Featured Post

LPH #14

Episode 14
Demi Seorang Sahabat























(pov : Yandi)


Badanku lelah tapi rasanya susah sekali untuk tidur. Masih terbayang jelas apa yang kualami hari ini, sebuah pengalaman yang membuat emosiku naik turun. Apapun resiko tindakanku hari ini, aku hanya berpikir yang penting xavi sudah berada di tangan yang tepat. Semua urusan administrasi sudah di urus oleh bu shinta. Tadi saat kami bertiga tengah sibuk dengan pikiran kami masing-masing di atas balkon rumah sakit, bu shinta mendatangi kami dan mengatakan kami bisa pulang dengan tenang karena kondisi xavi sudah stabil. Xavi butuh istirahat 1 minggu untuk memulihkan luka-lukanya. Saat aku tanya siapa yang akan menemani xavi di rumah sakit, bu shinta bilang ada rebeca asisten pribadi dari mama xavi yang akan berjaga disini atas perintah langsung mama xavi. Mendengar kata asisten yosi dan zen mengira rebeca adalah nama pembantu rumah tangga xavi.


“bagus banget nama pembantu xavi haha.” Celetuk yosi.


“asisten disini bukan istilah untuk pembantu rumah tangga, tapi ini personal assistant mama xavi.” Papar bu shinta.

“mama xavi punya personal assistant? Memangnya pekerjaan mama xavi apa bu?” tanya zen.

Bu shinta melirik ke arahku,”yan, kamu belum cerita ke mereka tentang orang tua xavi?”


Aku tersenyum dan salah tingkah, “hee belum bu. Lupa.”


Zen dan yosi memandang ke arahku.” Bercerita tentang orang tua xavi? Yandi apakah kami melewatkan sesuatu?” tanya zen.


“ehm xavi dari keluarga broken home, saat ini dia tinggal berdua saja dengan mamanya. Mama xavi pekerjaannya adalah presiden direktur Freeport Indonesia. Namanya aku agak lupa, maria siapa gitu.”


“Maria Clara Hehanusa.” Bu shinta membenarkan keteranganku.


“serius bu?” tanya yosi kepada bu shinta.


“iya. Selama ini xavi meminta ibu merahasiakan identitas asli dan nama mamanya. Karena xavi tidak ingin punya teman yang mau berteman dengannya hanya karena dia anak orang kaya.”


“anak seorang presiden direktur Freeport sih bukan kaya lagi, tapi luaarr biasaaa kayaaa.” Timpal zen.


“pantas saja selama ini dia paling malas kalau kita mau main ke rumahnya, ada saja alasannya.” Ujar zen.


“tadi sebenarnya gue mau nanya ke elu yan, xavi di rawat di ruang vvip siapa yang mau bayarin.”


“yasudah kalian pulang, istirahat. terutama kamu yan, kamu sudah melakukan tindakan yang luar biasa. xavi beruntung memiliki teman seperti kalian. Ibu akan tunggu disini sampai Rebecca datang. “


“kami pamit pulang bu shinta.” Ucap kami serempak lalu kami mencium tangan bu shinta sebelum pulang.


Sampai di dalam lift, kami bertiga saling melihat.


“asli cakep banget ya bu shinta, tangannya halusssss benerrrrrr.” Ucap yosi.


“iya, masih kayak remaja gadis kalau gak pakai seragam. Suaminya beruntung banget punya istri secantik bu shinta.”


“kalau gue jadi suami bu shinta, gue akan telanjang selama berada di rumah haha.”


“yos, tingkat kecabulanmu sepertinya semakin mendekati level xavi.” Sindir zen.


Yosi hanya garuk-garu kepala, aku hanya tertawa. Yosi dan zen sempat menawariku untuk mengantarku pulang tapi aku menolak karena rumah mereka berdua cukup jauh. Aku bilang aku sudah pesan go-jek, gak enak mau cancel order. Aku sengaja memakai jaketku kembali karena malas di tanya-tanya mba asih jika ia melihat seragamku penuh noda merah. Mereka berdua menemaniku ngobrol sampai dreiver ojek pesananku datang.


