Featured Post

LPH #35

Episode 35
Gejolak Asmara

(Pov vinia)


Ah Yandiii, sebel juga sama temanku yang satu itu. Kalau di telepon atau di WA pasti late respon banget, ! Kayak sekarang ini, dari sekian banyak WA yang gue ketik lalu kirim ke dia. Cuma WA gue yang pertama yang terkirim, tetapi selanjutnya WA gue malah cuma bertanda centang 1 kali alias pending. Yang pertama pun belum dibaca. Hufftt kesel deh.  Ah padahal pengen curhat habis-habisan malam ini ke Yandi, jadi gondok sendiri gue.  Apa Yandi lagi malam mingguan ya? Sama siapa? Apa sama ceweknya? Ah kayaknya Yandi masih jomblo sama kayak anak-anak F4 yang lain.....termasuk gue.

Tapi kedatangan seseorang yang baru gue kenal 2 minggu belakangan ini, membuat gue tiba-tiba jadi gak pengen jomblo lagi. Dan gue mau cowok tersebut yang mengubah status jomblo gue jadi “in a relationship with Axel Sidharta”, kalau kata Facebook.

Iya, gue jatuh cinta, gue jatuh cinta sama Axel, pemain gitar yang akhirnya disetujui oleh bang Tigor sebagai pengganti sementara gitaris utama Apollo 17, band pengiring gue tiap kali gue tampil live dan rekaman di studio. Reno yang pegang posisi lead guitar di band terpaksa digantikan posisinya setelah ia mengalami patah tulang di tangan kiri setelah terjatuh dalam sebuah pertandingan futsal. Masa penyembuhan yang memakan waktu 2-3 bulan membuat gue, bang Tigor produser rekaman album perdana gue dan ketiga anggota band Apollo 17 lainnya cukup terpukul. Proses rekaman yang sudah mendekati akhir dan sudah diwanti-wanti oleh pihak label jangan sampai melebihi deadline membuat bang Tigor segera mencari pemain gitar baru pengganti Reno. Mencari pemain gitar yang jago sih banyak dan mudah karena bang Tigor mempunyai banyak teman musisi.

Namun tidak mudah mencari gitaris yang dituntut harus segera menguasai materi lagu-lagu yang ada di di album perdana gue dalam waktu 1 minggu. Apalagi album gue bernuansa rock n roll yang memiliki banyak porsi lead guitar untuk melakukan solo di beberapa lagu. Belum lagI urusan mesti cepat klik dengan member Apollo 17 lainnya. Pencarian gitaris baru ini yang membuat proses rekaman terhambat, belum lagi kami sudah tLisat kontrak dengan beberapa EO, stasiun TV yang sudah meminta kami tampil live dalam acara mereka. Acara pertama adalah tampil off-air di sebuah gigs rock di Kota YYY dan itu seminggu lagi. Karena gak mungkin membatalkan kontrak tersebut, maka dari kemarin kami latihan ngejam bareng dengan beberapa gitaris sekaligus, memang belum klik benar tetapi kami rasa cukup untuk sekedar additional player pas manggung.

Sampai akhirnya dalam suatu sesi briefing tertutup antara gue, bang Tigor, mba Nabila manager gue, anak-anak Apollo 17 di private room Starbuck’s, kami terlibat pembicaraan tentang additional player yang bakal kami pakai di even besok malam.

“Gimana guys, dari tiga gitaris yang udah nge-jam bareng kalian selama 2 hari ini, gue minta pendapat kalian. Overall ketiganya dalam hal urusan skill dan kecepatan adaptasi sudah oke di mata gue, tapi dalam chemistry main bareng, kalian yang bisa rasain. Gitaris yang paling nyambung dengan Vinia dan kalian, bakalan kita pakai di event SOUNDNATION YYY. Dan tidak menutup kemungkinan juga bakal kita pakai untuk finishing recording. Lo dulu deh Vin kasih pendapat.” ujar bang Tigor sambil menyeruput secangkir kecil Espresso.

