Featured Post

LPH #12

Episode 12
Gesekkan Pertama !!






















(pov : Yandi)


Setelah aku melampiaskan amarahku dan berakibat kursi-kursi yang biasa kami duduki rusak parah, kami berlima akhirnya duduk di lantai semen beralaskan koran bekas. Aku bercerita kepada xavi, yosi, zen dan vinia tentang asal-usulku. Aku bercerita bagaimana aku kehilangan kedua orangtuaku dalam bencana tanah longsor terparah yang pernah menimpa kampungku. 5 rumah hancur, 13 orang meninggal di lokasi dan hanya aku korban yang selamat hanya menderita luka ringan berupa lecet-lecet. Memang aku selamat tapi merasa depresi dan trauma. Aku tidak bisa berpikir apa-apa selain perasaan menyesal dan menyalahkan diriku sendiri. Seandainya ketika aku mendengar suara gemuruh dari belakang dan mengeceknya, aku bisa langsung membangunkan bapak ibu dan kami bertiga bisa keluar rumah. Bahkan mungkin saja aku masih sempat memperingatkan tetangga-tetanggaku yang lain dan salah satunya adalah temanku Mamat. Tapi akibat ketidakpedulianku dan lebih menuruti rasa kantuk, semuanya berakhir menjadi tragedy. Selepas kejadian aku tidak sanggup berpikir apa-apa, air mataku sudah kering menangisi kepergian bapak ibu sampai prosesi pemakamannya di sore hari. Mbak asih datang pun aku sudah tidak menangis, hampa rasanya. Aku tidak bisa menjawab semua pertanyaan dari mba asih yang menangis sampai meraung-raung. Rasa bersalah yang teramat besar menghantuiku. Kata-kata, “seandainya saja waktu itu aku….” Terus mengiang di dalam benakku. Hanya itu saja yang terdengar, bahkan saat saudara-saudaraku, para kerabat, teman-temanku semua datang melayat, aku hanya bisa melihat bibir mereka bergerak seperti mengajakku berbicara namuan aku tidak mendengar suara mereka sama sekali.

Sejak saat itulah aku mulai berhenti berhubungan dengan orang lain, menjauh dari semuanya dan diam saja membiarkan perasaan bersalahku membesar dari hari ke hari. Selanjutnya aku tidak bisa mengingat apa-apa lagi. Aku rasanya seperti terbang. Sampai kemudian aku seperti berdiri di depan rumahku yang masih kokoh berdiri. Tidak ada tanda-tanda kerusakan sedikitpun. Bahkan aku melihat bapak dan ibu sedang bersantai di teras rumah. Bapak sedang membaca koran, sementara ibu sedang menikmati makan pisang goreng. aku gembira sekali dan langsung berlari menuju rumah karena aku kangen dengan bapak ibu dan ingin berkumpul lagi dengan mereka. Tapi tiba-tiba bapak dan ibu berdiri dan melarangku untuk masuk ke dalam teras rumah. Aku mencoba terus menerobos keduanya tapi ada sesuatu tak terlihat yang menghalangiku. Aku Cuma bisa menangis tersedu-sedu di depan rumah. Lalu aku mendengar bapak bilang sesuatu.

“yandi anakku, belum saatnya kamu pulang dan berkumpul dengan bapak dan ibu. Jalan kamu masih panjang nak. Tapaki dulu jalan yang terbentang di depanmu. Jika jalan itu sudah selesai kamu tempuh, kamu boleh pulang ke rumah. Bapak dan ibu pasti akan menunggu yandi disini. Dan kita akan berkumpul di rumah seperti dulu. Tapi saat ini kembalilah nak, kamu masih punya kakak yang menyayangimu sama seperti bapak dan ibu yang menyayangimu….sampai jumpa lagi anakku..”

Selesai berkata seperti itu, bapak dan ibu tersenyum melambaikan tangan kepadaku lalu mereka bergandengan tangan dan masuk ke dalam rumah. Tiba-tiba rumahku pergi menjauh dariku dalam kegelapan sampai akhirnya menghilang. Saat aku sadar, aku bingung sedang berada dimana karena aku melihat langit-langit yang nampak berbeda. Dan aku baru menyadari mba asih tidur di sampingku dan memeluk tubuhku erat sekali. Rasanya tenang tidur dalam pelukan mba asih, tapi aku merasa lapar sekali. Lalu aku berniat turun dari ranjang karena melihat ada makanan dalam nampan yang masih terbungkus plastik di atas meja. Saat aku turun, ternyata lenganku tersambung deng selang. Setelah kulepas selang-selang itu, aku turun dan mulai makan. Meskipun makanannya tidak enak karena sudah dingin tetapi aku tetap menyantapnya karena aku rasanya lapar dan lemas sekali. Selesai makan, aku mengerti kalau aku sedang berada di sebuah kamar rumah sakit. Tak lama kemudia, mba asih bangun dan kaget mendapatiku sedang duduk di kursi. Mba asih langsung meloncat dan menciumiku. Siang harinya aku sudah boleh keluar dari rumah sakit. Selanjutnya mba asih merawatku dengan telaten di rumah paklik basuki. Perlahan kondisiku fisik dan mentalku pun mulai pulih dari hari ke hari.

