan dulu yuk.”

“Ah kampreeettt. Mau makan dimana nih? Gue juga laper.”

“Dekat sini ada Warung Upnormal. Mau makan disana? Gue juga mau cerita sesuatu.” sahut Zen.

“Wah wah, kok sama. Gue juga mau cerita sesuatu. Oke makan disana aja lah, lu mau makan sana Yan?” Ujar Yosi

“Yok, aku bawa motor mba ku.”

“sip, tadi kesini gue juga bareng Zen.”

Lalu kami bertiga meluncur dari Rumah Sakit Harapan menuju Warung Upnormal. Karena sedang libur tanggal merah, Warung Upnormal ternyata lumayan ramai. Lalu Zen mengajak kami duduk di lantai atas di meja outdoor paling pojok biar kami bisa ngobrol dengan bebas. Setelah memesan, membayar makanan dan menunggu pesanan kami datang kami betiga mulai bercerita. Dimulai dari aku yang bercerita bahwa luka bonyok ini akibat berkelahi dengan teman-teman klub mobil Leo. Karena ternyata susah sekali ketemu Leo tanpa melewati teman-temannya tersebut.

“Setelah aku dikeroyok teman-temannya dan mendapat hadiah uppercut yang membuat rahangku bengkak, Leo keluar dan menemuiku. Aku ingin bicara 4 mata saja denganya, ya setelah Leo menyuruh teman-temannya pergi meninggalkan kami berdua, akhirnya aku bisa bicara dengan leo. Di hadapan Leo aku bilang bahwa aku minta maaf kalau ada perbuatan maupun ucapan yang membuat dia tersinggung. Aku juga bilang ke Leo bahwa aku yakin bahwa dia terlibat dalam kejadian sore tadi di sekolah tapi aku gak punya bukti. Jadi selain minta maaf aku juga minta agar kami berdamai.”

“lu goblog banget ato gimana sih! Ya jelas aja lo dihajar teman-teman Leo kalau lu tiba-tiba muncul di sana. Udah gitu lu ngapain minta maaf ke bangsat itu! Gue juga yakin dalang pemukulan Xavi pasti Leo. Terus setelah elo ngomomg kayak gitu depan mukanya, apa tanggapan Leo? Pasti dia gak ngaku.”

“Iya. Leo bilang bahwa dia gak ada hubungannya dengan kejadian di sekolah yang menimpa xavi. Yang ada dia malah tersinggung karena aku sudah menuduhnya begitu saja. Yos, aku memang bodoh karena datang kesana sendirian, tapi luka-luka ini sepadan dengan hasilnya. Saat dia membantah tuduhanku itulah aku yakin 99% bahwa Leo adalah sutradara dibalik penyerangan Xavi.”

Aku menyeringai ke arah Yosi dan Zen. Zen yang pertama tersenyum dia sepertinya tahu apa yang kumaksud.

“Gue salut sama elo yan. Elo bisa-bisanya mikir sampai sejauh itu., ahahaha! Leo sang macan terjebak dalam umpan yang dipasang oleh Sang Kijang ahaha.”

“Eh ngape lo ketawa Zen. Gua masih belum bisa menarik kesimpulan dari tindakan dan perkataan Yandi barusan. Kan Leo udah jawab mentah-mentah bahwa dia gak terlibat dalam dalam tindakan kekerasan di sekolah yang menimpa Xavi.”

“Sepertinya ada yang masih gagal paham nih. Yan coba elu ulangi pelan-pelan jebakan betmen yang elo taruh saat elo nuduh Leo, biar teman kita yang ganteng ini gak tersesat hahah.” ucap Zen.

“Bangsat lu Zen pake acara nyindir gue. Coba cepat yan ulangi lagi perkataan elo ke Leo.” Yosi nampak tidak sabar.

“Hehehe santai Yos. Aku bilang begini ke Leo, “aku tahu kalau kamu berhubungan dengan kejadian tadi sore disekolah.” ”

Yosi nampak berpikir, Zen mencoba membantunya memecahkan teka-teki yang belum bisa dipahami Yosi.

“Nah sekarang, lu coba ulang perkataan Yandi barusan lalu lu gabungin dengan sanggahan Leo.Lu ucapin pelan-pelan deh, pasti lo kali ini bisa nangkep jebakan betmen yang ditaruh Yandi.”

