Featured Post

LPH #51

Episode 51
Big Bang Last Part



(pov : Yandi)


"Gimana masih berasa nyeri gak?" tanyaku di sela-sela sit-up.

"Lumayan, tetapi makin membaik lah. Klo gue kebanyakan istirahat malah badan gue jadi kaku Yan," jawab Xavi sambil duduk dan mengangkat 1 barbel 5 kg dengan tangan kirinya. Xavi sepertinya memang sengaja mengangkat dengan tangan kiri agar rusuk kirinya yang dalam tahap pemulihan juga mendapat sedikit latihan.

"Dah, jangan di forsir dulu tuh rusuk. Woi Zen. Lu gak ngapa-ngapain malah ngrokok di ruang gym. Polusi anjir! Ngrokok di luar sana!" tegur Yosi yang sedang jogging di atas treadmill.

"Siapa bilang gue gak ngapa-ngapain. Lo gak liat apa gue lagi bikin sesuatu," balas Zen yang duduk di dekat jendela sambil merokok dan mencoret-coret buku tulis.

"Bikin apa Zen?" Aku bertanya kepada Zen sambil melakukan pendinginan. Mayan seger ni badan abis fitnes bareng sama Zen, Yosi dan Xavi di rumah Xavi tentu saja.

"Bikin logo band kita Yan," jawab Zen tanpa melihat ke arahku.

"Paling gak jauh-jauh dari gambar tengkorak," celetuk Xavi.

"Oia, ide lo bikin logo band kita boleh juga tuh. Lo bikin logo XYZ kan? Liat dong!" tukas Yosi.

"Bentar. Gue masih bikin sketsanya dulu. Dan kali ini gak pake tengkorak."

"Ngomong-ngomong soal band, kita nanti garap lagu apaan? 3 minggu lagi lho. Karena seminggu ke depan kita ujian tengah semester, kita cuma ada waktu latihan intensif setelahnya yakni 2 minggu. Ruangan studio musik gue di gembok sama Mamah. Baru dibuka setelah kelar ujian katanya," ujar Xavi.

"Udah bahas nanti aja, tuh waktu seminggu bisa lo manfaatin buat nyembuhin total 2 tulang rusukmu. 2 minggu cukuplah kita ngegarap akustikan," terang Yosi.

"Iya sih, perkiraan gue seminggu lagi udah enakan nih. Eh Yan, kita nanti dapat jatah berapa lagu?" Tanya Xavi.

"Lagu sih terserah, yang penting durasi maksimal kita tampil 20 menit."

"20 menit ya. Bisa dapat 3-4 lagu tuh. Kalau rundown gimana, uda ada? Kita main jam berapa?"

"Belum di rilis sama panitia. Nanti selesai ujian baru dikasih tahu. Namun garis besarnya 5 peserta audisi akan jadi opening act. Lalu setelahnya 3 bintang tamu dari sekolahan. Nah setelah itu, secara bergantian bintang tamu lokal dan internasional akan bermain. Yang pasti Paramore jadi pengisi puncak acara."

"Udah gak sabar gue mo poto bareng sama Hailey, arghhhhh!" Seru Yosi.

"Kalau aku mo poto bareng dengan seluruh personil Hantaman, hoho," kataku.

"Kalian norak banget sih ketemu idola, cuma ajak foto doang. Kalo gue nanti mo ajak Brian Imanuel aka Rich Brian ngopi bareng," ujar Yosi.

"Kalau gue nanti mau kasih sketsa portrait Su-Metal, Moa-Metal, Yui-Metal sebelum Babymetal main," celetuk Zen.

Wah sepertinya semua orang sudah membawa misi masing-masing ketika bertemu idola. Ah aku juga tidak sabar ketemu sama bang Arya, bang Stefan, bang Anin dan bang Bagas.

"Eh Yan, lo tadi bilang ada 3 bintang tamu dari sekolahan kita. Siapa aja? Vinia ikut maen? 2 bintang tamu lainnya siapa?" tanya Yosi tiba-tiba.

"Iya salah satunya Vinia + Apollo 17. 2 lainnya..DJ Kevlar.."

" Anjing, siapa sih yang minta tuh DJ amatir main di pensi, " keluh Xavi.

Aku tidak menggubris perkataan Xavi karena bintang tamu selanjutnya pasti membuat Yosi salah tingkah. "Vinia, DJ Kevlar dan MBK-nya Bram. Ketiganya akan ikut mengisi acara."

"Fuuuuckkkkk, terkutuk panitianya!! Band caur kek MBK di undang??? Masih dendam gue sama antek-antek Oscar.."

Yosi terdiam saat band Punk bentukan Bram ikut main.

"Ya mau gimana lagi, MBK kan cukup terkenal di scene punk lokal," jawabku.

"NAH UDA JADI !" teriak Zen tiba-tiba.

Karena teriakan Zen yang cukup keras membuat kami bertiga terlonjak kaget.

"Kamprett ! Biasa aja dong ! Bikin kaget lu ! Uda jadi lo bikin logo XYZ?" ujar Yosi.

"Udah. Sini lo pada," ujar Zen.

Aku, Xavi dan Yosi langsung mendekati Zen lalu duduk bersila depan dia.

"Ini logo XYZ kita. Dan ini adalah desain pertama, untuk desain logo kedua yang lebih keren menyusul. Gimana?"

Wow.



Keren. Banget. Simple tapi oleh Zen tulisan XYZ menyerupai bintang segilima namun dalam posisi terbalik.

"Pentagram," kataku pelan.

"Eh iya juga ya. Ini kek Pentagram. Pentagram kan di asosiasikan sebagai simbol pemuja setan," celetuk Xavi.

"Gak, itu asosiasi yang salah. Pada awalnya Pentagram adalah simbol religius untuk kaum Pagan. Tapi pada jaman sekarang ini kata Pagan telah hampir disamakan dengan pemujaan setan — sesat konsep —. Akar katanya adalah dari bahasa latin Paganus, artinya penduduk negeri. Kaum Pagan secara harafiah berarti orang-orang desa yang tidak ter-indoktrinasi, yang berpegang teguh pada agama pedesaan tua yang menyembah alam," jelasku.

Ketika aku hendak menerangkan lebih lanjut, Yosi langsung memotong. "Yelah Yan, udah cukup. Lo kalo masalah sejarah beginian jago banget. Bisa nyerocos panjang. Tapi gue gak peduli arti Pentagram, mau jadi simbol pemuja setan kek, jadi simbol keagamaan kek, gak peduli gua. Yang gue tahu, ini logo keren banget !!"

"Gue sebenarnya sengaja membentuk logo XYZ menyerupai pentagram atau kepala kambing karena gue ingin siapapun yang melihat logo XYZ akan merasakan sebuah kekuatan misterius kita karena Kepala kambing adalah simbol dari Baphomet, sang ksatria templar, yang merupakan lambang dari satanis. Gue bukan pemuja setan lho ya, begitu juga dengan kalian. Namun gue ingin menciptakan kesan seram di logo kita. Siapapun yang mencari masalah dengan XYZ, kita akan berikan neraka kepada mereka," jelas Zen.

Jika Yosi dan Xavi bertepuk tangan mendengar arti pesan dibalik logo XYZ, tiba-tiba aku mendapatkan pencerahan. Aku membayangkannya dan tubuhku bergetar. Bergetar merasakan energi yang meluap-luap hanya dengan membayangkan hal itu terjadi.

"Teman. Tiba-tiba aku punya ide. Namun ideku ini sangat berbahaya dan bisa memantik kerusuhan besar dimana kita menjadi pelaku utamanya. Kalian mau dengar?"

Yosi, Zen dan Xavi berpandangan. "Katakan Yan. Elo leader kami," tegas Yosi.

Aku menarik nafas lalu selanjutnya hampir setengah jam aku menjelaskan "vision" yang barusan menghampiriku. Selesai menerangkan kepada mereka bertiga. Aku bertanya, "Bagaimana, kalian berani?"

"BANGSAATTT !! GUE SUKA IDE LOOO !" teriak Zen.

"AAARGGHHHHH !! BAJINGAN LO YAN ! BIKIN GUE GAK SABAR NUNGGU 3 MINGGU LAGI!! TANGAN GUE UDAH GATELLLL !!" Seru Yosi.

"Xav, gimana kamu ikut? Kalau kamu ikut, pengorbanan elo yang paling besar," kataku.

Xavi tiba-tiba berdiri dan dengan tangan kosong langsung memukul sansak yang tergantung.

BUGH!

"HELL YEAAHHH !! 10000 % GUE IKUTTT ANJINGGG ! GUE GAK PEDULI RESIKONYA !!!" teriaknya sambil memamerkan kepalan tangannya.

Kami berempat lalu saling berpandangan.

Aku menjulurkan tangan kanan. Dan diikuti ketiga sobatku.

"Hitungan ketiga, kita teriakkan bersama-sama. 1..2..3 !!"

"RAISE AND GIVE THEM HELLLLL !!YEAHH!"

Dan kami berempat tidak sabar menantikan hari itu tiba.!!!


***

Peristiwa keluarnya ketiga siswa kelas 1 menjadi bahan pergunjingan dan isu panas di sekolah, namun hal tersebut tidak berlangsung lama karena ada dua hal. Hal pertama, subjek yang mereka bicarakan adalah adik tiri Oscar, urusan bisa panjang kalau ketahuan Oscar saat sedang membicarakan kebusukan Leo. Hal kedua adalah, sekolah sedang masa tenang karena menjelang ujian tengah semester. Dan semua siswa nampak sangat antusias menghadapi ujian kali ini karena ada sesuatu yang menarik disampaikan Pak Tomo di pidato beberapa hari sebelum ujian di mulai.