“sempat mempertimbangkan ajakan mba asih agar aku tinggal dengannya di kota, tapi akhirnya aku setuju tinggal bersama mba asih dan melanjutkan sma di kota. Lalu hari ini aku bisa bertemu dengan kalian semua di sekolah ini. Dan maaf karena aku sudah merusak kursi-kursi disini hehe.” Kataku mengakhiri sesi curhat yang panjang.

“ya ampun yan, gue jadi ikut sedih dengarnya. Gak kebayang gimana beratnya hari-hari yang elo jalani setelah bencana itu.” Vinia lalu menggenggam erat kedua tanganku. Mata vinia terlihat sembap, waduh dia nangis.

“gak apa-apa kok, aku sudah iklhas. Bapak ibu sudah tenang disana.”

“haduhh ini siapa sih yang ngupas bawang disini, aku jadi nangis nihhh huhuh!” ujar xavi sambil mengelap wajahnya yang juga sembap.

“gue ikut berduka cinta bro. gue yakin pengalaman itu akan ngebuat elo jadi orang yang kuat.” Yosi menepuk pundakku.

Zen hanya diam saja mendengar ceritaku. Tapi ekspresi aku tahu persis dia juga ikut merasakan kesedihan yang aku rasakan.

“pantas aja tadi elo kelihatan emosi banget waktu kevin nyinggung tentang kampungmu.” Ujar zen setelah terdiam beberapa saat.

“iya, mereka terserah mau membullyku dengan hal apa saja. Aku pasti masih sabar. Tapi lain halnya jika mereka sampai menghina kampung tempat asalku.”

“duhh yan, maaf ya dulu gue pernah ngomong jelek tentang kampungmu gara-gara lu gak tahu siapa itu vinia.” Kata xavi dengan wajah takut-takut.

“hehe iya gak apa-apa.”

“fiuhh, lega. Lu kalau emosi serem banget ternyata yan.” sahut Xavi sambil menghela nafas panjang. Aku cuma tertawa saja.

“eh sapi, sebentar.., tadi elo bilang yandi ga tahu gue siapa..maksudnya gimana?” tanya vinia.

“XAVIER ! Nama gue Xavier atau Xavi bukan sapi !” Tukas Xavi emosi sendiri karena vinia baru saja memanggilnya sapi.

Kami berempat tertawa.

“heehe maap. Lidah kepleset. Maaf ya Xavi hihi,”

“Ah elu artis tapi ngeselin juga nih.”

“Udah ah jangan panggil gue artis. Eh cepat jawab pertanyaan gue tadi.”

“Yan, lu gak cerita sama Vinia kalau hari pertama dia masuk ke kelas, semua orang di kelas tahu siapa vinia, tapi cuma elu doang yang gak kenal dan gak tahu siapa dia?”

“Enggak.” jawabku signkat.

“Lha kalian ini udah seminggu duduk semeja, ngobrolin apa coba.”

“Banyaklah.” Jawabku.

“Jadi gini vin, disaat kita semua heboh ketika tahu elu jadi teman sekelas kita, cuma yandi doang nih yang gak tahu siapa elo, hahah kocak banget deh. Sampe xavi emosi karena dia sama sekali gak tahu elo siapa haha.” terang Zen.

“waduh, gue merasa gagal nih jadi artis. Percuma punya follower Twitter dan IG nyaris sejuta, tapi punya teman kelas yang gak gue kenal. Huh!” Vinia berkacak pinggang memasang muka sok sebal.

“Maaf deh, kalau Aliando sama Prilly aku tahu.” celetukku.

“IHH NYEBELIIINN ! ” Vinia langsung mencubit pinggangku dan baru berhenti saat aku mengaduh kesakitan. Bukan pura-pura sakit, tapi emang sakit beneran. Tampaknya semua wanita memang mempunyai jurus cubitan yang mematikan. Lalu kami semua tertawa bersama. Sungguh momen yang aneh, beberapa saat yang lalu kami semua emosi tinggi, lalu mellow sedih-sedihan karena dengar ceritaku lalu sekarang kami tertawa bersama-sama. Dibalik sekolahan yang aneh ini, aku bersyukur mendapatkan teman-teman yang baik sekali.