“Hmm Yandi bilang, 'aku tahu kalau kamu berhubungan dengan kejadian tadi sore disekolah.' dan Leo menyanggah dengan mengatakan bahwa dia gak ada hubungannya dengan kejadian di sekolah yang menimpa Xavi.....Xavi? Bagaimana Leo bisa tahu kalau kejadian di sekolah tadi sore yang menimpa Xavi? Hmmm.AHHHH GUE NGERTI SEKARANGGGGGG!! AHAHAHAHAH ANJINGGGG LU YAAANN PINTER BANGEEETTT.” Teriak Yosi girang,

Beberapa pengunjung nampak menoleh ke arah meja kami dengan tatapan tidak risih.

“Eh biasa kali gak usah pake acara teriak-teriak segala.” Tukas Zen.

“Hehe karena aku pura-pura minta maaf sebagai pihak yang salah agar ego Leo semakin tinggi dan menganggap bahwa dia di posisi yang benar dan aku yang salah. Dan karena kesombongannya itulah membuat Leo berbicara tanpa ia pikirkan matang-matang. Saat aku menuduhnya terlibat dengan kejadian tadi sore di sekolah, aku tidak menyinggung nama Xavi sama sekali. Yang tahu bahwa ada kejadian tindak kekerasan yang menimpa Xavi hanya aku, nando dan teman-temannya dan tentu saja para pelakunya baik sang sutradara maupun aktor langsung pengeroyokan Xavi. Jelas Nando dan teman-temannya ga mungkin kenal ataupun tahu nama anak yang tergeletak pingsan di kamar mandi adalah Xavi.

Jadi ketika Leo menyebut nama Xavi dalam bantahannya, maka sang sutradara dibalik penyerangan Xavi secara tidak sadar sudah berjalan dalam sorotan lampu panggung dan mengekspose dirinya sendiri. Seandainya saja kalian tahu betapa susahnya aku menahan diri agar tidak menyerang Leo saat itu juga. Karena aku ingin membuat Leo tidak berkutik dengan menghadirkan sang aktor yang mengaku di depan banyak orang bahwa dia adalah orang suruhan Leo. Bummm !!! baru kita bisa habisin sang aktor dan sang sutradaranya sekaligus kalau perlu kita gasak sekalian Gom dan teman-temannya agar mereka tidak berani berurusan dengan kita sekaligus !!! ”

Yosi dan Zen serentak berdiri lalu tepuk tangan.

“Bravo Yandi...Bravo !!!” Ucap Zen.

“Dibalik keculunan dan asalmu yang dari kampung, lo ternyata nyeremin juga yan. Gue suka gaya lo!!”

“Eh apaan sih kalian berdua pake tepuk tangan segala. Malu!”

Lalu pesanan makanan kami pun datang. Sambil makan kami melanjutkan obrolan yang makin seru.

“Cuma meskipun aku bisa menjebak Leo, tetap saja ada 1 perangkap yang Leo pasang dan kumakan mentah-mentah.”

“Apaan?” tanya Yosi.

“Pasti Leo punya alasan kenapa Xavi kok dibawa ke kamar mandi Cowok di lantai atas gedung kelas 3 lalu dikunci disana. Leo tahu bahwa kita bertiga akan mencari Xavi setelah aku sadar bahwa dia menghilang dan sepertinya Leo juga tahu kebiasaan anak-anak kelas 3 yang nongkrong di depan kelas seusai jam pelajaran berlangsung dan menurutku kenapa tidak ada yang tahu Xavi dibawa ke kamar mandi cowok karena pelaku dan Leo sudah mengenal situasi dimana pintu-pintu kelas 3 di gedung kelas 3 selalu tertutup saat pelajaran berlangsung sehingga memudahkan pelaku menyeret Xavi sepanjang lorong kelas 3 melewati kelas D, E dan F tanpa ada yang tahu. Jadi Leo sudah memperkirakan bahwa salah satu dari kita akan mencari Xavi sampai naik ke lantai atas gedung kelas 3. Jadi Leo seolah mengadu kita dengan anak kelas 3 karena dia tahu persis perangai anak-anak kelas 3 yang paling tidak suda melihat anak kelas 1 dan 2 berkeliaran di gedung kelas 3. Jadi rencana Leo yang sebenarnya adalah menghajar kita berempat menggunakan tangan orang lain. Xavi dihajar oleh pelaku atas perintah langsung Leo dan kita bertiga dihajar oleh anak kelas 3 tanpa ampun. Leo menang dan kita semua habis tanpa mengotori tangan dia sediktpun.”