“Anak-anak, seperti yang kalian ketahui, pensi yang akan diadakan sekolah kita 3 minggu lagi adalah acara esklusif yang hanya diperuntukkan untuk murid, guru dan staf di SMA NEGERI XXX. Acara tersebut sengaja dibuat terbatas untuk kita karena saya ingin kalian semua menikmati sebuah acara music bertaraf internasional dengan senyaman mungkin. Selama beberapa bulan saya disini, saya bisa melihat perkembangan yang semakin positif. Baik dari segi kualitas kompetensi nilai, kedisiplinan dan keseriusan dalam hal akademis.”

Pak Tomo berhenti berbicara sebentar karena semua siswa bertepuk tangan, bersiul dan mengelu-elukan nama Pak Tomo karena berkat inisiatifnya, semua murid SMA NEGERI XXX akan mendapat sajian pensi bertajuk BIG BANG yang oleh salah satu surat kabar ternama dilabeli dengan Calon pensi SMA termahal dan termewah di Indonesia yang akan digelar pada tanggal 30 Desember atau 3 minggu lagi.

“Namun, agar membuat kalian semua tambah semangat belajar dan berjuang semaksimal mungkin di ujian mid semester minggu depan, saya akan memberikan sedikit doping. Dengarkan baik-baik, untuk murid yang ketika nanti pembagian raport masuk masuk ke dalam rangking 10 besar di kelasnya, akan mendapatkan satu free pass menonton Big Bang yang bisa kalian berikan kepada siapa saja. Dan khusus untuk juara 1,2,3 akan mendapatkan free pass pass lebih dari 1. Juara 3 mendapatkan dua free pass, juara 2 mendapat  tiga free pass dan juara 1 memperoleh  lima free pass.”

Suasana sekolah pun kembali riuh mendengar hal tersebut. Aku sendiri juga pengen ajak Dita nonton pensi. Karena dia suka sama Ed Sheeran. Romantis kali ya pas Ed nyanyi “Thingking Out Loud” secara live, aku gandengan tangan dengan Dita. Wuah keren pastinya. Cuma ya itu, masuk 10 besar itu tantangan yang cukup berat karena dari beberapa kali pre-test aku berada kisaran 20 besar dari 40 murid di kelas 1F. Namun di saat aku agak pesimis, aku ingat. Ada dua temanku yang masuk 10 besar yakni Zen dan Xavi. Hoho bisa kali ya aku minta satu free pass. Terutama Xavi yang sudah masuk 5 besar di kelas. Kalo dia dapat rangking , dia dapat dua free pass, hohoho.

Di saat aku punya pikiran ingin mengemis satu free pass untuk Dita ke Xavi jika dia dapat lebih dari satu tiket, Pak Tomo ternyata belum selesai berbicara. Karena ia menambahkan satu syarat khusus lainnnya yang disambut dengan teriakan dan tepuk tangan yang jauh lebih meriah dari semua murid.

“Buat siswa lain yang selama ini belum pernah masuk ke dalam rangking 10 besar di kelas, tidak usah berkecil hati atau pesimis. Karena tanpa masuk 10 besar pun, kalian tetap mempunyai kans untuk mendapatkan satu free pass. Caranya? Mudah saja. Jika kalian mendapat raport dengan nilai rata-rata di atas 9,0, silahkan hubungi panitia dan mereka akan memberikan satu buah free pass kepada kalian dengan senang hati. Oke, selamat belajar anak-anak!”

Tentu saja pengumuman ini membuat semua murid kegirangan dan bertepuk tangan dengan meriah karena ada harapan untuk mendapatkan tiket masuk ke pensi untuk pacar, teman atau siapa saja!

Setelah mendengar hal tersebut, aku cuma bisa geleng-geleng kepala. Pintar sekali beliau. Ah tidak ini bukan lagi pintar tetapi lebih ke jenius !

Aku bisa mengatakan hal tersebut karena secara tidak langsung beliau ingin memupus gap nilai antara murid 10 besar dengan murid lainnya yang terlalu jauh. Kalau aku perhatikan, nilai rata-rata murid 10 besar berada di kisaran minimal 9,3. Sementara range nilai 9,2-8,5  dimiliki  murid berperingkat 11 hingga 20. Selebihnya nilai 8,4 sampai 8,0 menjadi nilai rata-rata mayoritas murid di kelas. Karena tingginya standar nilai rata-rata yang ditetapkan yakni di angka 8,0 membuat kami siswa SMA NEGERI XXX belajar keras karena murid yang nilainya di bawah standar sekolah akan masuk evaluasi sekolah. Mulai dari pemanggilan wali murid sampai dengan SP3 yang berarti dipersilahkan untuk mencari sekolah lain.

“Ya ampun yang, dapat nilai rata-rata 8,0 jadi peringkat buncit di pre-test ?ckckckck. padahal dengan nilai tersebut, temanbmu itu bisa masuk ke peringkat yang lumayan di sekolahku,” ujar Dita ketika suatu hari aku bercerita tentang salah satu temanku di kelas yang sampe menangis karena yang yang biasanya masuk 20 besar tetiba dapat rangking 40 alias peringkat terbawah dengan rataan nilai 8,0

Setelah mendengar pengumuman tersebut, aku yakin semua siswa akan terpacu mengejar angka rataan 9,0 di ujian mid semester kali ini. Termasuk aku. Jarak antara rataan nilaiku saat ini yakni 8,5 dengan nilai 9,0 hanya 0,5 saja, masih sangat mungkin aku kejar. Jika semua murid di luar 10 besar sudah mengincar nilai 9,0 aku yakin tingkat persaingan dan iklim belajar akan menjadi ketat. Luar biasa memang pak Tomo. Dia sudah melakukan kalkulasi dengan cermat dan logis, karena jika semua siswa katakanlah mendapat nilai rataan 9,0  ketika pembagian raport nanti, semua pihak akan merasa senang.

Semua siswa senang karena minimal mendapat 1 free pass yang bisa digunakan untuk mengajak teman, pacar atau anggota keluarganya. Sementara pihak sekolah juga akan turut merasakan dampak positif yakni menjadi SMA dengan nilai rata- rata 9,0 yang bisa menjadikan SMA NEGERI XXX sebagai satu dari sedikit sekolah elit yang ada di negeri ini.

Pak Tomo, sejak peristiwa aku mendatangi beliau ke ruangannya dan mengajukan tuntutan hingga akhirnya Leo, Bembi dan Astra angkat kaki dari sekolah ini, aku belum sempat meminta maaf dan berterimakasih secara langsung. Karena akhir-akhir ini aku lihat beliau jarang berlama-lama di sekolah.

Di saat yang bersamaan aku sempat khawatir akan terjadi sesuatu ketika akhirnya Leo, Bembi dan Astra pergi  dari sekolah ini. Aku yakin Oscar mengetahui bahwa aku lah penyebab adik tirinya tersebut terpaksa keluar. Makanya aku meminta teman-teman untuk selalu siaga dan hati-hati jika seandainya Oscar melakukan sesuatu. Namun ternyata Oscar dan kelompoknya tetap terlihat tenang. Ketenangan mereka ini justru yang membuatku khawatir


***

Ketika satu persatu teman sekelasku dengan antusias dan gembira keluar dari kelas karena kami pulang lebih awal daripada biasanya, aku masih tetap santai menunggu di dalam kelas. Bukannya aku tidak antusias untuk segera pulang, namun aku masih ada urusan setelah ini. Dan sekarang aku sedang menungggu WA dari orang yang hendak aku temui. Pagi tadi setelah mendapatkan nomornya, aku mengirim pesan pertama yang lebih ke perkenalan dan meminta maaf karena sudah lancang mengganggunya. Lalu di pesan kedua, aku mengutarakan niatku bahwa aku ingin meminta waktunya sebentar saja setelah sepulang sekolah, karena ada hal yang ingin aku bicarakan. Aku sedikit mendesak karena besok Senin sudah mulai ujian mid semester. Akan lebih susah jika aku meminta waktunya ketika ujian sudah dimulai.

FERI
Nanti sepulang sekolah gw kabari tempat dan waktunya.
10.13

Begitu balasanya. Sip.

"Yan, lo masih duduk aja?" tanya Vinia tiba-tiba sambil memperhatikanku yang masih duduk. Sementara Xavi, Yosi dan Zen sudah keluar dari kelas sedari tadi.

"Lagi nunggu teman Vin."

"Temen ? Siapa?"

"Anak kelas 3. Aku mau bicara sesuatu sama dia."

"Anak kelas 3 siapa? Ckckck paling ngomongin acara berantem gak jelas. Uda sana cepat pulang, siap-siap malam mingguan sama Dita."

"Haha Dita hari ini lagi pergi sama orangtuanya, baru balik besok. Kamu malam minggu kemana Vin? Ada off-air?" jawabku sembari mengalihkan topik pembicaraan.