TET. TETT !

Bunyi bel alarm tanda jam istirahan siang telah usai pun terdengar. Lalu kami bangun dan membereskan koran yang kami pakai duduk. Aku sempat ingin membereskan kursi yang pada berlubang tempat duduknya tapi yosi bilang udah biarin aja. Jadi ya kursi cuma aku tumpuk-tumpuk rapi. Paling yang mau mau ambil kursi ini buat duduk, misuh-misuh karena tahu kursi di bagian alasnya sudah rusak.

“Guys, plis pas kita balik kelas, kalian gak usah ribut lagi ya sama leo, gom dan kevin. Terutama elo Yan. Gue sampe takut liat elo marah-marah.”
Aku cuma meringis.

“Iya Vin, santai saja. Selama mereka ngebacot dan melotot doang mah aman.” Ujar Yosi santai.

“Sip.”

Lalu kami berlima pun berjalan kembali ke kelas. Aku berjalan di paling belakang bersisian dengan Yosi. Tiba-tiba yosi berbisik.

“Cie, yang uda ngerasain tangannya di pegang sama penyanyi cantik haha.”

“udah biasa aja dong, malu nih kalau kedengeran.”

“Haha santai bro.” Yosi merangkulku.

“Yan, lu udah oke kan? Maksud gue elu uda ga emosi lagi.”

“Udah kok. Seperti yang kamu bilang ke Vinia tadi, kalau mereka cuma ngehina aku tanpa bawa hal-hal lain, aku tetap diam kok dan berkat kalian aku merasa plong bisa cerita sesuatu yang selama ini cuma aku pendam, bahkan mba asih aja gak aku ceritain.”

“Ya. Gue ikut senang karena bisa sedikit meringankan beban berat di pundak elo. Eh yan, omong-omong itu pukulan elo serem amat. Lu pernah belajar karate atau bela diri apa gitu ?” Tanya Yosi pelan.

“Enggak yos, aku gak belajar apa-apa. Mba Asih tuh yang pernah ikut karate sampe sabuk biru malah. Tapi jaman di kampung sih dulu sering ikut tawuran antar kampung. Daerah asalku itu ada sekitar 5 kampung. Kalau pecah tawuran antar kampung, kami bener-bener berantem satu lawan satu, pake tangan kosong dan ga maen keroyokan. Pokoknya seru dan laki banget !”

“beda yah.. Anak sini kalau tawuran maen lempar-lemparan batu, kayu,atau apapun lah yang bisa dilempar. Bahkan ada yang bawa samurai, pisau, clurit, bahkan gesper yang diikat sama sabuk. Dan ya tetap main keroyokan kalau ada kesempatan. Lu sering ikut tawuran?”

“Mayan hehehe. Lha gimana coba, abis main bola sama anak kampung sebelah, pihak yang kalah, ngajak berantem. Rebutan lapangan bola, berantem. Kalah main layangan berantem. Main kelereng yang kalah ngajak berantem lagi. Pas berenang di sungai, rebutan lompat dari atas tebing, ribut lagi. Kesalip motor pas di jalan, bisa ribut. Pokoknya gak anak - anak di kampungku maupun anak-anak kampung sebelah, sama-sama sumbu pendek deh. Belum lagi kalau urusan rebutan cewek, wuihhh. Gak perduli kamu ganteng atau jelek, kalau kamu bisa buat cowok yang jadi sainganmu babak belur sampe sujud cium kakimu, tuh cewek bisa cinta mati sama kamu ! Ah jadi kangen sama teman-temanku di kampung sana. “
Yosi menatapku dengan pandangan heran.

“Anjingg, itu kampung atau penjara sih, dikit-dikit berantem, keras banget hidup lo yan hahaha !”

“Ya sebenarnya ga dikit-dikit berantem kok, cuma karena perselisihan biasanya baru selesai dengan cara berantem ya sepertinya kesannya jadi berandalan banget. Tapi di kampungku gak ada yang namanya balas dendam atau sakit hati, ya kalau kalah berantem ya ngaku kalah, baikan lagi dan selesai masalah. Tapi kalau besok ribut lagi ya pasti itu berantem karena hal lain lagi haha. Sama satu lagi ada tradisi di daerahku, disana gak ada yang berani berantem keroyokan. Kalau ada yang nekat main keroyokan, bisa jadi musuh bersama seluruh kampung dan bakal di cap pengecut seumur hidup ! Itu cap paling rendah buat cowok disana dan bakalan susah jodoh cari pacar.”