Aku sampai rumah sekitar jam 8 malam. Warung sudah tutup. Aku masuk lewat pintu samping Mba asih menatapku tajam karena pulang kemalaman, tapi mas sulis dengan pandai mengalihkan perhatian mba asih dengan memintanya untuk memijat badannya yang pegal. Saat mba asih mengambil balsem dan kerokan di dalam kamar, mas sulis mengacungkan jempol kepadaku dan memberikan isyarat agar aku segera naik ke kamar. Aku membalas acungan jempol kakak iparku itu. Sampai kamar aku merebahkan badan, membuka jendela kamar agar angin malam masuk ke kamar menghilangkan hawa panas di dalam kamarku setelah seharian tertutup rapat. Badanku yang lengket oleh keringat, membuatku tidak nyaman. Aku segera mengambil handuk, baju dan celana bersih. Selesai mandi badanku segar dan membuat perutku berbunyi seakan menjadi pengingat bahwa aku belum makan sedari siang. Setelah memakai baju, aku turun ke dapur dan melihat ada telur dadar dan sambel kecap. Ah ini sudah cukup untuk membuatku kenyang. Ruang tengah lampu sudah dimatikan, sepertinya mba asih dan mas sulis sudah masuk ke dalam kamar mereka.


Setelah mengisi perut, aku keluar dari rumah dan berjalan menuju depan gang. Tujuan satu, mencari salah satu tukang ojek pangkalan yang biasanya masih ada jam segini. Ya di tengah serbuan ojek online, tetap saja masih ada opang. Sampai depan gang, aku melihat di dekat halte yang kadang berubah jadi tempat opang mangkal ada 2 orang tukang ojek. Aku mendekatinya, dari 2 orang aku mengenali salah satunya. Ada bang rozak yang sering makan di warung milik mba asih.


“malam bang rozak.”sapaku ramah.


“eh elu yan, ngapain jam segini elu masih kelayapan.”


“kan besok libur tanggal merah bang, aku mau jalan-jalan cari angin. Bang, abang tahu gak tempat mangkal mini cooper di kota ini?”


“hah apan mini koper? Lu ngapain malam-malam cari koper mini. Mau minggat lu ? hahaha.”


Hadeh..mini cooper jadi koper mini.


“itu bang mini cooper, mobil yang-” Aku mengurungkan niat untuk menjelaskan lebih jauh setelah melihat bang rozak memasang wajah bingung. Kubuka hapeku, mengetikkan “mini cooper” di google chrome hapeku. Setelah muncul gambar, kutunjukkan ke bang rozak.


“mini cooper itu mobil ini bang. Nihh”


“oh ini mah mobil Mr.Bean. abang tahu. Emang kenapa yan?”


“abang tahu gak mobil-mobil mini co, maksudku abang tahu dimana biasanya mobil-mobil Mr.Bean ngumpul dan para pemiliknya nongkrong. Ya semacam klub mobil lah.”


“tahu gue yan, mereka biasanya ngumpul di dekat stadion tugu sana. Kalau gak salah depan café oliver. Memang kenapa yan?”


“jauh gak bang dari sini?”


“deket, ya sekitar 6-7 kilo lah dari sini.”


“bang, bisa anterin aku kesana gak? Tenang aku bayar kok. Berapa bang kesana?”


“25ribu dah gue kasih harga spesial ke elo yan.”


“mahal banget bang. Gini aja deh, aku bayar 40 ribu tapi sampe sana, bang rozak tungguin aku. Aku kesana mau nemuin temanku, ya paling lama 30 menit la, kalau sudah selesai urusan, bang rozak anterin aku pulang lagi, gimana bang?”


Bang rozak sempat mikir lalu bilang,


“ayo naiklah. Kaga usah pake helm dah, deketan doang, gak ada razia polisi juga jam segini.”


“sip bang.”


Setelah aku naik ke atas motor Honda revo milik bang rozak yang biasa ia pakai buat narik, aku Cuma berdoa agar aku bisa ketemu leo malam ini. aku teringat perkataan yosi tempo hari bahwa leo itu ketua perkumpulan mobil mini cooper di kota ini. jadi kalau aku tahu tempat klub mobil itu biasa nongkrong, kemungkinan besar leo juga ada disana. aku ingin menyelesaikan urusanku dengan leo secepatnya sebelum ada orang lain yang ikut terluka. Aku ingin tahu apa yang dia mau dariku. Kalau dia merasa tersinggung dengan perbuatanku yang tidak aku sadari, aku akan meminta maaf secara jantan dan memintanya untuk menyudahi perseteruan kami berdua.