"Ups di tinggal ceweknya nih ye. Gak kemana-mana Yan. Gue sengaja gak ambil job di weekend ini. Selain menjelang ujian, gue mau di rumah aja lanjutin nonton Games Of Throne. Seru banget ya ternyata. Awalnya gue males karena gak terlalu suka film colosal atau setting jaman medieval gitu. Tetapi setelah minggu lalu gue dapat file filmnya sampe season ke 7 dari Jojo dan iseng pengen nonton akhirnya kecanduan haha. Bagus banget!  Ini nanti mau lanjut maraton lagi nontonnya."

"Hehehe emang bagus, konfliknya panjang dan rumit sekali. Apalagi karakternya, banyaak."

"Hahaha iya! Gue sampe pusing awalnya karena karakternya banyak banget dan gue orang yang termasuk susah hapalin nama orang. Tetapi karena ada kemauan dan penasaran, akhirnya gue ngulik lagi di internet tentang karakter-karakter yang ada di serialnya,  dan sekarrang gue mulai mayan hapal hihi. Eh elo uda nonton sampe season berapa?"

"Baru sampe season kedua. Belom ada waktu buat nonton season ketiga. Itupun udah lama jadi mayan lupa alurnya haha."

"Gue tinggal 2 episode lagi kelar tuh season kedua."

Aku senang karena Vinia sekarang mulai kembali ke sifat aslinya yang periang, perlahan tapi pasti dia bisa move-on sejak “ditinggal” Axel. Aku tidak tahu apa yang membuatnya bisa move on, karena dia tidak pernah membicarakan lagi tentang Axel kepadaku. Namun apapun itu, aku ikut senang. Karena pada dasarnya Vinia memang cewek yang punya karakter kuat. Mungkin dirinya sendirilah yang pada akhirnya bisa membuatnya kembali bangkit. Setelah sempat kena kritikan pedas baik dari fans maupun media massa karena performanya jelek di beberapa penampilan, Vinia sempat satu bulan tidak mengambil job apapun.

Pemulihan jiwa. Begitu kalau kata orang-orang menanggapi vakumnya Vinia untuk sementara waktu.

Dan keputusannya untuk istirahat sejenak berbuah manis, karena show pertamanya dibarengi dengan peluncuran album perdananya ke public sekaligus perilisan video clipnya yang kedua, sangat sukses. Albumnya mendapatkan banyak review positif dari berbagai media massa. Dan penampilannya malam itu yang sangat enerjik dan aktraktif di atas panggung menandai kembalinya sosok Vinia yang dirindukan oleh para penggemarnya.

“Yaudah, gue duluan Yan,” ujar Vinia sambil tersenyum.

“Oke, hati-hati.”

Vinia mengangguk lalu pergi. Namun ketika ia sudah keluar dari kelas, tiba-tiba ia berbalik dan berteriak di depan pintu.

“Yan ! kalau nanti malam elo bingung mau ngapain, main ke rumah gue aja. Kita nonton bareng Games Of Thrones season 3 ! tar kabarin aja kalo lo mau ke rumah.”

Belum sempat aku menjawab ajakan Vinia, dia sudah menghilang duluan. Widih Vinia ngajak nonton ke rumahnya, eh dia ngajak aku aja atau sama teman yang lain ya? Biasanya malam mingguan aku jalan sama Dita sih. Sebelum pacaran sama Dita, aku paling jalan-jalan ke Mall dekat rumah, beli komik terbaru di Gramedia. Setelah aku pikir-pikir lagi, kami anak F4 eh XYZ (Xavi uda ganti nama grup WA dari F4 menjadi XYZ dan tidak ada yang protes) jarang banget nongkrong atau main bareng pas malam minggu. Mungkin karena di setiap hari biasa kami sering main bareng, jadi sepertinya ada aturan tidak terulis dimana hari Sabtu dan Minggu kami menghabiskan waktu dengan cara kami masing-masing.

Aku jalan sama Dita, Yosi juga jalan dengan Dea, Xavi main PS4 semalam suntuk, Vinia banyak jadwal show dan Zen? Hmmm Zen ngapain ya kalau malam minggu. Pacar kayaknya dia belum punya, padahal banyak cewek di sekolah yang menunjukkan ketertarikan kepadanya. Namun Zen terlihat biasa saja. Temanku yang satu itu memang unik sih dan misterius karena hanya dia yang jarang curhat tentang masa lalunya. Curhat tentang cewek saja gak pernah, apalagi curhat tentang masa lalunya.

Sisi Zen ini yang bisa kami pahami, kami tidak pernah menuntut Zen untuk bercerita banyak karena selain sifat orang yang berbeda-beda,karena kami juga memiliki kesadaran untuk saling menghargai privasi. Kalau ada yang mau curhat, kami akan jadi pendengar dan tempat curhat yang baik. Kalau tidak mau cerita apa-apa, itu juga bukan masalah besar.

Everyone has their own battle.

TING

Ada WA masuk dan segera aku buka.

FERI
Gw tunggu di dalam kelas gue.
12.04

Akhirnya WA yang aku tunggu-tunggu. Aku pun segera bergegas menuju kelas 3A, kelasnya Feri. Suasana sekolah ternyata sudah mulai lengang. Wih cepat amat orang pada pulang. Hanya tinggal beberapa orang yang terlihat masih nongkrong di depan kelas. Salah satunya ketika aku melewati di depan kelas 1A.

Kelas terakhir Leo.

Ketika aku melewatinya, ternyata masih ada Gom dan 3-4 temannya. Ketika aku melewati mereka, aku menatap mereka sebentar dengan ekspresi santai. Gom langsung mengalihkan pandangan dan mereka pergi. Aku sempat mendengar salah satu dari mereka bergumam pelan di belakangku.

“Tunggu aja, balesan dari kami...”

Aku berhenti dan menoleh ke belakang.

Mereka tetap berjalan seolah tidak ada apa-apa. Ah bales aja sini kalau kalian bisa, batinku. Wajar jika mayoritas anak 1A tidak menyukaiku. Aku lalu lanjut jalan dan akhirnya aku berada di depan kelas 3A yang pintunya terbuka setengah. Aku melongok dan mengucapkan

“Permisi.”

Aku lihat Feri yang duduk di bangku deretan tengah, sendirian di dalam kelas kelas. Tidak ada orang lain. Di sekitaran sini pun sudah tidak terlihat siapapun. Aku sebenarnya gak masalah jika ada Deka dan Darma, sohib Feri selain Axel. Namun kalau tidak ada siapapun kek gini, enak juga sih karena aku bisa mengobrol 4 mata dengan Feri, orang yang disebut Axel memiliki ketangguhan 11-12 dengan Oscar.

“Masuk aja Yan,” pintanya.

“Baik.”

Aku lalu mendekati Feri dan duduk di kursi berseberangan dengannya.

“Maaf bang kalau aku sudah lancang meminta waktunya untuk bicara,” kataku sesopan mungkin. Aku bersikap sesopan mungkin karena Feri itu 360 derajat bedanya dengan Axel. Meskipun mereka seumuran dan temenan baik, Feri orangnya kalem dan satu lagi imej dia sekolah itu bagus banget. Dia siswa paling berprestasi, juara umum  dari kelas 1 hingga sekarang, sering mewakili sekolah dalam ajang debat bahasa Inggris, olimpiade Biologi dan Sains. Dan yang membuat aku semakin segan karena dia juga punya reputasi bajingan. Pinter tetapi jago berkelahi, berkharisma. Ckckck.

“Panggil Feri aja gak usah pake bang,” katanya.

“Oh iya.”

“Jadi..apa yang mau elo bicarakan sama gue Yan?” tanya Feri sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku celana kemudian melihatku. Dari gestur Feri, sepertinya ia tahu yang hendak aku bicarakan adalah hal yang cukup penting. Kalau uda gini sebaiknya aku terus terang ke pokok masalah.

“Kami akan ikut dalam perkelahian kelompokmu melawan kelompok Oscar,” jawabku mantap sambil membalas tatapannya.

Alis kanan Feri langsung naik, pertanda ia masih mencerna hal yang barusan aku ungkapkan. Maka aku langsung maju menambahkan beberapa hal. “Lebih tepatnya kami anak kelas 1 yang dulu dibantai sama kelompok Oscar, tidak akan tinggal diam jika hari itu telah tiba. “

Feri menatapku sambil mengetukkan jari-jarinya di atas meja.

“Kalian serius mau ikut?”

Aku mengangguk.

“Karena bagaimanapun juga, mereka sudah memanfaatkan kami untuk menyulut masalah denganmu dan Axel. Mereka mengira kami anak kelas akan langsung padam setelah peristiwa di Ruko Lama. Tetapi mereka salah. Kami masih belum padam, nyaris padam, tetapi karena perbuatan Leo yang sudah mengatur konspirasi sampai mencelakakan Xavi dan berbagai rencana jahat lainnya, seperti menuangkan bensin ke dalam ladam bara di dalam diri kami. Dan kini api tersebut menyala-nyala dengan hebat.”

“Gue pikir, setelah Leo dipaksa cabut dari sekolah. Kalian anak kelas 1 terutama elo sudah akan puas, komen Feri

Aku tidak heran jika Feri menambahkan kata “dipaksa” yang artinya sedikit banyak dia tahu penyebab Leo keluar dari sekolah.