“hahahaha aslii serem gila kampung elu yan hahaha. Tapi kok bisa elu punya pukulan kayak tadi, gue juga punya teman yang tiap hari kerjaannya berantem mulu dan sering menang duel tapi pukulannya ga segila yang elu tunjukkin tadi. sumpah.”

“Aku juga gak tahu yos, aku juga gak ngira bakal rusak kursinya aku pukul. Khilaf kebawa emosi kali.”

“Anyiingg, khilaf kok sampe ngrusakkin 5 kursi.” Sindir Yosi.

“Haha iya ya.” aku menggaruk-garuk kepalaku sendiri lalu melihat punggung tanganku yang kulitnya sedikit terkelupas.

Sekembalinya aku dan yosi ke kelas. Leo dan Gom tidak melepaskan pandangannya ke arah kami berdua. Sementara Kevin sedang asyik duduk sendirian main hape.

“Woles aja yan..” bisiknya sebelum aku duduk di kursiku.

“Yoi.” jawabku cepat.

Lalu sisa pelajaran hari itu berjalan denga cepat. 30 menit sebelum pelajaran terakhir usai, aku merasakan hape di kantong celanaku bergetar. Aku buka hape dan melihat Yosi mengirim pesan di grup WA “GRUP BOYBAND F4” yang dibuat oleh Zen. Zen sengaja buat grup ini biar kami berempat enak janjian keluar atau main bareng. Karena awalnya aku gak tahu siapa itu F4, aku oke-oke saja kecuali Xavi yang protes keras karena F4 adalah boyband asal Taiwan yang ngetop banget di tahun 2000an, lalu terjadi perang gonta-ganti nama grup WA antara Zen dengan Xavi. Sementara aku dan Yosi lebih memilih kalem dan tidak mau terlibat dengan perang bodoh ini. Sampai akhirnya perang ini berakhir dengan kemenangan telak Zen karena Xavi sudah lelah dan mungkin kehabisan ide untuk mengganti nama grup WA kami. Dan hasilnya grup WA tetap bernama “GRUP BOYBAND F4”.

YOSI
broh, sebaiknya kita berempat pulang sekolah bareng ya. Buat jaga-jaga aja sapa tau duo ratu lakuin hal macem-macem di luar.

XAVI
Siap !

ZEN
OK.

YANDI
Y

XAVI
Eh maksudnya pulang bareng gimana yos? Secara kita rumah gak ada yang searah uda gitu beda-beda pula. Yandi naik bus, gue naik Go-Jek, Zen jalan kaki, elu naik motor

YOSI
Maksud gue gini, Zen gue pulang naik motor. Tapi kami cabut kalo elo uda dapat Go-Jek dan Yandi uda naik ke bus.

XAVI
Kalau elo emang khawatir ma kita-kita, bagaimana kalau abis nganterin Zen, elu nganterin gue pulang terus lu anterin Yandi. Gimana coy ide gue bagus kan.

ZEN
Hahahaa ide bagus, gue setuju sama ide lho xav !

YOSI
ANJINGG, emang gue ojek pribadi kalian. Vangke lo *emoticonsapi*

XAVI
Ah lu tanggung banget jadi orang baik.



Hahahah aku tertawa sendiri membaca obrolan parah di grup F4. Di antara kami berempat Xavi emang yang paling konyol dan kolektor bokep terbesar yang pernah aku temuin. Sementara Zen orangnya agak pendiam tapi sekalinya nyeletuk pasti lucu. Yosi orangnya mungkin paling dewasa di antara kami berempat.

“Kenapa lo yan ketawa sendiri. Lo gila ya efek berantem sama kursi.” Tanya Vinia sambil melirik ke arahku.

“Ini aku baca WA di grup F4 lucu banget”

“hah..grup F4? Gue gak salah denger nih. Grup apaan tuh.”

“Ini grup isinya cuma kami berempat. Aku, yosi, zen, xavi. Eh !”

Tiba-tiba Vinia merebut hapeku dan membaca chat kami. Aku panik karena takut dia baca chat mesum dan foto porno di grup. Tapi terlambat, senyumnya berubah, wajahnya kini sedikit merah padam.

“IHHHHHH GRUPP PORNO!!!”

Lalu Vinia mengetikkan sesuatu di hape lalu menaruh hape di atas meja. Aku langsung menyambar hapeku karena kalau ketahuan buka hape di jam pelajaran sanksinya hape bisa ditahan guru 2 hari.

Aku segera membaca chat di grup F4

YANDI
DASARRRRRR KALIAN F4 OTAK PORNOOO !!!!!! CABUL !!!