Motor yang dikendarai bang rozak pun melaju dengan mantap menyusuri jalanan kota di malam hari.


******

@ café oliver
Di waktu yang bersamaan


******















(POV Leo)


“halo? halo? halo?” gue berulangkali mengucapkan halo karena telepon terangkat namun tidak ada suara dari orang yang gue telepon.


“ya gue denger suara elo.”


“gimana tadi acara eksekusinya?”


“beres, sama persis seperti permintaan elo, gak lebih gak kurang.”


“bagus, bagus. Aman kan gak ada orang yang melihat elo berdua?”


“aman, tenang saja. Kalapun ada saksi mata, dia gak akan bisa ngenalin kami berdua, karena kami pakai jaket hitam dan bermasker.”


“sip gue suka banget kerjaan elo.”


“lu gak lupa kan dengan janji elo kan kalau kami bersedia melakukan apa yang elo perintahkan?”


“eits tenang bos, santai. Begitu telepon ini gue tutup, 5 juta langsung meluncur dengan manis ke rekening lo.”


“hadiah tambahan yang satu lagi juga kan?”


“oh tentu dong, elo tinggal pilih waktunya kapan, terus elo pilih perek yang elo suka, lu entotin dia sepuasnya, aman deh, pokoknya lu tenang aja, gue yang traktir.”


“oke. Gue telpon elo kalau gue udah dapat perek yang gue suka di alexa.”


“atur saja bos, gue nurut.”


“gue cabut dulu, bye.”


Klik sambungan telepon terputus, gue tersenyum puas karena rencana gue berjalan sesuai rencana. Tanpa perlu repot-repot gue sendiri yang turun tangan, cukup dengan iming-iming segepok uang dan selangkangan perek gratis, rencana gue berjalan sukses. Cih, lu ngaku setia kawan dan malas ribut sama orang, tapi sekali gue jelasin apa imbalannya, lu langsung mau. Hahaha tidak ada yang namanya pertemanan tanpa motif. Sama seperti segerombolan orang-orang disana, mereka berkawan denganku karena tahu gue punya banyak duit. Tapi gue perduli kalau mereka Cuma manfaatin gue, karena sebenarnya justru merekalah yang gue peralat untuk melakukan berbagai perintahku dengan bermodalkan uang.


Tiba-tiba gue mendengar seperti ada keributan di luar halaman cafe. gue pun berlari keluar dan gue tercengang mendapati beberapa teman gue tergeletak di lantai sembari merintih kesakitan. Di tengah sana ada beberapa orang teman gue yang sedang mengeroyok seorang cowok berjaket hitam. Setelah bersusah payah, salah satu dari temen gue berhasil mendekapnya dari belakang sampai cowok itu tidak bisa bergerak. Dan hal ini dimanfaatkan teman gue yang lain buat menghajar cowok tersebut beramai-ramai.


“mampus lu anjing! Berani-beraninya lu kesini terus bertingkah semau lo sendiri! Makan nih uppercut gue!”


Buk !


Gue melihat andre, salah satu temen di klub mobil melayangkan pukulan uppercut yang telak mengenai dagu cowok tersebut. Dodi yang memegangi cowok tersebut dari belakang lalu melepaskan dekapannya hingga cowok tersebut ambruk mencium tanah di halaman rumput yang ada di samping café. Gue mendekati andre yang tampak terengah-engah setelah puas menghajar cowok tersebut.


“tu siapa ndre yang elo hajar.”


“gak tahu, gue gak pernah lihat dia sebelumnya. Yang pasti entah gimana ceritanya tiba-tiba bobi sudah berantem dengan ni cowok. Asli ni orang tangguh juga, setelah bobi dijatuhkan, 3 orang yang berniat mengeroyoknya berhasil dikalahkannya juga. Butuh sampe 10 orang buat ngalahin nih orang, fuuh.”