“Mengeluarkan Leo dari sekolah ini hanyalah awalan saja, karena tidak enak rasanya balas dendam tapi tangan kami masih tetap bersih. Kami tidak cocok dengan cara seperti itu. Tujuan terbesar kami adalah sekuat mungkin menghalangi Oscar cs menjadi kelompok terkuat di sekolah. Jika mereka melakukannya dengan cara bersih, kami tidak masalah. Namun tindakan mereka yang rela melakukan apa saja, ini yang membuat kami tidak rela, apalagi sejak awal kami memang sengaja dilibatkan. Jadi jika seandainya pecah tawuran, kami jelas tidak mungkin tinggal diam.”

Feri tersenyum.

“Elo pasti udah diceritain Axel tentang gimana Oscar kan? [i]He’s a real deal[/i]. Dia juga masih dikelilingi orang-orang kuat.”

Orang-orang kuat disekitar Oscar? Tiba-tiba aku ingat tentang kehadiran 2 orang misterius saat aku menemui Leo di basecamp mereka beberapa hari yang lalu. Si gimbal dan si kuncung. Hanya itu yang bisa aku ingat karena aku lupa dengan nama mereka meskipun beberapa kali Leo dan Oscar memanggil nama mereka. Jangan - jangan Feri tahu siapa mereka?

“Ketika aku mendatangi Leo di Cafe Oliver, aku melihat Oscar dan Budi nampak sedang mengobrol dengan 2 orang yang baru pertama kali aku lihat. Mereka berdua aku rasa sudah bukan anak SMA lagi, mungkin beberapa tahun di atas Oscar.”

Ada sedikit perubahan dalam ekspresi Feri sebelum akhirnya ia kembali memasang ekspresi kalem.

“Apakah dua orang tersebut sama-sama berbadan besar, satu berambut dreadlock dan satu lagi berambut kuncung dengan muka penuh bekas luka sayat?”

Tuh benar kan, Feri mengenali mereka.

Aku mengangguk.

“Yang berambut dreadlock namanya Ander. Sementara si muka parut bernama Opet. Dan keduanya satu tingkat di atas gue dulu.”

“Jadi mereka adalah alumni SMA NEGERI XXX?”

“Iya, kecuali Opet. Dia dikeluarkan dari sekolah ketika dia kelas 3.”

“Dikeluarkan dari sekolah ketika kelas 3, pasti parah banget tuh.”

“Lo tahu kenapa muka Opet penuh codet?”

“Enggak.”

Dan selanjutnya Feri menceritakan tentang latar belakang Opet dan Ander serta kisah dibalik luka sayat di wajah Opet. Pantas saja ketika aku hendak pulang, Opet bilang kepadaku di akan membunuhnya.

“Oscar itu licik dan bisa nglakuin apa saja, termasuk kemungkinan besar ia akan melibatkan Ander dan Opet nanti.”

“Bukankah melibatkan orang luar itu termasuk tindakan...pengecut?”

“Gak ada kata pengecut kalau elo mengincar kepala orang terkuat di kawasan ini.”

Aku terdiam memikirkan perkataaan Feri.

“Jadi gimana, masih minat untuk ikut ?”

“Tentu saja !” jawabku tegas.

“Sudah kuduga, lo gak akan mundur. Bagus. Generasi keras,” puji Feri. “Memang kita tidak akan tahu kapan pecah tawuran karena selama ini ada Pak Tomo yang berhasil mengendalikan kita semua. Namun dulu dia pernah mengatakan kepada kita, bahwa dia akan mempersilahkan kita menyelesaikan konflik secara tuntas jika rata-rata sekolah kita di ujian mid semester ini tertinggi secara nasional. Dan caranya untuk meningkatkan semangat semua siswa adalah dengan-”

Aku yang tahu arah pembicaraan Feri langsung memotongnya.

“Membuat pensi berskala internasional ekslusif untuk siswa SMA NEGERI XXX. Jika lihat list pengisi acara mulai dari Paramore, Babymetal, Ed Sheeran, Bondan, Rich Brian dan Hantaman, jelas pensi sekolah kita akan menjadi pensi anak SMA terbesar dan tergila yang pernah diadakan di Indonesia. Dan ketika beliau mengumumkan akan memberikan free pass yang bisa diberikan kepada siapapun dengan syarat seperti masuk ke 10 besar peringkat di kelas atau nilai rata-rata minimal 9,0 jelas hal ini akan membuat-”

“Semua siswa akan termotivasi dan menyiapkan dengan sungguh-sungguh mid semester minggu depan. Jangan remehkan kemampuan akademik siswa disini yang kompetitif. Dan hasilnya ? Gue yakin minimal rata-rata nilai sekolahan akan naik secara luar biasa dan efeknya?” sahut Axel yang kali ini memotong omonganku lalu di akhir kalimat ia menggantungnya, seakan memintaku untuk meneruskan perkataannya.

“Efeknya SMA NEGERI XXX menjadi sekolah  negeri dengan nilai rataan tertinggi secara nasional dan mayoritas siswa akan mendapatkan free pass. Pihak sekolah bangga, semua murid senang. Dan satu janji Pak Tomo yang mempersilahkan kita semua diberikan kesempatan untuk menyelesaikan konflik sampai tuntas, otomatis akan jadi ..... Sialan..”  

Aku terhenyak sementara Feri nampak mengeluarkan jaket dari tasnya sambil tersenyum. Aku mengumpat dan tidak bisa menyelesaikan kalimatku karena kini kepingan yang nampaknya tidak saling berhubungan ternyata jika disatukan membentuk sebuah image.

Pak Tomo.

“Sepertinya elo udah paham, gak ngira gue elo bisa mengambil konklusinya dengan cepat. Ya tepat sekali, sedari awal Pak Tomo sudah mengatur rencana agar kita semua bisa saling berhadapan dan menyelesaikan semua dengan jantan, seperti di jamannya dulu. Namun ia tidak mungkin mengatakan tersebut dengan gamblang di depan kita. Karena suasana sedang panas-panasnya pada saat itu. Sehingga beliau lalu menyiapkan rencana dimana keinginannya agar semua bajingan di sekolahan bisa menuntaskan semua masalah bisa terlaksana, dengan cara khas seorang guru. Reward and Punishment. Lo dapat nilai tertinggi, lo bisa dapetin keinginan elo.  Tetapi jika nilai lo semua belum jadi yang terbaik, lupakan semuanya. Dan untuk menghindari perkelahian yang tidak perlu, beliau juga memberlakukan hukumam berat kepada siapa saja yang nekat berkelahi baik di dalam maupun luar lingkungan sekolah. Dan elo Yan, menjadi bukti ancaman Pak Tomo itu serius,” ujar Feri sambil tersenyum.

Aduh, aku kena sindir nih. Karena Feri sedikit menyinggung tentang aku yang menjadi siswa pertama yang mendapat hukuman militer ala Pak Tomo karena terlibat perkelahian dengan Puput dulu.

“Namun Pak Tomo pasti berhitung bahwa tidak semua siswa cowok yang ia kumpulkan di aula, akan cukup waras untuk ikut dalam pertempuran. Sehingga kalaupun semua bajingan dari semua kelas mendapatkan nilai 10 dalam semua ujian mid semester, hal itu tidak akan cukup untuk mengatrol nilai rata-rata sekolah secara keseluruhan. Untuk mengatasi hal ini lantas ia membuat pensi bertajuk BIG BANG untuk menarik minat semua siswa untuk mempersiapkan ujian mid semester. Dan iming-iming free pass dengan syarat nilai 9,0 memperkuat asumsi di atas. BOOM!! Ketika para siswa lainnya bergembira karena berhasil mengajak pacar atau teman mereka dari sekolah lain dengan Free Pass untuk menonton Big Bang, darah semua para bajingan di sekolah kita akan menggelegak panas karena kita semua tahu....FINAL CLASH sudah sangat dekat....hanya tinggal menunggu aba-aba dari Pak Tomo.”

Selesai mengatakan hal tersebut, Feri yang sudah mengenakan jaket lalu berdiri dan berkata.

“Yan, gue senang karena lo dan kelompok lo  memutuskan untuk tetap ikut Final Clash. Tetapi gue ingetin sekali lagi, Oscar cs bukan kelompok sembarangan, lo belum lihat wujud mereka sebenarnya, terutama Oscar. Apalagi besar kemungkinan Opet dan Ander akan terlibat. Dah ya, gue cabut duluan.”

Ketika Feri sudah keluar dari kelas. Kini tinggal aku sendirian di dalam kelas 3A. Dan ternyata suasana di luar kelas sudah lengang. Namun aku masih belum ingin beranjak pergi. Bukan masalah Oscar yang membuatku khawatir, namun aku lebih khawatir tentang Pak Tomo. Kepala Sekolah yang beberapa hari yang lalu udah aku ancam, ternyata membuktikan bahwa ada alasan logis kenapa Pak Tarmiji menyebut Pak Tomo sebagai orang terkuat sepanjang sejarah SMA NEGERI XXX, baik ketika saat ia masih menjadi murid dan ketika ia menjabat sebagai seorang Kepala Sekolah.

“Tomo itu eh maksud bapak, Pak Tomo itu orang yang unik. Dia sangat kuat, namun kekuatan fisiknya juga ditunjang oleh kemampuan berpikir dan mengatur siasat yang kalau boleh bapak bilang, sangat jenius. Dengan otot, kamu bisa memenangi sebuah perkelahian. Dengan otak, kamu bisa memenangi sebuah pertempuran tanpa harus beranjak dari sebuah kursi. Dan gabungan paling sempurna antara 2 hal tersebut ada di dalam diri Pak Tomo.”