YANDI Added VINIA

XAVI
EH goblog, ngapain elu add VINIIIIAAA !! Arhhhh!

VINIA
Heh dasar kalian ini cowok mikir porno doang. Gue sengaja masuk grup ini biar kalian stop ga bahas porno-porno lagi.

YANDI
Bukan aku yang ngeadd vinia !!! Hapeku direbut sama dia barusan.

VINIA
Sepertinya Xavi yang paling cabul diantara kalian berempat. Hmm cuman Zen yang sepertinya anak baik ga pinjem bokep dari elu Xav.

ZEN
Aih makasih Vinia cantik. Eh selamat datang di grup F4

YOSI
Wuih ada artis di mari!

VINIA
@ZEN @YOSI Ah basi! Mengalihkan pembicaraan!

XAVI
Zen juga sama cabulnya kali Vin. Dia gak pinjem bokep ama gue karena dia punya koleksi bokep sendiri. Dan selera bokep dia lebih aneh, dia demen bokep aliran sadomasokis, beastiality. Pokoknya selera bokep dia paling ekstrem deh. Gue curiga jangan-jangan zen juga demen bokep cowok ganteng mainan sama cowok ganteng.

VINIA
AHAHAHHAHAHA

YOSI
WKKKKK MAMPUS

ZEN
SAPI, KAYAKNYA PULANG SEKOLAH INI, BUKAN DUO RATU YANG GEBUKKIN ELO DULUAN, TAPI GUE YANG BANTAI ELO DULUAN.

XAVI
*kabur*


TET...TETT

Jam tanda pelajaran selesai pun berbunyi. Kami lalu bersiap buat pulang. Sementara aku dan Vinia berpandangan sejenak lalu tertawa bareng.

“Hhahah parah banget grup kalian, tapi seru . Bisa jadi obat stress gue hihi.”

“kalau gak kuat, kamu left grup juga gak apa-apa.”

“hehehe. Eh kalian berempat pulang hati-hati ya. Besok gue ijin gak masuk 3 hari karena ada show di luar kota.”

“Wuih yang sering bepergian..Ya tenang aj vin.”

Setelah berdoa, Vinia lalu buru-buru pulang. Lalu ada pesan masuk di WA grup F4.

VINIA
Guys, besok gue 3 hari ga masuk karena show di luar kota. Kalian hati2 ya, gue gak mau masuk sekolah tapi lihat wajah kalian babak belur karena berantem sama leo. Go. Kevin. Tar gue bawain oleh-oleh deh. Be carefull guys!


Aku tersenyum melihat pesan dari Vinia di grup ini. Ga nyangka karena diluar keartisannya dia ternyata remaja biasa sama seperti kami yang easy going dan bisa diajak ngobrol dan curhat. Lalu Yosi, Xavi dan Zen mendatangi mejaku dan kami berempat keluar kelas bareng. Leo, Kevin dan Gom sudah tidak kelihatan. Kami berempat pulang dengan waspada tinggi karena Leo punya banyak banget sekutu di sekolah ini. Biasanya Leo dan gerombolannya nongkrong di warung siomay depan sekolahan. Yosi meminta aku sama dan Xavi menunggu di lobi sementara dia sama Zen ke parkiran ambil motor.

“Kita tunggu di halte aja yuk.” ajakku kepada Xavi.

“Eh kita kan disuruh nunggu disini.”

“udah santai aja.” kataku tenang lalu berjalan.

“Yan !! Yan ! Tunggu !” Xavi menyusulku juga.

Lalu kami berdua berjalan keluar dari sekolah.

“Yan...mampusss..kita Yan..itu Gom ada di warung depan sekolah!” Ujar Xavi, suaranya agak gemetar ketakutan.

“Santai saja, tenang.” lalu aku bersiul berjalan santai.

Wajar jika Xavi takut, karena di warung sebrang Gom sedang duduk di atas motornya. Di kiri kananny ada Ipul (1B), Yuda (1D), Rudi (1A) dan Tedi (1E). Mereka berlima duduk di atas motor memandang tajam ke arah kami berdua. Sementara tidak jauh dari Gom, Leo sedang berbicara dengan 3 ah bukan, 4 orang dari anak kelas 2. Ada David (2B), Edgar (2D), Farid (2E) dan 1 lagi anak memakai jaket LIVERPOOL warna merah tapi aku tidak mengenalnya atau pernah melihatnya di sekolah ini, karena aku termasuk cepat dalam menghapal wajah dan nama orang-orang. Wow cuma berurusan dengan kami berempat, duo ratu sampe pamer sekutunya bahkan sampe ada anak dari sekolah lain. Duo ratu + 8 penari latarnya. Hmm...