Gue berjalan mendekati ni cowok yang gue yakin bakalan pingsan setelah menerima dengan telak uppercut dari andre, gue berniat menggulingkan tubuhnya dengan kakiku tapi tiba-tiba cowok tersebut mengerang lalu dengan susah payah berdiri. Alarm tanda bahaya pun menyala dalam diri gue dan gue mundur beberapa langkah. Gue kaget setengah mati setelah melihat siapa cowok ini.

yandi !

yandi menatapku dengan pandangan tajam. Ia menyeringai ke arah gue, dan mulutnya yang mengeluarkan banyak darah menambah seram penampilannya.


“akhirnya kamu keluar juga leo, tolong ajari teman-temanmu disini sopan santun, aku Cuma bertanya ingin menemuimu dan berbicara 4 mata, bukan jawaban yang aku dapat justru, makian dan juga pukulan. Pyuh!”


Selesai berbicara yandi meludahkan darah yang ada di mulutnya.


“hei, elo yang salah! Dasar Babi ! kalau elu nanya baik-baik ga mungkin bobi emosi! Ni anak memang perlu dihajar sampe goblok!” Seru andre.


“ya kalau ada kata-kata ku yang dianggap salah, aku mohon maaf. Leo, aku kesini Cuma pengen ngobrol sesuatu sama kamu, penting.” Kata yandi.


Aku memikirkan perkataan yandi, ini pasti ada hubungannya dengan kejadian tadi siang di sekolah. Gue mesti hati-hati dalam menjawab.


“kalian semua pergi, gue mau berbicara dengan dia 4 mata.”perintahku.


“lu kenal bos sama ni cowok?” tanya andre.


“iya gue kenal, namanya yandi, dia teman sekelas gue. Udah ga usah banyak bacot, lu pergi dulu sana.”


Setelah andre dan beberapa temanku di klub mobil mini cooper pergi, kini aku hanya berdua saja dengan yandi.


“lu mau apa kesini?lu mau cari ribut disini?”


“enggak, justru aku kesini mau minta maaf sama kamu.”


“hah? Gue gak salah dengar nih, elo minta maaf ke gue?”


“iya, aku minta maaf karena aku pasti punya kesalahan yang tidak aku sadari tapi ternyata menyinggungmu. Leo, tolong maafin aku dan jangan ganggu lagi teman-temanku.”


Belum habis perasaan kaget gue, tiba-tiba saja yandi bersimpuh berlutut di depan gue.


“mengganggu? Lu nuduh gue ganggu teman-teman elo? Gue gak salah dengar nih.”


“gue tahu, gue tahu kalau elo berhubungan dengan kejadian tadi sore disekolah, Cuma gue gak punya bukti kalau kamu ada sangkut pautnya. Tapi menurutku itu sudah tidak penting, yang penting adalah aku ingin kita berdamai agar tidak terjadi tindak kekerasan yang tidak perlu terjadi.” kata-kata yandi terdengar menusuk gue dan pandangan matanya tajam menatap gue, meskipun dia tengah bersimpuh di depanku, tapi gue bisa melihat jelas tatapan amarah yang ia simpan.


“asal lo tahu yan, gue gak ada hubungannya dengan apapun kejadian di sekolah yang menimpa xavi. Jadi sebenarnya gue yang tersinggung karena elo udah nuduh gue terlibat!”


Gue agak takut melihat raut muka yandi tiba-tiba mengeras dan tangannya terkepal. Yandi kemudian tersenyum lalu bangkit berdiri.


“sekali lagi aku mohon maaf , semoga ke depannya kita bisa saling berteman. Dan sampaikan permintaan maafku kepada teman-temanmu karena aku sudah berbuat keributan disini. Aku mohon diri dulu.”


“kenapa elo sampe rela bersimpuh minta maaf ke gue?”


“aku melakukan ini demi temanku, demi seorang teman aku rela berbuat apa saja. Karena tanpa seorang teman, apa gunanya hidup ini.”


Aneh banget sih ni anak, mukanya seram tapi gaya berbicaranya baku banget ! dasar orang kampung! Gue lalu melihat yandi berjalan sempoyongan. Tiba-tiba yandi berhenti berjalan dan menengok ke arahku dan berkata lirih.