“Uhm gue setuju sama elu bang, ketiganya secara skill ok. Tapi kalau gue prefer ke si Oki. Timing dan mainnya rapi, bersih. Cuman dalam hal tempo, masih sering out. Tapi wajar sih karena baru 2 kali ikut nge-jam bareng. Beberapa kali latihan lagi gue pikir dia udah bisa nyetel dengan kita.”

“Oki bagus sih Vin, tapi dia mainnya kayak robot gitu, terlalu rapi malahan. Kurang apa yah, liar dikit. Secara musik kita itu Rock n Roll, anaknya juga terlalu pendiam gitu. Tiap selesai latihan, dia langsung main cabut pergi gitu aja, diih. Gue prefer ke Lodi, dia secara musikalitas dan skill mirip sama Oki, tapi dia Oki versi asyik.“ ujar Wendi, drummer Apollo 17.

“Lodi emang asyik, tapi malah terlalu over, terlalu ekspresif. Di beberapa part dia malah improvisasi solo sendirian. Emang sih improv saat latihan gak masalah, tapi gue khawatir habbit dia bakal kebawa pas kita main live. Buset, gue yang ngikutin dia jadi malah ikut kacau. Jadi kalau gue cenderung setuju sama Vinia. Si Oki yang kita pakai. Kalau cuma additional player, yang penting skill dan main bersih, uda amanlah. Secara karakter Oki yang pendiam, its not a big deal. Lagian Oki kan dulu mantan member band Weed Devil yang beraliran stoner rock, ya wajar dia pendiam, diam-diam tapi terbang pake asap enak haha,” terang Djarot, gitaris yang main ryhtm.

“Haha kocak, si Oki terlalu pendiam tapi rapi sementara yang satu lagi Lodi terlalu aktif anaknya dan kadang improv sendiri gak jelas haha. Kalau mau gabungan keduanya tuh si Hakim, anaknya asyik, mainnya juga lumayan, dibanding Oki dan Lodi, dia paling gampang adaptasi ma kita tanpa sepenuhnya kebawa total. Dia punya ciri sendiri sih menurut gue.” ujar Jojo, bassist Apollo 17.

“Serius lo Jo, lu lebih suka Hakim? Nurut gue Hakim malah yang paling standar dan sedikit kualitasnya dibandingkan dengan Lodi dan Oki. Lo lupa apa beberapa kali kita mesti ngulang gegara dia salah ambil kunci.” tukas Wendi.

“Yah itu kan cuma pendapat gue Wen.” balas Jojo.

“Udah-udah lo berdua kalem aja, jadi kalau gue simpulin. Vinia dan Djarot pilih Oki, Wendi pilih Lodi. Dan Jojo pilih Hakim. Hmm, gue sebagai produser, pribadi lebih cenderung ke orang yang mainnya paling rapi dan bersih, minus improv-improv gak jelas yang  malah ngrusak keseimbangan lagu dan yang pasti fast learner. Dan itu semua ada di Oki. Gimana? Nad? Lo mau nambahin?”tanya bang Tigor ke mba Nadila.

“Ya gue setuju pendapat elo bang, toh ini additional player sifatnya si Oki. Ya mungkin sampe Reno balik lagi ke band, kita cari pilihan yang paling aman aja deh.” terang mba Nadila.

“Oke jadi kita sepakat pake Oki ya buat even SOUNDNATION  YYY.”

Dan pilihan kami untuk pakai Oki di even tersebut terbilang sukses karena dia bermain seperti yang kami semua harapkan, bersih dan rapi mengisi slot-nya Reno. Namun karena pada dasarnya anak-anak Apollo 17 itu hiperaktif, membuat kehadiran Oki yang super pendiam, minim komunikasi ma anak-anak, meskipun bukan tipikal anak troublemaker, lama-lama tidak membuat nyaman anak-anak yang lain termasuk gue. Oki pemain gitar yang bagus, sangat bagus. Namun sifatnya yang pendiam, menganggap bermain musik adalah “pekerjaan kantoran”, selesai latihan pulang tepat waktu, gak pernah bisa ikut kami nongkrong, singkatnya dia seperti enggan bergaul menjalin chemistry dengan kami. Dan bang Tigor tahu persis hal ini namun kami diberitahu bahwa Oki ternyata sudah terlanjur di kontrak untuk mengisi sesi recording lead guitar di 2 lagu terakhir album gue.