Aku meminta Xavi untuk tidak melihat ke arah mereka. “Xavi lu pura-pura buka hape aja, ikutin gue jangan liat ke mereka. Mereka pikir aku bakal takut kalau sudah sok pamer gitu.”

“Yan, lu juga gak usah pasang tampang nantang deh. Kita cuma berdua, mereka bersepuluh !! Gue tahu elu orangnya kuat, tapi konyol juga lawan mereka. Gue sadar diri dari kita berempat, gue yang paling lemah.”

“Ya, aku juga gak mau cari penyakit lawan 10 orang, cuma mental kayak gini yang sok pamer banyak orang yang bikin aku eneg.”



Begitu keluar gerbang, kami langsung belok kiri tanpa menoleh menuju halte. Suasana depan sekolah masih ramai karena banyak murid-murid yang berseliweran baik motor maupun mobil.

“WOI LU BERDUA BERHENTI !”

Aku mendengar seseorang berteriak entah siapa yang berteriak dan ditujukan ke siapa karena banyak murid lain yang berjalan beriringan.

“YAHH ANAK KAMPUNG SAMA ANAK SAPI PERGI SAMBIL KENCING DI CELANA.”

Kudengar suara yang sama berteriak lagi dan diikuti suara tertawa dan sorakan beramai-ramai. kali ini aku yakin ditujukan kepadaku dan Xavi. Aku sempat ingin berhenti tetapi Xavi terus mengajakku jalan.

“Cieeee, pulang gandengan tangan hahaha. GUYS, MEREKA BERDUA PULANG GANDENGAN TANGAN SAMBIL MEWEK NIHHH!”

Aku menoleh dan melihat di seberang jalan rupanya satu anak dari kelas 1B yang kutahu bernama Ipul mengikuti kami berdua lalu meneriaki kami.

Oke uda cukup. Aku berhenti lalu aku meludah di jalan sambil balas menatapnya. Kalau di kampungku ini termasuk salahj satu tanda hinaan dan sekaligus menantang orang berkelahi. Aku yakin disini juga sama.

“WUIDIH SI ANAK KAMPUNG GAK TERIMA NIH GUE KATA-KATAIN. TUNGGU DISITU LU BERDUA! AWAS KALAU GUE SAMPERIN TAPI ELU KABUR! GUE LAGI MALES KUCING-KUCINGAN..” Teriak Ipul dari sebrang jalan sambil menatapku.


Ipul - KLS 1B (SMA NEGERI XXX)






















Kami berdua saling menatap dari sebrang jalan, karena jalan masih ramai dia belum menyeberang. Ketika jalanan sudah agak lengang, Ipul mendatangiku. Ipul ini orangnya terlihat sok, aku sedikit lebih tinggi daripada dia tapi dia agak gemuk. Tangannya sudah terkepal sambil menyeringai ke arahku. Akupun bersiap. “Xav, pegangin tasku.” Tas yang kusampirkan di bahu kanan, kutitipkan kepada Xavi, Xavi menerimanya tangan banyak omong. Aku masih bersikap biasa saja. Dan akhirnya kami berdua saling berdiri berhadap-hadapan di pinggir jalan di dekat sekolah. Semua orang menatap kami, sadar akan ada perkelahian murid yang lain menjauhi kami berdua. Gom dan berandalannya mulai memprovokasi kami berdua.

“SIKATTT PUL !! TUNGGU APALAGI!”

Aku sengaja tidak memulai duluan agar kalau kami berdua di panggil pihak sekolah,semua murid yang tengah menatap kami tahu bahwa Ipul yang mulai duluan, bukan aku. Dan tepat ketika Ipul mau memukul, tiba-tiba dari samping kami terdengar suara motor RX-KING dengan knalpot yang bising melaju ke arah kami berdua. Otomatis kami pun meloncar ke belakang. Pengendara motor itu berhenti di tengah-tengah kami berdua.

“HEH LU MAU CA......” Ipul yang berteriak ke arah sang pengendara motor langsung diam melihat siapa dua orang yang ada di atas motor RX-KING.

“Ngapain lu pake acara teriak-teriak di sini. Eh gue pinjem rokok elu dulu.” Sang pengendara berambut panjang di sisir klimis tersebut mengambil sebungkus rokok yang ada di baju saku Ipul. Ipul tidak berkutik ketika rokoknya diambil. Aku tidak tahu siapa dia tapi aku tahu siapa orang yang duduk di belakang. BRAM temannya Yosi !