Mendengar penjelasanku kulihat wajah kedua temanku merah padam. Aku tahu perasaan mereka berdua, mereka pasti sama sepertiku semalam.

“Tetapi 1 rencana lain dimana kita habis dibantai anak kelas 3 gagal total karena secara mengejutkan oleh kalahin Nando.”

“Bukan gagal sih hanya tertunda, karena besok pun Nando dan anak kelas 3 lainnya akan membuat perhitungan denganku dan dengan kalian berdua juga. Yah meskipun besok kita hancur besok, minimal kita tahu sekarang peran Leo.” paparku.

“Besok kita ga sepenuhnya hancur,semalam gue ke tempat Bram. Gue minta tolong Bram dan teman-temannya membantu kita ya minimal perang tidak meluas dan tidak melibatkan Oscar serta Budi. Konflik hanya melibatkan Yandi versus Nando.”

“Cih dengan cara apa Bram bisa menahan agar Oscar dan Budi tidak ikut dalam konflik ini?” Sindir Zen.

“Bram siap untuk mengumpulkan 50an anak kelas 2 untuk menjadi bala bantuan kita jika Oscar dan Oscar ikut campur.”

“Oh, memangnya kita bertiga + Bram + 50 orang dari anak kelas 2 akan cukup untuk melawan Oscar, Nando dan Budi? Sudah pasti Oscar cs juga punya gerombolan sendiri. Mereka bertiga menguasai 3 kelas.”

“itu juga sudah kusampaikan ke Bram, lalu Bram bilang gue untuk tetap tenang karena dia punya senjata rahasia.”

“Senjata rahasia?” Aku penasaran mendengar penjelasan Yosi.

“Kamu masih ingat dengan Jati ? Dia anak kelas 3. Dan dia sangat membenci Oscar. Jati bisa membawa sekitar 20 orang dari kelas 3. Jadi kubu kita selain kita bertiga ada Bram + 50 orang dari kelas 2 dan Jati + 20 orang dari kelas. Aku tidak tahu apakan akan cukup untuk melawan mereka. Dengan gambaran kekuatan seperti itulah, Bram akan membuat Oscar akan Budi untuk tidak ikut campur jika ingin masa-masa kelas 3 diisi dengan perang antar angkatan.”

“Keren juga si Bram punya massa sebanyak itu. Yos, bantuan yang elo minta ke Bram itu gak gampang dan gak mungkin gratis. Nah apa “bayaran” yang Bram minta dari kita?” Tanya Zen.

“Yandi, Bram minta Yandi.”

Aku terkejut mendengarnya “Minta aku, maksudnya apa? Aku jadi pengikut Bram?”

Yosi menggeleng.

“Bram minta kalau elu bisa kalahin Nando, Bram akan menantangmu berduel. Karena dia belum pernah bertemu orang yang bisa kalahin Nando, ya tentu saja kecuali Oscar, Feri dan Axel karena ketiganya menurut Bram sudah pernah kalahin Nando dalam duel satu lawan satu.”

“Anjing juga si Bram. Apa maksudnya coba?” Sergah Zen kesal.

“Seperti yang dulu pernah gue ceritain tentang si Bram, dia punya sifat penasaran terhadap orang yang lebih kuatn dan pernah mengalahkannya dalam duel. Asal kalian tahu, Bram sudah 4 kali duel dengan Nando. Hasilnya ? Skornya 4-0 untuk Nando. Zen, si anjing Bram inilah satu-satunya orang yang bisa menolong kita besok, suka tidak suka. Yan, sebenarnya ada cara lain sih agar selesai urusan dengan Nando lu gak berurusan dengan Bram..yakni......”