Begitu nasehat dari Pak Tarmiji ketika aku dulu pernah bertanya seperti apa sifat asli Pak Tomo. Namun ingatanku tersebut menambah rasa galau dalam diriku. Aku lalu mengambil dompet dan mengambil salah satu lipatan kertas yang aku selipkan di dompet. Kubuka dan kubaca sekali lagi.

Kamu menang (kali ini).
Lakukan apa yang harus kamu lakukan.

Kalimat (kali ini) kalau dibaca sekarang, lebih seperti ancaman balik Pak Tomo kepadaku. Entah karena dia memang tidak ada pilihan lain dalam kasus Leo sehingga aku menjadi pihak pemenang karena tuntutanku dipenuhi, atau karena Pak Tomo sengaja membiarkanku menang dan hendak membalasku di sesi berikutnya. Entah dalam situasi dan kondisi seperti apa, sehingga aku nanti menjadi pihak yang “kalah” dan Pak Tomo yang menang.

Fyuh...Apa jangan-jangan tuntutanku kepada Pak Tomo sudah masuk ke dalam rencananya?

Entahlah, kepalaku terasa panas karea memikirkan hal yang diluar jangkauanku. Sebaiknya aku segera pulang dan istirahat.


***
Sepuluh hari berikutnya, semua murid SMA NEGERI XXX termasuk aku benar-benar serius dan fokus mengikuti tes demi tes. Perpustakaan yang biasanya sepi, kini menjadi tempat favorit untuk belajar, menghapal rumus atau teks di sela-sela jam istirahat ketika ujian mata pelajaran pertama sudah selesai. Selain perpustakaan, bangku-bangku depan tiap kelas, kantin, lorong-lorong kelas semua menampilkan pemandangan yang sama, yakni semua siswa memegang buku dan merapalkan ajian masing-masing.

Saking seriusnya, bahkan setelah ujian selesai pun, mayoritas siswa langsung pulang. Yang biasanya nongkrong di warung siomay Pepe depan sekolah, juga gak ada yang kelihatan. Memang luar biasa efek Free Pass yang dijanjikan Pak Tomo. Jika rata-rata siswa SMA NEGERI XXX semagat belajar demi minimal 1 Free Pass, beda halnya dengan semua bajingan di sekolah. Otak mereka (termasuk aku) mendapat free pass hanyalah bonus. Karena tujuan utamanya adalah....Final Clash.

Setelah berjibaku selama sepuluh hari menjalani ujian mid semester, akhirnya selesai juga. Ketika teman yang lain langsung berlibur sambil menunggu terima raport, lain halnya dengan  aku, Zen, Yosi dan Xavi yang langsung latihan dengan giat di studio music Xavi. Empat lagu yang hendak kami bawakan memiliki tingkat kesulitan  tinggi. Sementara kami hanya punya waktu kurang dari 2 minggu untuk mempersiapkan lagu yang akan kami bawakan di pensi Big Bang tanggal 30 Desember nanti. Karena diburu waktu inilah yang membuat kami sedikit tertekan.

Aku kesusahan menghapal lirik lagu kedua, Zen stress mengulik di lagu pertama yang memang susah sekali, Yosi selalu out of tempo di lagu ketiga dan Xavi sangat-sangat kedodoran di lagu keempat. Kalau sudah merasa di puncak stress, kami akan break istirahat sebentar keluar dari studio. Aku berenang, Yosi sibuk telpon-telponan, Zen nenteng gitar karena penasaran setengah mati ingin menaklukkan lagu pertama secepatnya sementara Xavi berlatih di gym, mengembalikan kebugaran tubuhnya. Faktor ujian dan pemulihan rusuknya membuat Xavi jadi jarang latihan sehingga terasa sekali betapa ia berjuang keras menyelesaikan lagu keempat.

Namun kerja keras, latihan gila-gilaan sampe Dita ngambek karena aku jarang ada di rumah, mulai membuahkan hasil. seminggui sebelum pensi, lagu ketiga dan keempat 99% sudah kami kuasai. Lagu kedua hanya di masalah  vocal alias masalahku, Zen sempat ingin mengambil vocal di lagu kedua karena melihatku nampak begitu kesusahan. Namun aku tetap bersikukuh karena aku tahu di lagu ketiga Zen harus bernyanyi dengan all-out. Sementara lagu pertama yang instrumental yang akan menjadi pembuka kami nanti, masih sangat berantakan. Kami sampai berpikiran ingin mengganti lagu tersebut namun Yosi yang masih belum menyerah, terus menyemangati kami.

“Kita pakai lagu ini, atau tidak sama sekali,” begitu katanya. Dan perkataan dari Yosi tersebut yang membuat kami termotivasi.

Karena saking fokusnya kami latihan,kami  sampai tidak menyadari bahwa sudah selesai terima raport. Untung aku sudah memberikan surat undangan kepada Mbak Asih sehingga meskipun aku tidak masuk di hari terima raport karena lupa,  Mbak Asih datang ke sekolah.

“Mayan dapat rangking 11 besar dek,” begitu kata Mbak Asih ketika ia meneleponku untuk memberitahukan hasil raportku.

“Nilai rata-rataku berapa Mbak?” Aku tidak tertarik dengan rangking, karena sudah jelas aku susah untuk tembus 10 besar di kelas sehingga aku langsung bertanya tentang nilai rata-rata yang tercantum di raport.

“Ehm, bentar. Nah 9,2 dek nilai rata-ratamu. Padahal rata-ratamu ini cukup tinggi lho tapi masih belum bisa tembus 10 besar. Wajar sih karena sekolahanmu itu tempat murid-murid pinter.”

Aku cuma tertawa mendengar Mbak Asih.

“Kamu masih latihan di tempat Xavi?”

“Masih mbak, tar pulang jam 9an.”

"Ya, uda makan dek?"

"Udah Mbak."

"Yowis, jangan malam-malam pulangnya."

"Siaap kakakk."

Sebelumnya aku sudah menceritakan ke Mbak Asih bahwa band kami lolos pensi dan dia oke-oke saja jika aku pulang larut malam belakangan ini. Kalau posisiku sedang baik di mata Mbak Asih,memang gampang minta ijin ke dia haha.

Setelah Mbak Asih menutup telepon, aku langsung mengepalkan tangan ke atas. yess!!aku bisa mengajak Dita menonton langsung ke Big Bang. Semoga free pass ini membuat Dita memaafkanku karena belakangan ini aku lebih sering mementingkan waktu latihan dibandingkan dengan dirinya. Setelah aku di telepon, giliran Xavi, Yosi dan Zen yang ditelepon orang rumah. Kecuali Xavi yang raportnya di ambil oleh salah satu personal assistant mamanya, karena Tante Clara masih ada di Jayapura. 

Aku mendapat rangking 11 dengan nilai rata-rata 9,2 artinya dapat 1 free pass yang akan kuberikan ke Dita.  Yos tertunduk lesu karena hanya mendapatkan rangking 21 dengan nilai rata-rata 8,9. Bukan main kesalnya dia karena hanya selisih 0,01. Dia lesu karena gagal mendapatkan free pass untuk Dea.

"Ntar lo pake free pass gue aja. Ga kepake sama gue," tukas Zen.

"Wih berapa emang nilai elo?"

"9,5."

"Anjayy, bagus amat nilai elo. Rangking berapa tuh?10 besar pasti nih."

"Rangking 7."

"Buset nilai 9,5 masih rangking 7?? Berapa tuh nilai yang rangking 1? Eh Zen, beneran nih elo ga pake free pass-nya?"

"Uda pake aja."

"Thanks berat bro."

"Peringkat 1 gue yakin nilainya 9,9," celetuk Xavi.

"Tahu dari mana lo?" tanya Yosi.

"Gue rangking 2 dan nilai gue 9,8. Gue yakin banget si Asha yang buat gue susah tidur itu yang rangking 1."

Kami terkejut karena Xavi bisa mendapatkan nilai tinggi sekali dan hampir mengalahkan Asha, gebetannya.

"Pinter-pinter amat sih elo pada, senang gue punya teman cerdas kek kalian. Eh Xav, berarti dapat 2 free pass dong? Mau lo kasih siapa tuh?"

"Mau gue kasih ke bang Aria."

"Aria siapa?"

"Bang Aria yg punya Grage Studi dan yang udah bantu desain studio gue. Kan kita butuh teknisi dan orang buat siapin peralatan kita.Apalagi kita main pake alat-alat gue. Jadi ntar tuh 1 free pass  buat bang Aria yang penasaran sama Babymetal dan 1 lagi buat anak buahnya yang bantu settiing, siapin alat. Pokoknya tugas kita di sana nanti cuma fokus bakar stage."

"Cerdas banget lo emang," puji Yosi.

"Kalau gak cerdas, taruhannya studio gue kena segel Mama, haha."

Kami semua tertawa.

"Guys...lo gak akan percaya..yang gue lihat..cek Instagram sekolah kita!" Dan aku lihat mata Xavi terbelalak menatap ponselnya.

Kami bertiga langsung membuka ponsel, lebih tepatnya Instagram SMA NEGERI XXX. Di postingan terakhir terdapat info bahwa sekolah kami menjadi SMA negeri dengan rataan hasil ujian mid semester tertinggi secara nasional yakni 9,6.

"Sepertinya, kita akan sibuk dalam waktu dekat.." ujar Zen sambil melihat ke arahku.