“Lu temannnya Yosi ?” Tanya Bram kepadaku.

Aku mengangguk.

“Gue sebenarnya malas ikut campur ke urusan sepele antara murid kelas 1 seperti kalian. Tapi gue punya utang budi sama Yosi, dan dia tadi telpon gue mastiin lo berdua pulang aman, karena Yosi tahu kalian berdua pasti di cegat sama si Leo. Tapi sebenarnya gue tersinggung sama Yosi karena dia minta balas budi dari gue dengan cara enteng kayak gini. Eh jat, bagi rokoknya.”

“nih.” sahut teman Bram. Bram mengambil sebatang. Lalu menyelipkan rokok di mulutnya.

‘’Hei bocah, lu punya korek?”

“Pu...pu..nya bang.” Ipul dengan suara seperti orang takut mengeluarkan korek Zippo dari dalam kantongnya dan menyerahkan ke temannya Bram.

“LU YANG NYALAIN ROKOK KAMI BEGO!” Bentak teman Bram.

Lalu aku melihat dengan menahan tawa karena Ipul yang semula garang langsung ciut di depan Bram dan temannya. Ipul menyalakan rokok yang terselip di bibir keduanya dengan Zippo.

“Eh bagus juga korek Zippo punya lu. Gue pinjem boleh ga?” Tanya Bram santai.

“Ini bang, ambil aja gak apa-apa.” Ipul menyerahkan koreknya kepada Bram.

“Wah makasih Ya. Tar kalau gue uda lulus sekolah, gue balikkin.” Ujar Bram sembari menepuk pundak Ipul.

“Sebelum lu balik sama tim cheerleader elu disana, gue titip pesan. Lu sentuh anak ini ehm...siapa nama lu dan temanmu itu?” Tanya Bram menatap ke arahku.

“Yandi.” jawabku.

“Saya Yandi, ini Xavi.”

“Oke gue ulang, kalau elu dan teman-teman elo disana ganggu Yadi dan Sapi, gue cari kalian. Dan elu duluan yang bakal gue habisin. Dan bilang kalian cepat pergi, bikin eneg aja sok jagoan nongkrong depan sekolahan. Ngerti?”

“Ngerti bang.”

“bagus. Balik sana. Jat, buruan cabut yuk ! Gue mesti latihan nih”

“Eh lu mau kemana, cium tangan kami dulu baru lo pergi !” bentak temannya Bram.

“Siap bang.” lalu Ipul bak anak kecil mencium tangan temannya Bram dan Bram. Setelah Ipul mencium tangan keduanya dia langsung pergi. Aku dan Xavi sudah tidak kuat menahan tawa.

“Yadi, bilang sama Yosi, yang tadi gue anggap bukan balas budi. Jadi gue masih punya hutang sama dia. Ok?”

“iya kami mengerti.”

Motor RX-KING yang bising itu kembali meraung-raung lalu pergi begitu saja. Dan di seberang sana gerombolan Gom juga mulai beranjak.

“Wuihh gila, langsung pergi mereka begitu kena bentak Bram...ckckck. Eh Xavi, temannya Bram tadi siapa ya?”

“Namanya Jati. Dia anak kelas 3D.”


Jati - KLS 3D(SMA NEGERI XXX)






















“Oh anak kelas 3, pantes si Ipul langsung ciut.”

“Jati itu berandalan juga sebenarnya tapi dia gak ikut dengan kelompoknya Oscar cs maupun Feri cs.”

“Gaissss kalian gak apa-apa?” maaf gue lamaa, gue kebelet boker dulu tadii” Yosi dan Zen akhirnya datang. Zen memasang wajah kesal dibonceng

Yosi di atas motor Vario milik Yosi.

“Lama banget lu boker !” gerutu Zen

“Daripada gue berantem sama boker di celana ! Mending gue bunuh diri daripada berantem sambil bau taik!”

“Taik lah kalian berdua datang telat. Kayak polisi india di film bollywood yang selalu muncul sebelum film bubar !” Bentak Xavi kesal.
“Hahahaha. Tapi kalian baik-baik aja kan, belum adu jotos?”

“Belum. Temenmu tadi datang di saat yang tepat sebelum Yandi berantem dengan Ipul.”

“Bram ya? Hohoho. Tapi berani juga Ipul ngajak elo berantem yan. Tu anak sekali cubit juga nangis, besar mulut doang dia.”

“Dapet ide darimana lu sampe minta tolong Bram segala?”

“Karena tadi pas gue boker di toilet dengar ada anak yang ngomong bakalan ada acara seru di depan sekolaha, sampe pentolan anak kelas 2 ikutan juga. Gue langsung feeling ini pasti sekutunya Leo. Makanya gue langsung telepon Bram minta tolong. Eh sama siapa tadi Bram?”