“kalau nanti terungkap siapa pelaku dari pengeroyokan yang menimpa xavi dan dalang dibalik ini semua, aku sudah berjanji kepada xavi akan membalas mereka semua 7 kali lebih sakit daripada yang dia rasakan.. selamat malam leo.”


Fuck, gue mesti mabuk malam ini.


******

rental PS4 “SONY”
1 jam sebelum tengah malam


******














(pov zen)


Sambil menghisap sebatang rokok mild, dari seberang jalan gue bisa mengamati seseorang yang tengah asyik main PS4 sendirian, dia duduk di posisi paling pinggir sehingga gue mudah mengawasinya. Hampir 30 menit gue mengawasi keadaan, suasana rental ramai dan penuh karena besok libur tanggal merah. Akhirnya setelah gue cari informasi kesana-kemari dari anak-anak 1B, gue bisa nemuin tempat dimana biasa dia nongkrong. Awalnya gue khawatir kalau dia bakalan nongkrong dengan gom cs tapi rupanya dia tipikal orang yang suka main game. Dan setelah gue amati dia sendirian. Orang – orang di rental ini mungkin kenal dia, tapi gue yakin gak akan ada satupun orang yang ngebantu dia malam ini. gue hisap rokok dalam-dalam lalu kubuang puntungnya. Kuhembuskan asapnya membentuk 3 lingkaran lalu menghilang terbawa angin.


Ipul, malam ini lu bakal gue habisin. Lebih baik lu gak terlibat dengan kejadian pengeroyokan xavi, kalau emang benar lu terlibat, siap-siap kedua jempol lu untuk sementara waktu gak akan bisa lu pakai buat pencet stik PS4 karena bakal gue patahin dua-duanya malam ini.


gue berjalan santai menuju rental. Lalu gue berdiri tepat di samping ipul yang tengah asyik duduk main GTA V.


“pul?” gue coba iseng manggil Ipul.


“paan?” jawabnya tanpa menengok ke arahku.


Bugh !


Ipul terjengkang ke belakang karena gue langsung tendang mukanya.


“arggggggghhhhhhh !!!!!” teriaknya sambil memegangi mukanya.


Semua orang menengok ke arah gue. Mas-mas yang jaga rental Cuma bengong liat gue barusan nendang si ipul. Tapi tidak satupun yang bersuara sampe mas-mas yang jaga rental teriak.


“woiy ! kalau ribut jangan disini dong.” Teriaknya.


“maaf mas, ipul hutang gue banyak banget dan belum dibayar juga. Gue pinjem ipul dulu yak”


“oh ipul hutang lo juga? Udah sikat aja gue mah iklas, maen PS ngutang mulu! Gak usah balikin kesini juga gak apa-apa!”


“sip mas.”


Gue langsung jambak rambut ipul keluar dari rental dan gue bawa masuk ke gang sepi yang ada di samping rental. Ipul mencoba berontak dan memukul gue, tapi dengan mudah bisa gue hindari. Karena gue kesel juga liat ipul berontak macam anak cewek, gue kasih dia pukulan gratis di pipi kanannya.


Plak !


Ipul lagi-lagi terjengkang. Karena belum puas, gue tendang badannya sampai ia berguling di tanah.


“ampuuuunn!! Ampuun !!!!! tolong jangan pukul gue lagi bang, ampuk hiks..hikss!”


Anjing ipul nangis! Kayak gini jadi jagoan dari kelas 1B? entah kenapa gue langsung tahu kalo ipul gak terlibat dalam aksi pengeroyokan xavi. Mental dia terlalu Barbie buat lakuin hal seperti itu. Gue langsung jambak ipul dan memepetnya di dinding, ujung sikut gue teken ke lehernya.


“lo tahu gue siapa?”


“elu…lu….zen…dari 1F..ampun zen…”


“wah nama gue terkenal juga haha. Pul, gue nanya ini sekali doang ke elu. dan gue berharap lu jawab dengan menyebutkan satu nama... Ngerti?”