Tapi untung kontraknya hanya untuk sesi rekaman recording, sehingga pada saat live atau manggung kami masih bisa pakai additional player lain. Namun tetap saja gak mudah, sampai-sampai dalam beberapa show terakhir, gue sendiri yang pegang lead gitar sambil nyanyi. Gue sih gak masalah, namun mba Nadila yang protes ke bang Tigor karena kalau gue nyanyi + lead guitar, effort gue bakal lebih banyak setiap show. Ketika masalah additional player yang belum bisa “kawin” dengan gue dan anak-anak Apollo 17 makin panas, dalam sebuah sesi sharing dengan bang Tigor, Jojo bilang bahwa dia punya sepupu yang jago banget main gitar terutama musik genre rock. Jojo yakin sepupunya tersebut mampu menguasai seluruh materi lagu di album gue jika dibLisan waktu 2 hari. “Jujur aja, kemampuan dan skill sepupu gue  itu sakti, jenius lah kalau gue kata. Dan dia ternyata juga ngikutin Vinia dan anak-anak Apollo 17 kalau perform. Singkatnya, lagu-lagu kita udah gak terlalu asing buat dia. Kalian  pernah lihat tutorial gitar di Youtube dari channel AXSD?”

“AXSD? Gitaris kidal yang punya 200ribuan subscribber itu? Yang bisa kasih tutor hampir semua genre lagu itu?” tanya gue. AXSD adalah salah satu channel tutorial gitar favorit gue di Youtube. Orangnya sih misterius, videonya hanya selalu menyorot dan fokus ke gitar Fender Telecaster berwarna biru yang selalu dia pakai di channelnya, gak pernah dia kasih lihat tampangnya. Kalau dari suara dan penampilannya, dia sepertinya remaja cowok usia ya 18-19 tahun gitulah. Dan keunikan dia yang bertangan kidal membuat channelnya semakin menarik.

“Wah lo tahu banyak Vin. Iya itu channel yang gue maksud.”

“Ya tawlah, gue nge-fans sama dia tapi sayang sepertinya AXSD sudah vakum berhenti bikin content lagi di Youtube. Video dia yang terakhir kan sekitar 2 tahun lalu.”

“Yap. Itu karena tu bocah kebanyakan ngelayap.”

“Hah, kebanyakan ngelayap? Darimana elo..Eh JO, JANGAN-JANGAN SEPUPU LO ITU PEMILIK CHANNEL AXSD?” Gue seperti tahu arah pembicaraaan Jojo karena dari sepupunya yang jago gitar tiba-tiba di nyinggung AXSD.

Jojo mengangguk lalu tertawa lebar,”Yap, he was my damn cousin., heee.”

Argh gue langsung berteriak kegirangan dan serta merta gue langsung membujuk bang Tigor untuk membLisan audisi tertutup atau ya minimal kasih kesempatan AXSD buat main bareng sama gue dan Apollo 17. Melihat betapa gue antusias dan anak-anak Apollo 17 juga tertarik jamming bareng AXSD, maka bang Tigor setuju untuk mengundang sepupu Jojo lusa di Garage Studio. Lalu saat gue mau balik, Jojo nyamperin gue di parkiran.

“Vin, sepertinya gue ada kejutan satu lagi buat elo.” ujar Jojo.

“Apa-apa? Lo mau bilang kalau AXSD ganteng? Haha?”

“Haha, lo liat kan cetakan gue ganteng kek gini, sepupu gue itu sama gantengnya ma gue, blasteran.”

Iya Jojo memang ganteng, dia blasteran Indo-Amrik. Makanya gue jadi makin semangat ketemu dengan AXSD, ahahah.

“Elo anak SMA NEGERI XXX kan?” Tanyanya.

“Iya.”

“Cocok banget, karena elo tuh satu sekolahan sama sepupu gue berarti. Dia anak kelas 2. Tapi seharusnya dia kelas 3. Karena yah agak salah pergaulan juga nih sepupu gue jadi agak bloon terus gak naik kelas. AXSD itu inisial nama lengkapnya, Axel Sidharta.”