“Yos, kamu minta aku mengalah lawan Nando gitu? Pemikiranmu dengan aku kalah lawan Nando, otomatis Bram akan mengurungkan niatnya untuk mengajakku duel kan. Enggak Yos maaf. Dalam kamus hidupku, gak ada yang namanya mengalah saat ada orang yang mengajakku duel. Apalgi aku yakin kabar bahwa Nando kalah lawan anak kelas 1 sudah terdengar dimana-mana. Dan itu pasti membuatnya murka, kalau aku mengalah lawan banteng yang sedang terluka sama saja dengan bunuh diri. Aku tidak tahu apakah aku bisa mengalahkan Nando dalam duel satu lawan satu, tapi yang jelas aku tidak akan mengalah dan Nando tidak akan kubiarkan memperoleh kemenangan dariku dengan mudah. Dia harus mengerahkan segala yang dia punya karena aku juga akan serius dan mengerahkan segalanya untuk menghadapi Nando. Urusan dengan Bram nanti sajalah. ”
Sebenaranya aku cukup kesal dengan Yosi karena memintaku untuk mengalah tapi aku tahan saja kekesalanku karena berkat Yosi juga paling tidak kami punya sekutu dan bala bantuan.

“Yos, gue akui gak gampang untuk membujuk seorang Bram untuk ikut campur dalam urusan besok, dan benar perkataan Yandi, urusan dengan Bram kita pikirkan nanti saja belakangan. Guys, untuk bagianku yang mencari tahu siapa sekutu Leo di kelas 1 yang menghilang tidak ada di kelas saat Xavi menghilang anggap saja beres karena gue uda tanem mata-mata di kelompoknya Gom jadi mungkin saja dia bisa memperoleh info siapa pelaku langsung pengeroyokan Xavi dan tenang saja dia gak akan berani berkhianat atau memberikan info palsu.”

“Mata-mata di kelompok Gom? Edann keren. Siapa mata-mata elo?”

“Demi keselamatan dia, maaf teman gue gak bisa beritahu.”

“Anjay gaya banget haha oke gue sih gak masalah.” Sahut Yosi.

“Tapi mendengar cerita yandi tentang bagaimana leo mengatur sedemikian rupa rencana busuk untuk habisin kita, gue jadi memikirkan sesuatu yang sebenarnya gue takutin bakal kejadian tapi sepertinya ketakutan gue jadi kenyataan. Yan, elo tadi kan cerita bahwa si pelaku tahu banget tentang situasi lorong kelas 3 yang sepi karena pintu kelas selalu ditutup dan dia juga tahu ada kebiasaan anak kelas 3 yang nongkrong di depan kelas seusai jam sekolah. Pelaku ini gak akan tahu hal ini begitu detil dan timing ekseskusi yang sempurna kalau dia bukan dari anak kelas 3 itu sendiri. Dengan kata lain salah satu pelaku pengeroyokan Xavi gue yakin adalah anak kelas 3.”

Aku terdiam memilkirkan perkataan Zen dan harus kuakui itu memang benar.

“Anjinggg.....” Ujar Yasi pelan.

“Gue sama sekali gak punya gambaran siapa dan kenapa ada anak kelas 3 yang mau lakuin hal kotor demi Leo. Tapi gue yakin salah satunya adalah motif uang. Leo anak orang kaya, dia dengan mudah menawarkan segepok uang kepada siapa pun untuk melakukan pekerjaan kotor untuknya.” ujar Zen.

“Tapi bagaimana jika selain tawaran uang dari Leo, si pelaku ini juga punya motif pribadi yakni mengadu domba antara kelas 3 dengan angkatan lain. Anjing, gue tiba-tiba jadi kepikiran kalau Leo juga sudah memperkirakan kedekatan gue dengan Bram dan kemungkinan bahwa Bram juga akan berada di pihak kita. Pelaku ini sepertinya memiliki dendam dengan Oscar, Budi dan Nando. Bisa jadi pelaku berasal dari musuh Oscar Cs yakni kelompok Feri, Deka dan Darma. Oia, kalian tahu gak kalau Feri sang pemimpin kelompok ini berteman dekat dengan Axel. Kalau misalnya memang benar pelaku dari kelompok Feri atau mungkin salah satu dari Feri, Deka dan Darma dan kita tetap menghabisi dia, sama saja kita memicu perang melawan Feri cs dan juga mungkin bakalan melawan Axel... Axel bro, Axel !! Sialan bayangin lawan Oscar cs aja gue ua gemeter. Apalagi lawan Feri cs + Axel......mending gue pindah sekolah aja kali. Ya Tuhan, aku mohon jangan biarkan pelaku tesebut berasal dar kelompok Feri cs....amin.”papar Yosi.