“ii..ya..zen…hikss…”


“asli jijik banget gue liat lo nangis, masa jagoan 1 B cengeng. Pul, lihat gue, siapa orang yang sudah mengeroyok xavi sore tadi di sekolah! Gue gak mau dengar jawaban gak tahu. Gue tanya sekali lagi, kasih tahu gue nama pelaku pengeroyokan!”


“gu..guee..gak ta-”


Plak!


Ipul nangis lagi karena barusan gue nampar mukanya dengan tangan kiriku.


“kan gue uda bilang, gue gak mau dengar jawaban, gue gak tahu..gue tanya sekali lagi…sebutkan nama pelaku pengeroyokan xavi!”


“gue benar-benar gak tahu zenn, sumpaahhh demi apapun!! Huaa!!!”


Sepertinya ipul memang benar-benar tidak tahu pelakunya. Gue lalu melepas sikut gue dari lehernya dan hal itu membuatnya langsung jatuh berlutut memegangi lehernya. Gue lalu jongkok di samping ipul.


“pul, lu suka main game ya?”


“ii..ya…suk..a..”


“bagus kalau elo masih sayang sama kedua jempolmu, mulai besok elu jadi mata-mata gue di kelompok leo dan gom. Tugas lu Cuma satu, dapetin info sebanyak-banyaknya tentang siapa pelaku pengeroyokan karena gue yakin dalang dibalik ini semua adalah leo. Kalau lo coba-coba kasih info palsu atau elo cerita tentang kejadian ini ke orang lain, gue gak akan segan-segan buat patahin kedua jempol lo. Ngerti?”


“oke..okee zen…gue siap jadi..anak buah elo..”


“bukan anak buah gue goblog, mana mau gue punya anak buah tampang sok mirip Connor McGreggor tapi mental kayak batagor. Loe jadi mata-mata gue bukan anak buah gue. Oia, berapa utang loe d rental p situ?”


“60…60 ribu..”


“anjing, lu bikin gue tekor. Sampe jumpa lusa di sekolah, kalau ada yang nanya kenapa elo bonyok, lu bilang aja abis berantem sama preman. Gue yakin semua orang bakal percaya.”


Gue lalu pergi ninggalin ipul.


“wuhhuuu kereeennn broo!! Makasih ya uda hajar tu bocah!” gue kaget karena ternyata yang pada maen ps, memperhatikan apa yang gue lakuin ke ipul. Dan mereka rupanya juga sebal banget sama ipul.


Gue lalu datengin mas-mas penjaga rental, kuberikan uang 60 ribu.


“ini mas, hutang ipul gue lunasin.”


Dengan ragu-ragu mas-mas itu menerimanya.


“anu, masih kurang, hutang ipul 100 ribu.”


Anjing tu anak, sempat-sempatnya nipu gue hutang 100 ribu bilang cuma hutang 60 ribu. Karena malu karena uda sok lunasin hutang, dengan berat hati kutambah dengan 2 lembat uang 20 ribuan.


“wah makasih ya mas.” Jawab mas-mas yang jaga rental ps sambil nyengir.


Sialan, nyiksa bocah Barbie tapi kena 100 ribu, ini sih gue yang rugi bandar, awas aja lo pul, bakal gue siksa lo kalo sampe elo ga bisa dapat info apa-apa.


Demi sahabat gue yang terbaring di rumah sakit, gue rela balik jadi zen yang dulu…zen yang gak kenal belas kasihan dengan lawan..

******


Lokasi : café studio AA
Waktu : tepat tengah malam


******













(pov yosi)

“jadi gini bram, gue tahu elo tersinggung karena kemarin gue minta bantuan elo untuk hal yang remeh banget, tapi kali ini gue serius minta tolong ke elo, 2 permintaan sekaligus malahan.”


Bram liatin gue sambil meneguk sebotol bir bintang.


“tergantung.”jawabnya.“ tergantung apa permintaan lo kali ini. kalau lo minta gue bantu hal remeh kayak kemarin justru, gue yang bakalan sikat lo sekarang.”


“iya sori banget, tapi permintaa gue yang ini jauh lebih berat.”