“What ? Gue satu sekolahan ma dia?”

Jojo mengangguk. “Lo kenal?”

“Enggak, gue gak kenal, baru kali ini gue dengar nama Axel malah.”

“Hahaha baguslah kalau lo gak kenal atau gak pernah dengar nama Axel. Rata-rata  cuma anak yang sama bandelnya dengan Axel yang kenal dan dengar namanya.”

“Oh gitu, Eh Jo, lo tahu gak kenapa kira-kira sepupu lo itu berhenti buat content di Youtube lagi?” kata gue penasaran.

“Ya itu tadi seperti yang gue bilang, dia agak salah pergaulan setelah SMA. Axel tuh anaknya pinter, humoris, punya bakat besar dalam hal musik, selain gitar dia juga jago main drum dan piano. Namun dia juga multitalent dalam hal kenakalan. Mabuk, sesekali nyimeng, hobi bolos sekolah, doyan ribut berantem sama orang dan dia punya jiwa playboy. Jangan tanya deh berapa banyak mantannya dia. Kombinasi itu yang mungkin membuat dia malas untuk bikin content lagi karena lebih suka bersenang-senang. Tapi belakangan ini sikap dia makin membaik, udah jarang bolos, ortunya udah jarang bolak-balik ke sekolah. Beberapa kali dia juga main ke rumah gue, ngajak nge-jam bareng. Maka dari itu gue berani usul nama Axel ke kalian dan bang Tigor karena gue yakin dia sudah menjadi anak yang lebih baik sekarang.” terang Jojo.

“Ah Jo, cerita elo makin buat gue penasaran tentang Axel.” ujar gue jujur.

“Haha, lo cari tahu aja di sekolah tentang Axel, teman-teman cowok elo di sekolah gue yakin juga minimal tahu yang mana Axel. Tapi awas, jangan sampai lo jatuh cinta ma Axel, dia playboy kelas berat.”

“Haha santai, kalau cuma ganteng doang mah, gak mempan ke gue.”

“Sip, yadah lo balik hat-hati Vin, see u tommorow.”

“Oke, bye Jo.” Lalu gue pulang dengan membawa rasa penasaran terhadap sosok Axel. Dan gue pada saat itu yakin banget dengan omongan gue, kalau ganteng doang ga cukup buat menarik atensi gue.

Keesokan hari di sekolah, gue mulai cari tahu tentang Axel. Gue awalnya pengen nanya ke Yandi karena gue yakin anak-anak F4 tahu benar tentang Axel. Tapi kok ya rasanya malu tiba-tiba nanya ke Yandi tentang Axel. Lalu gue coba cari tahu sosok Axel dari Lisa, teman gue di SMP yang kini satu sekolahan sama gue sekarang tapi kami beda kelas. Gue kelas 1F, Lisa kelas 1C. Lisa TUH sangat berjiwa sosialita dan hampir tahu semua cowok ganteng di SMA NEGERI XXX. Lisa sempat kaget sih waktu gue tiba-tiba nanya soal Axel.

“Axel? Cuma 6 kata tentang Axel Vin. GANTENG..GANTENG..PLAYBOY...BAJINGAN..TAPI.. ..GANTENG.” ujar Lisa.

Dan perkataan Luna kurang lebih sama dengan apa yang disampaikan Jojo kemarin. Dan percaya gak percaya, magnet badboy di sosok Axel membuat gue makin penasaran. Ketika Istirahat, Lisa sempat ngajak gue keliling sekolahan mulai dari kantin bahka ia sampai mengajak gue ke kelas 2F, kelas Axel dengan alibi ia menemui salah satu temannya di OSIS. Namun kemudian dari teman Lisa tersebut secara tersirat kami ketahui bahwa Axel hari ini tidak masuk sekolah dengan alasan sakit.

Huft, sepertinya memang gue baru bisa ketemu Axel pas latihan bareng di Garage Studio besok malam.


= BERSAMBUNG =

1 comment for "LPH #35"

  1. lanjut lagi, master. ampe tamat deh pokoknya, aye dukung, have a nice dayy.

    ReplyDelete

Post a Comment