Zen tiba-tiba berdiri lalu menyalakan rokok nampak gelisah.

“Bayangkan jika besok memang terjadi perang besar kelas 1 + kelas 2 melawan Oscar cs. Apapun hasilnya, Leo dan sang pelaku tetap akan menjadi pemenang dan tertawa di atas kita semua....” ujar Zen.

Aku mengamini semua perkataan Zen, karena siapapun entah pihak kami atau pihak Nando,yang menang, kami semua tetap kalah karena terjebak dalam perangkap brilian yang dipasang Leo.


******

@ Teras Rumah
2 jam sebelum tengah malam

******














(POV Feri)


Axel calling....

Tumben ni anak telepon.

“halo bule bangsat, masih hidup lo .” jawabku

“Hahahaha, sapaan salam macam apa itu. Tenang fer, gue akan mampus sebelum gue berhasil bobok sama Vera, pacar lo yang pinter banget itu. Hahaha”

“pantas aja loe ga naik kelas. Otak lo korslet. Ngapain lu nelpon gue?”

“Gak, ngabisin pulsa aja sambil nunggu Hanny selesai mandi.”

“Hanny?? Hanny anak kelas 3 dari SMK XXX?”

“Yoiii sapa lagi..”

“Xel, fotoin toketnya dong hahahaha.”

“Wakakaka bngsat juga loe, tau gitu percakapan ini gue rekam terus gue kasih ke Vera pacar lo. Biar lo berdua putus terus gue bobo sama dia hahaha sekali-kali pengen ngrasain cewek bekas elu haha.”

“Babi lo. “

“Fer, kabar sekolah gimana, gue belum sekolah 2 minggu nih, hahaha.”

“Sekolah ada masalah dan kemungkinan bisa terjadi perang antar angkatan.”

“Wah seru. Gara-gara paan?”

“Gue denger kabar kemarin ada anak kelas 1 yang dihajar lalu dibiarkan pingsan di kamar mandi cowok gedung kelas 3. Terus ada teman ni bocah yang mau nolong entah gimana ceritanya gue juga belum jelas yang pasti ni anak buat Nando ngamuk.”

“wuih ada anak kelas 1 yang bisa buat Nando ngamuk? Wih keren!Tapi kasian baru kelas 1 uda kena Nando, paling besok dia minta pindah sekolah.”

“Enggak, justru kata Luis, yang jadi saksi mata perkelahian anak kelas 1 lawan Nando, justru Nando yang kalah.....pingsan dalam sekali pukul.”

“wakakakakakakakakkaaka Nando pingsan kena sekali pukul.”

“kalalu bukan Luis yang cerita gue gak bakal percaya. Dan sepertinya Nando besok akan melakukan pembalasan.”

“Wah lama gak dengar perang di sekolah seru banget nih, besok gue masuk ah.”

“Tapi gue dengar kabar kalau, ada mobilisasi anak-anak dari kelas 2, entah dia memihak siapa tapi feeling gue gak enak kalau bener kejadian.”

“Siapa yang koordinasi anak kelas 2?”

“Bram..lu dikelas 2 F kan? Selamat lu bakal sekelas sama anak paling kuat di angkatan kelas 2.”

“HOREEEEEEE!! Asyikkk !! Dapet temen berantem yang baru. Oke fix gue besok masuk sekolah. Eh dadah dulu ya, gue mau cabut."

KLIK.

Dasar anak aneh, kalau ada acara berantem-berantem dia paling semangat..fiuh entah apa yang akan terjadi besok, sepertinya harapan gue pengen melewatkan masa kelas 3 dengan tenang, tidak akan jadi kenyataan.


= BERSAMBUNG =

7 comments for "LPH #15"

  1. Lanjut om,biar lengkap disini,,,,
    😈😈

    ReplyDelete
  2. Maksih udah coba ngasih hiburan hu.kangen LPH..tp mash setia nunggu episod 87 hu...gmn cra yandi ngatasi konflik dengan BLC... di nanti bosku @serpanth

    ReplyDelete
  3. mulai rutin post episode lama..two tumbs up for you om panth..

    ReplyDelete
  4. Melanjutkan sesuatu yang tertunda om Panth

    Let the war begin

    ReplyDelete
  5. Mantap baca ulang lagi dah jadinya

    ReplyDelete

Post a Comment