Ya Zen benar, keinginan Pak Tomo tercapai. Sekali pukul, kena beberapa sasaran sekaligus.

"Bisa jadi akibat penampilan kita nanti di pensi....."

Yosi menggantung kalimatnya, karena tanpa ia katakan pun kami semua sudah mengerti.


***
@ Ecopark Art View XXX
Hari-H Pensi Big Bang SMA NEGERI XXX
*****


(POV Vinia)

Akhirnya hari yang kami nantikan datang juga !!

Pentas Seni SMA NEGERI XXX 20XX dengan tema "BIG BANG !!"  Dimulai tepat jam 13.00 siangi di Ecopark Art View, sebuah venue seluas 10 hektar yang menjadi salah satu venue yang ada di Ecopark City XXX. Ecopark City XXX adalah lapangan golf seluas 34 hektar yang dimanfaatkan sebagai lahan terbuka hijau oleh pemkot. Sejak beberapa tahun yang lalu pengelola mulai menanam aneka tumbuhan yang telah langka, aneka satwa, wahana permainan, ladang-ladang, pemukiman ala pedesaan mini dan panggung terbuka. Ecopark City XXX terbagi menjadi 4 venue. Ada Ecopark Village View buat yang pengen belajar cara menanam sayur atau tumbuhan lain yang baik dan benar. Di area ini pengunjung  akan diajak berladang dan menyiangi tanaman di ladang khas pedesaan. Disini juga tersedia area untuk melakukan outbond.

Di wahana Ecopark Nature View pengunjung bisa berkenalan sama aneka satwa seperti burung kasuari, burung pelican, rusa dan kera. Venue ini menjadi satu dengan Ecopark Island View yang berwujud sebuah danau buatan yang dihuni ribuan ikan koi, lele dan gurami. Di sini pengunjung bisa menyewa sebuah perahu untuk berkeliling di sekitaran danau sambil memberikan makanan kepada ratusan mungkin ribuan ikan Koi.

Venue terakhir adalah Ecopark Art View yang berada di sebuah taman yang sedikit terpisah dari ketiga venue lainnya. Venue ini berada di sebuah pulau buatan yang dihubungkan dengan jembatan besar. Di tengah pulau ini ada lapangan besar yang dikelilingi sungai-sungai kecil dan rimbunnya pepohonan. Sangat asri sekali. Dan lapangan ini menjadi tempat favorit diadakan konser musik. Gue beberapa kali udah pernah main disini dan sangat menyukainya karena serasa konser di tengah taman besar. Dan hari ini, Ecopark Art View sudah disewa secara ekslusif oleh SMA NEGERI XXX untuk digelar pentas seni bertaraf Internasional jika dilihat dari daftar para pengisi acaranya.

Stage pun dibuat berbeda hari ini karena 1 stage utama yang megah diubah menjadi 2 stage yang lebih kecil yakni Big Stage dan Bang Stage yang berdampingan. Konsepnya adalah marathon live show dimana jika penampil di Big Stag sudah selesai, selang 5 menit penampil di Bang Stage akan langsung perform. Gue dan rombongan Apollo 17 serta para kru baru saja sampai di backstage jam 12.45 lewat akses khusus. Di area backstage berjejer tenda-tenda untuk para bintang tamu. Tenda paling istimewa tentu saja tenda untuk Paramore, Babymetal dan Ed Sheeran. Tenda ketiganya agak terpisah jauh dan berukuran paling besar dengan pengawasan yang cukup ketat dari kru masing-masing sehingga tidak semua orang bisa masuk ke dalam.

Sementara tenda untuk bintang tamu lokal seperti Bondan Prakoso, Fade 2 Black, Rich Brian serta Hantaman berhadap-hadapan dengan tenda khusus panitia pensi, serta juga ada tenda untuk 5 peserta yang lolos audisi. Untuk gue, Kevin dan MBK juga ada tenda tersendiri yang lebih kecil namun tetap nyaman untuk briefing dan menunggu perform. Di area backstage ada foodcourt khusus untuk para tamu,panitia, penampil yang tentu saja gratis.

Nice set-up here!

Gue yakin tanpa bantuan dan pengalaman Bu Elsa yang sudah kenyang menggelar berbagai macam konser, anak-anak panitia akan sangat keteteran di sini.

"Vini!" panggil seseorang saat aku baru sampai dan hendak masuk ke dalam tenda bertuliskan "Vinia".

"Hei Nik." Ternyata Nikita PIC Sie Acara yang manggil gue. Semua panita mengenakan kaos warna merah bertuliskan BIG BANG CREW di bagin depan dan berkalung ID Card khusus.

"Awal  amat lo dateng."

"Hehe gak apa-apa. Gue mau nonton perform yang lain dulu. Kek nya uda rame ya venue gue lihat sekilas tadi."

"Iyaa, dari jam 9 pagi aja uda ada yang datang, haha. Ini 15 menit menjelang penampil pertama aja uda rame tuh.  Antusias banget temen-temen. Dan itu ngebuat anak-anak panitia yang lain jadi makin semangat."

"Wih. Oia, maaf gue gak bisa bantu banyak akhir-akhir ini."

"Santai sajaa. Elo hari ini kan bintang tamu. Eh Jojo uda datang?Hihi?"

"Ngapain lo nanyain Jojo, cieeee. Uda datang si Jojo tadi berangkat sama gue. Kalau anak Apollo yang lain bentar lagi paling."

"Dimana dia?"

Gue tersenyum dan langung menggamit tangan Nikita ikut masuk ke dalam tenda.

"Jo, ada fans berat elo nih, nyariin elo dari tadi." Begitu kata gue saat masuk ke tenda. Si Jojo lagi asyik baca majalahh.

"Hai Niki!" sapa Jojo. Nikita dulu pernah gue kenalin ke anak-anak Apollo saat gue memenuhi janji memberikan di akses ke backstage saat kami main di Gen-X ZFestival Bali.

"Ee..hai Jo.." balas Nikita gugup.

Haha rasain lo gue kerjain. Tapi wajar sih Niki semisal naksir Jojo. Karena Jojo ada garis keturunan blasteran Amrik-Indonesia. Sehingga dia ganteng dengan postur tubuh ideal. Di antara semua anak Apollo, gue paling akrab sama Jojo. Selain dia anaknya asyik, humoris kami jadi makin akrab karena kami berdua menyimpan sebuah rahasia.

Setelah basa-basi lalu Nikita memberikan list jadwal perform masing-masing pengisi acara. Lalu dia pamit pergi karena mesti mengurus hal lainnya. Gue dan Jojo lalu melihat rundown hari ini.


13.00 : DJ KIM + MC CODEX (BIG STAGE)
13.25 : PING! (BANG STAGE)
13.50 : CUT CREW (BIG STAGE)
14.15 : GITA (BANG STAGE)
14.40 : XYZ (BIG STAGE)

15.05 : BREAK

15.35 : DJ KEVLAR (BIG STAGE)
16.10 : MBK (BANG STAGE)
16.45 : VINIA (BIG STAGE)

17.00 : BONDAN PRAKOSO +  FADE TWO BLACK (BANG STAGE)
17.55 : HANTAMAN (BIG STAGE)
18.45 : RICH BRIAN (BANG STAGE)

19.30 : BREAK

20.00 : BABYMETAL (BIG STAGE)
21.00 : ED SHEERAN (BANG STAGE)
22.00 : PARAMORE (BIG STAGE)
23.00 : FIREWORKS PARTY


"Kita main jam sore. Sip," ujar Jojo.

"Iya, gue lihat cuaca akhir-akhir ini cenderung sejuk, mendung tipis tapi gak hujan," tambah gue.

"Jo, kita ke depan aja yuk. Jajan sambil nonton."

"Ngapain jajan non, tuh ada food court gratis buat kita. Kita ambil makanan dulu, hamburger, hotdog or somethin dan minuman dingin terus kita ke depan. Gue juga mau lihat sih, beberapa kelompok yang lulus audisi dari sekolah lo, ada yang gue suka."

"Ah iyaa, bener, hahaha."

Sambil pesan makanan dan minuman di foodcourt khusus backstage, gue dan Jojo lalu ke depan. Jojo bilang dia menunggu performa XYZ dan DJ KIM + MC CODEX. Ada perasaan senang juga nih XYZ disebut oleh Jojo.

"Gak gampang lho garap aransemen akustik dan gue jujur suka Greatest View akustik dari temen-temen elo itu," tambahnya. "Belom datang ya mereka?"

"Gak tahu, sikap mereka akhir-akhir ini sok misterius. Gak ngasih tahu ke gue mereka mo garap lagu apa."

"Haha biar surprise lah. Semoga mereka bisa kasih kita surprise yang menarik."

Dan ketika kami berdua sudah di depan stage Bang, ya ampun uda ramai!  Dan akhirnya pensi SMA NEGERI XXX resmi dibuka ketika duo DJ KIM + MC CODEX mulai mengoceh di Big Stage.  Karena gue gak terlalu suka musik hip-hop atau rap jadi gue biasa saja melihatnya perform mereka. Lain halnya dengan Jojo dan para penonton yang terus berteriak, bahkan mereka seperti ikut mengangguk-angguk mengikuti ritme dari turntable DJ KIM dan serentetan umpatan tentang kebusukan politik dari MC CODEX. Duo ini kalau gak salah siswa kelas 3.

"Gilaa ! Beyond expectation !!!woooohhh!" Teriak Jojo ketika mereka selesai perform.