“nah kalau menantang, gue bisa pertimbangin. Apaan mari kita dengarkan permintaan lo. ”


“lu mesti uda dengar kabar bahwa temen gue xavi dihajar beberapa orang tidak dikenal di sekolah tadi sore sampai dia pingsan di kamar mandi cowok lantai atas gedung kelas 3. Nah menurut prediksi gue, jam kejadian sebelum jam pulang sekolah. Gue minta tolong ke elo cari tahu jagoan-jagoan dari kelas 2A sampe 2E yang menghilang di 30 menit sebelum jam pulang bahksan sampai bel berbunyi, doa pulang, dia ga ada di kelas. Karena bisa jadi mereka yang tidak ada di kelas antara jam 1 sampe jam 2 siang terlibat dan jadi salah satu tersangka.”


“sebentar yos, lu bilang jagoan dari kelas 2A sampe 2E, jagoan dari kelas 2F yakni gue engga lo sebut?”


“enggak lah, gue yakin lo gak terlibat.”


Tiba-tiba bram menatapku lalu bilang, “bagaimana kalau gue terlibat yos..”


Sialan, gue gak menduga bram akan bertanya seperti itu.


“hahahaha serius banget lo. Oke, anggap aja permintaan lo itu gue sanggupin. Terus yang kedua apaan?”


“fiuh, lo inget temen gue si yandi yang kemarin lo tolong?”


“yadi ya? Inget gue sama bocah culun itu. Kenapa emangnya?”


“tadi sore dia berantem sama nando gara-gara nando ga suka liat yandi berkeliaran di gedung kelas 3. Dan nando yang garang itu langsung jatuh pingsan setelah dipukul yandi.”


“nando? Gorilla itu kalah lawan yadi si culun?”


“emang kedengerannya gak mungkin tapi itu kenyataannya, bahkan selain nando, yandi juga sempat memukul satu lagi temannya nando sampai terguling-guling di lantai. Nah, gue khawatir nando bakalan balas dendam dan gue juga khawatir budi dan Oscar bakal ikut campur. Jadi permintaan gue yang kedua adalah..lo mau gak bantu gue dan teman-teman gue kalau Oscar dan budi ikut cam-“


Brak !!


“gue ikut!!” tukas bram cepat sembari menghentakkan botol birnya di atas meja.


“anjing bikin kaget aja. Ikut apaan coba.?”


“gue akan ikut bantuin elo kalo oscar dan budi ikut campur masalah antara yadi vs nando.”


“bram, namanya yandi bukan yadi.”


“ya terserah lah atau gue panggil teman lo itu si culun aja. Yos, permintaan lo yang pertama kalau gue bisa bantu cari info, gue anggep itu cara gue bayar budi ke elo, jadi kita impas. Tapi permintaan elo yang kedua, ada syaratnya.”


“syarat apa?”


“jadi gini, gue hapal banget karakter nando yang pendendam, dia pasti bakal nantang yandi lagi. jujur gue gak bisa cegah si culun vs nando bagian kedua, tapi gue yakin gue bisa cegah budi dan Oscar agat tidak ikut campur masalah ini. kalau nanti si culun bisa menang lagi lawan nando, gue minta si culun ladenin gue…”


“maksudnya, ladenin elo…apaan?”


“ya si culun mesti duel lawan gue karena gue uda 4 kali duel lawan nando tapi gue selalu kalah. Jadi kalo si culun bisa menang lagi lawan nando, gue gak akan nantang nando lagi karena target gue nanti adalah si culun. Kalau elo keberatan dengan syarat ini, gue akan duduk manis liat elo sama temen-temen elo dijadiin perkedel sama Oscar, budi dan nando.” Ujar bram menyeringai ke arahku sambil menenggak kembali botol birnya.

bangsat lo bram..



= BERSAMBUNG =

2 comments for "LPH #14"

  1. Mana ini yg laen,apa ane aja yg suka baca ulang,,,
    😄😄

    ReplyDelete
  2. bram masih keliatan kuat banget oas di episode" ini..kiraen bakalan jd musuh kuatnya yandi..eh ternyata cm curut..tp otaknya licik sih..kalo power mah jauhhhhhhhh sm yandi..

    lanjut om panth..

    ReplyDelete

Post a Comment