"Bagus banget ya Jo? Gw sih ga terlalu suka genre ginian."

"Ini bukan bagus lagi, tapi gold as fuck. Rhyme cepat, vulgar,jujur, kritis dipadu dengan decitan turntable piringan hitam. Duo ini membuat gue jadi inget sama Homicide, kelompok rapper underground asal Bandung yang sangat tajem banget liriknya."

Gue cuma bisa bilang "Oh," karena masalah wawasan dan referensi musik hampir semua genre, Jojo paham semua.

Perform selanjutnya PING! girlband yang mengcover lagu-lagu K-Pop yang gue gak demen. Sama kayak Jojo tapi gue curiga dia lebih nikmatin paha-paha seksi para personil PING! karena mereka perform mengenakan hot pants yang sangat seksi. Pantes aja semua cowok langsung berebut posisi di barisan depan, hedeh.

Selanjutnya berturut-turut CUT CREW, grup dance yang sangat powerfull dan Gita, penyanyi bersuara emas yang  menyanyikan beberapa lagu barat yang tengah populer.

Ketika semua penonton terhibur dengan penampilan Gita yang memiliki paras cantik mirip Raisa, perhatian gue tertuju di Big Stage. Gue lihat beberapa kru tengah mondar-mandir mempersiapkan alat. Wah sepertinya mereka pake alat sendiri nih. Lebih tepatnya alat milik Xavi. Namun gue surprise ketika gitar listrik yang tengah di persiapkan. Gitar akustik sama sekali tidak nampak.

"Vin, bukannya XYZ lolos karena mereka main akustik ya? Kok ini malah gitar listrik yang di setting," tanya Jojo.

"Sama, gue juga heran. I have no idea apa yang akan mereka lakukan."

"Kalau lihat peralatan mereka yang powerfull, sepertinya XYZ bakal main lagu kenceng."

"Eh Jo, kesana yuk mendekat samping Big Stage. Mumpung masih ada spot."

Jojo mengangguk dan gue baru sadar, tepat di depan pagar pembatas nampak puluhan orang memakai jaket hitam berhoodie.. Banyak banget. Dan itu bukan kebetulan karena gue mengenali mereka. Mereka yang mengenakan jaket adalah anak kelas 1, gerombolannya Yandi ini. Dan gue baru ngeh, jaket yang mereka kenakan memiliki logo yang sama, yakni logo XYZ yang ada di bagian belakang dan bagian depan.

XYZ Black  Hoodie Jumper


"Wuih Vin. Itu jaket XYZ bagus juga. Di jual dimana tuh?" tanya Jojo.

"Gak taw gue gak tahu."

Dan ketika akhirnya Yandi, Zen, Xavi dan Yosi muncul, gerombolan depan gue ini langsung berteriak mengelu-elukan nama XYZ.

"XYZ! XYZ ! XYZ ! XYZ!"

Mereka berempat memakai kaos putih dengan gambar yang sama di bagian depan tetapi karena jaraknya cukup jauh, gue gak bisa melihat dengan jelas gambar tersebut. Lalu Yandi berdiri di depan panggung dan tiba-tiba dia mengepalkan tinjunya ke udara. Gerakan ini rupanya menjadi semacam aba-aba karena gerombolan berjaket ini langsung menggunakan masker hitam dan menegakkan hoddie.





Sehingga kehadiran mereka nampak semakin menyeramkan. Dan kemudian pecah teriakan dan kepalan tangan secara serempak di udara. Lalu seseorang di antara penonton mengeluarkan tongkat yang sudah dililit dengan semacam bendera berwarna putih.



Dan akhirnya bendera tersebut dikibar-kibarkan di tengah-tengah gerombolan. Dan gue terperanjat ketika melihat gambar bendera putih tersebut.



Seorang manusia berwajah tengkorak membawa tongkat lengkap dengan bendera berlogo XYZ di tangan kiri. Sementara tangan kanannya terkepal erat seakan bersiap untuk menyerang. Gue semakin merinding saat melihat tulisan di bawahnya.

XYZ
born to destroy

Gue langsung menatap Yandi, Xavi, Zen dan Yosi yang rambutnya di cat warna putih yang sedang bersiap di stage.. Sama. Kaos yang mereka berempat ternyata bergambar sama dengan bendera yang tengah dikibar-kibarkan.





Gue langsung merinding melihatnya. Entah apa yang anak-anak persiapkan tetapi feeling gue ngrasa gak enak. Duh, guys. Kalian mau ngapain sih. Pliss, jangan macem-macem dong disini, batin gue.

Ketika Gita yang perform di Bang Stage sudah selesai, berarti ini waktunya XYZ perform. Ya ampun gue deg-degan banget. Para penonton yang melihat gerombolan orang berjaket hitam dan mengenakan penutup wajah berada di depan stage Big, terkejut dan tidak berani terlalu dekat dengan mereka. Apalagi ada beberapa orang dari mereka yang menghadap ke arah penonton, seakan meminta penonton yang lain menjauh.




Ketika akhirnya layar besar menampilkan XYZ sudah bersiap, hanya terdengar teriakan dari para gerombolan berjaket hitam.

Yandi yang sudah di depan mic kemudian berkata singkat.

"We are XYZ and we're gonna burn this place."

Selesai berkata, XYZ langsung memainkan sebuah lagu yang super kencang !!! Dan suara yang dihasilkan dari alat mereka sungguh sangat powerfull !! Lagu pertama mereka yang sepertinya sengaja dimainkan tanpa vokal, sungguh sangat mengagetkan. Bak petir yang menyambar di siang hari bolong ! Dan terjadi keriuhan para penonton berjaket hitam, mereka menggila dan bermoshing ria di depan stage !!



"ANJINGGG !!!! KEREENNN !!! INI LAGU DARI BABYMETAL BERJUDUL SIS.ANGER, LAGU PALING BRUTAL DI ALBUM KEDUA BABYMETAL. BANGKEEE !! TEMEN LO AJAIBB VINN!" ujar Jojo sambil memegangi kepalanya karena kaget.

"GILA !! ITU SIAPA NAMA DRUMMERNYAA!! CADASSS PARAHH SKILLNYAA!" tanya Jojo sambil mengangguk-anggukkan kepalanya, pertanda ia juga terbawa lagu yang super kencang.

"Namanya XAVI, percaya atau enggak, dia baru mulai drumming 3 bulan yang lalu!" jawab gue bangga.

"WHATT ? 3 BULAN UDA BISA MAEN KEK GITU???!!" Seru Jojo sambil menggelengkan kepala.

Gue melihat sekeliling, sepertinya para penonton lain juga terhipnotis dan bergabung dengan gerombolan berjaket tersebut. Dan semakin membesar !! para penonton yang gak nyangka akan mendengar lagu semacam ini banyak yg lebih memilih menjauh dari depan Big Stage.

"Eh Vin !! AXEL TUHHH ! Baju merah!" seru Jojo.

Dan gue makin kaget saat melihat Axel berada di tengah penonton yang semakin menggila ! Gue tersenyum karena melihat Axel tertawa begitu lepas, ia berlarian mengkuti penonton lain yg berlari membentuk lingkaran.

"Bukannya Axel hari ini harus-"

"Biarkan saja. Jo, gue mo tanya kapan terakhir kali elo liat sepupumu yang brengsek itu tertawa sedemikian lepas?"

Jojo terdiam baru kemudian menjawabnya. "Saat ia tahu dirinya bisa gabung Apollo 17."

Gue menatap Jojo dan tersenyum. Tanpa sadar, di pelupuk mata gue terkumpul air mata. Saat gue mengusapnya, Jojo menepuk dan meremas pundak gue. "Sabar Vin, sabar."

Ketika lagu pertama tersebut sudah selesai, langsung pecah dan teriakan dari para penonton.

Tiba-tiba Xavi, Yandi, Zen dan Yosi melepas kaos putih mereka dan dilemparkan ke penonton yang berebutan. Lalu tanpa basa-basi. Lagu kedua dimainkan dan sialan intronya sama kerasnya dengan lagu pertama. Bedanya, kali ini Yandi bernyanyi. Tapi errgghhh lebih tepatnya dia berteriak dengan teknik growl.

Oh my God.

Kali ini gue yang terkejut dengan cara benyanyi Yandi bak orang kesetanan.



"VIN ! TEMEN LO ITU JAHANAM SEMUANYA. GILAAA MEREKA BAWAIN LAGUNYA DYING FETUS LHOO ! GUE LANGSUNG TAHU SAAT MENDENGAR INTRONYA. ENTAH APA JUDULNYA. BANGSAAT CADASS! KERENNN!" seru Jojo sambil geleng-geleng kepala.

Di saat gue berusaha mengatur nafas melihat perform keempat sohib gue yang meledak-ledak. Lagu tersebut sudah usai. Namun di saat gue menyangka mereka akan mengambil break sebentar karena tenaga yang mereka keluarkan di 2 lagu awal cukup banyak, tiba-tiba Zen berbicara di depan mic.

"Are you guys, believe there is A God up there?"

Dan ketika para penonton menjawab pertanyaaan Zen dengan teriakan dan tangan teracung membentuk salam 3 jari khas metal. Intro lagu ketiga langsung menghajar panca indra semua orang.



Rupanya suara Zen jauh lebih gilaaaaa paraaaaahhh !! Ia menjerit dengan teknik growhl yang sangat susah dan berat. Zen melengking dengan nada parau bak orang kesurupan. Dan yang lebih gila lagi, ia melakukannya sambil tetap bermain gitar.

"VINN !!! GUE GAK TAHAN !!! TEMEN LO BABI SEMUA !!ARGGGGHHHHH ! SORI GUE TINGGAL!" seru Jojo lalu menghambur pergi dan ikut berbaur dengan para penonton yang ternyata sudah semakin membesar membentuk circle pit dan semuanya ikut kesetanan melihat XYZ membakar stage !!

Gue geleng-geleng kepala melihat tingkah Jojo. Ketika lagu ketiga selesai, Zen langsung mundur untuk meminum sebotol air mineral. Tepuk tangan langsung pecah. Nama Zen di elu-elukan karena surprise yang luar biasa.

Gue perlu duduk, gue perlu duduk, batin gue. Melihat XYZ membuat gue ikut kecapekan. Dan gue duduk begitu saja di atas rumput. Kalian gila...parah...

Setelah break 1-2 menit, Yandi yang mengambil alih mic. Sepertinya dia tidak langsung main hajar lagu. Namun hendak berbicara dengan semua yang ada di sini.

"Bukan kami yang memulai. Namun kalian yang mengusik kami. Kalian menginjak teman, akan kami balas 1000 lipat. Cara kotor kalian tidak akan menggoyahkan mental baja kami. Kami marah dan kami akan bangkitttt !!!" teriak Yandi.

Dan sebuah lagu cadas kembali mereka mainkan !!



Ini lagunya Sepultura ! Gue kenal banget sama lagu ini. Dan suara Yandi yang serak sangat cocok. Namun ada yang berbeda dengan lagu Arise versi XYZ. Tempo. Temponya gilaa. Rapat dan cepat sekali. Gebukan Xavi di drum menjadi komando penentu seberapa cepat lagu tsrsebut mereka mainkan. Salut gue sangat terharu dengan keempat teman gue di atas sana.



Dari layar besar, gue melihat keempatnya benar-benar mengeluarkan segenap rasa marah, emosi dan mereka gunakan sebagai "bahan bakar" sehingga mereka mampu tampil all out sore ini. Xavi menggila di balik drum, setiap pukulannya sangat bertenaga, Yosi sangat aktraktif di atas stage mengobarkan semangat para penonton. Zen yang biasanya pendiam bisa sangat emosional dan buas memainkan gitar. Yandi? Dari layar tersebut gue bisa melihat Yandi yang bertelanjang dada dengan badan berkeringat, sangar macho. Dan gue akui penampilannya sangat mengesankan. Bahkan ini sekarang  gue agak deg-degan melihat teman gue yang super baik itu.

Tepuk tangan yang super panjang dan teriakan "we want more" membahana. Menjadi pertanda XYZ baru saja menyelesaikan lagu terakhir. Namun teriakan tersebut menjadi semakin keras dari arah penonton ketika tiba-tiba Yandi membanting gitarnya ke stage keras sekali hingga patah jadi dua. Dan hal tersebut diikuti Yosi yang menusukkan ujung bass ke bass drum Xavi sehingga berlobang. Xavi menendang dan membuang satu set drum sehingga berantakan di atas stage. Ia pukul-pukulkan ujung stik sehingga merobek seluruh drum.  Sementara Zen menuangkan sesuatu di atas gitarnya yang ia banting di stage. Lalu ia menyalakan rokok, menghisapnya beberapa kali lalu ia menjentikkan batang rokok ke atas gitar dan api langsung menyala membakar gitarnya.

Edan !

Para penonton berteriak-teriak melihat destruktif act sebagai penutup penampilan XYZ. Keempat teman gue lalu berdiri bersisian di pinggir stage. Mereka berdiri bertelanjang dada tanpa tersenyum. Sikap mereka mengesankan sikap menantang. Menantang siapa? Sejurus gue mengikuti arah pandangan mereka. Gue menengok ke arah belakang dan melihat segerombolan orang, anak kelas 3 berwajah tak kalah seram. Juga menatap dengan garang ke arah XYZ.

Gue lalu kembali melihat ke stage dan gerombolan berjaket hitam juga sudah berbalik badan membalas tatapan ke anak kelas 3. Sama halnya dengan Yandi di atas stage, semua orang juga memasang sikap menantang. Gue kaget mendapati di antara orang berjaket hitam, juga banyak wajah-wajah anak kelas 3. Yang paling gue kenali di antara mereka adalah Feri dan di samping Feri ada Axel !!

Gawat. Serius mereka mau tawuran di sini??


*****
@ Big Stage
Beberapa saat sebelumnya.
*****

(POV Yandi)

Kami berempat baru saja menyelesaikan keempat lagu. Jujur aku capek sekali karena membawakan 4 lagu gila yang menyita tenaga. Kini kami berempat tengah berdiri di pinggir stage. Pandanganku tertuju menatap ke depan, ke satu titik. Ke satu orang yang berdiri di belakang sana. Sambil membalas tatapanku, ia menyunggingkan senyum. Senyum meremehkan.

Oscar.

Di samping Oscar ada Budi dan 2 orang luar yang dimasukkan Oscar yakni Opet dan Ander. Dan di sekeliling mereka ada anak kelas 3 dan mayoritas bajingan dari kelas 2. Namun aku tidak merasa takut karena kami mendapat dukungan dari Feri dan juga Axel. Bahkan aku juga melihat Jati dan teman-temannya turut bergabung. Sehingga kini kami saling berhadap-hadapan.

Ini adalah saat yang kritis, satu orang bergerak, sudah cukup untuk memantik tawuran. Namun kami semua sadar, tidak mungkin kami menyulut tawuran di tengah pensi yang jadi sorotan. Bahkan bisa jadi kami akan di bunuh oleh Pak Tomo langsung kalau bertindak nekat.

Saat-saat kritis tersebut usai ketika kedua kubu memutuskan untuk saling mundur. Belum saatnya kawan. Salah seorang berjaket hitam sempat mengacungkan kedua jari tengah ke arah Oscar cs sebelum bubar. 




Hahaha nice!


10 menit kemudian...

Kami berempat kembali ke tenda, sungguh luar biasa capek namun rasanya puas sekali melampiaskan emosi di atas stage. Rencana kami untuk membuat kejutan dengan memainkan lagu keras dan brutal berjalan dengan lancar. Bahkan harus aku akui, salah satu kekhawatiranku jika pecah kerusuhan akibat tindakan kami yang sangat provokatif tidak menjadi kenyataan.

TING.

Ponsel yang sedang aku charge berbunyi. Ada nomer tidak di kenal. Dan segera aku buka.


+62816000xxxx
Saya  berterimakasih karena kalian semua masih mampu mengendalikan emosi dan tidak merusak pesta hari ini dengan tindakan memalukan.

Kalian sudah lulus dari syarat yang saya tetapkan. Oleh karena itu saya akan memenuhi janji saya.

Besok malam, di ruang gym. Silahkan kalian semua menuntaskan masalah sampai puas  dengan cara jantan.  Namun saya peringatkan, jika ada yang bertindak terlalu jauh. Saya sendiri yang akan menggelandang kalian ke kantor polisi + men-DO siapa pun yang nekat melanggarnya.
TOMO.
15.04

Ini adalah pesan dari Pak Tomo !

Saat aku sedang membaca pesan tersebut sekali lagi, nomor yang sama mengirim lagi sebuah pesan.

+62816000xxx
Yan. Kalau sampai besok kelompok Oscar yang menang. Kamu akan saya DO dari sekolah.

Dengan tuduhan sudah mengancam saya sebagai Kepala Sekolah SMA NEGERI XXX  dan mengorganisir massa yang berpotensi terlibat tawuran dengan skala ratusan siswa.

MENANG atau KEHILANGAN SEGALANYA.
Hanya itu pilihanmu besok.
15.08

Aku langsung tertunduk lesu namun lama-kelamaan muncul amarah dalam diriku.

Tomo bangsat!

Kamu mau aku menang? Oke, aku akan menunjukkan kepada semuanya, siapa sosok Yandi yang sebenarnya.

Aku lantas memforward pesan Pak Tomo yang pertama di grup XYZ GANK. Lalu aku menunggu reaksi ketiga temanku.

Xavi, menatapku dan bilang "Gue siapp tempur besok!"

Yosi tertawa dan mengacungkan jempol ke arahku. "Party time!!"

Zen menyeringai ke arahku dan berkata singkat. "Akhirnya.......gue boleh bunuh Budi."



=BERSAMBUNG=


8 comments for "LPH #51"

  1. Hahaha gila..gila memang bajindul tetap menguras emosi...lanjutkan lg bro panth..

    ReplyDelete
  2. Asuuuuuu
    Hahahahahahahahahaha
    Part ini yg gue tunggu2.
    Makasih suhu,makasih.
    😈😈😈😈😈😈😈😈

    ReplyDelete
  3. Berkali2 di baca... Tetap menarik... Mantapppp...

    ReplyDelete
  4. Part fav ane... thx hu! Habis ini ada HANTAMAN .
    Mantul...

    ReplyDelete
  5. Masih nunggu part xapi patah hati gara2 liat asha sama sepupunya yang dikira xapi cowonya Asha
    Wkwkwk

    ReplyDelete
  6. Hohoho, finale clash segera di mulai

    ReplyDelete

Post a Comment