“Sama Jati.” Jawabku.

“Wuih sedap, Kalau Bram sama Jati yang turun sih, aman lah kita sementara waktu ini.”

“Fiuhhh..Udah aman kan?gue pulang duluan ya. Abang Go-Jek gue uda datang. Sampe jumpa besok lagi.” Xavi pamit duluan.

“Makasih ya uda repot -repot bantuin.”

“Tenang aja Yan, bukan cuma Leo doang yang punya sekutu di sekolah ini. Gue juga punya banyak teman disini dan bukan sekedar teman biasa. Yaudah, pulang aja yuk ah, anjir perut gue mules lagi. “

“Yan, gue duluan.” Lambai Zen dari atas motor.

“Sip.”
Setelah ketiga temanku pulang, akupun berjalan ke halte, sambil menunggu bus, aku menghela nafas, fiuuuuhhh hari yang melelahkan.

***


Keesokan hari,nya berjalan normal seperti biasanya dan tenang tidak ada gangguan sama sekali dari Leo dan Gom tapi juga agak sepi karena selain Vinia yang ijin tidak masuk sekolah, Zen tiba-tiba juga gak masuk sekolah tanpa alasan. Yosi juga tidak masuk sekolah tapi dia bilang ke grup karena sakit perut mencret parah.

XAVI
Yaelah, JJM banget lu Yos
06.50


Komen Xavi di grup F4 setelah pagi tadi Yosi WA di grup dia gak masuk sekolah hari ini.

YOSI
Sakit beneran gais. Eh JJM paan.
06.59

XAVI
JJM ..Jelek-Jelek Mencretan.
07.02 

YOSI
BABI !!
07.04


Aku tertawa membacanya. Aku lalu WA Zen tanya kenapa dia ga masuk, tapi WA hanya bertanda centang 1 yang artinya tidak terkirim. Aku coba misscall ternyata gak aktif juga. Zen ini orangnya agak misterius karena sering tiba-tiba gak masuk sekolah tanpa alasan. Kalau aku tanya kenapa dia kemarin gak masuk dia hanya menjawab singkat sedang ada urusan. Yawis, akupun tidak bertanya lebih lanjut.

Karena hari ini terasa tenang, sekolah hari ini pun terasa cepat. Dan tak terasa sampai di pelajaran Biologi yang ada di jam terakhir. 15 menit sebelum pulang, aku lihat Xavi ijin ke guru untuk pergi ke kamar mandi. Tidak ada yang aneh. Tapi sampai bel alarm tanda pulang Xavi tidak kunjung kelihatan. Feelingku mulai gak enak. Setelah selesai doa, aku pun mengambil tas Xavi dan mulai mencarinya. Aku menelepon nomor Xavi tapi rupanya hapenya ada di dalam tas. Aku mencari di kamar mandi di lantai atas gedung kelas 1 kosong, aku cari di kamar mandi bawah juga kosong. Hampir 30 menit aku mencari sampai ke kamar mandi dekat kantin, maupun kamar mandi dekat gedung parkir semuanya nihil. Bahkan semua pintu aku cek satu persatu tetap saja dia tak kelihatan. Meskipun ini hanya dugaan tapi sepertinya ini masih ada hubungannya dengan Leo cs tapi dari Xavi ijin ke kamar mandi sampai selesai pelajaran baik Gom maupun Leo tetap berada di sekolah. Sumpah, aku bingung setengah mati! Gedung sekolah sudah mulai sepi. Aku lihat sudah jam hampir jam 3, berati hampir 1 jam lebih Xavi menghilang !

YANDI
GAIS KABAR BURUK!! XAVI HILANG
14.46


Aku mengirim pesan di grup F4. Lalu aku melihat ke gedung kelas 3. Oh iya dari sekian banyak gedung, hanya gedung para guru dan gedung kelas 3 yang belum aku cek. Aku langsung menuju kamar mandi di lantai bawah gedung kelas 3 tapi nihil. Aku lalu menuju ke kamar mandi di atas. Tapi aku sempat segan karena di lorong kelas di lantai atas, ternyata masih ada beberapa anak kelas 3 yang masih nongkrong di depan kelas. Dan sialnya beberapa di antara mereka ada Nando ! Kakak kelas yang nyaris menghajarku di kantin tempo hari. Tanpa memperdulikan mereka aku bergegas menuju kamar mandi yang berada di ujung lorong. Tapi sialnya Nando yang sepertinya mengenaliku tiba-tiba mencegatku.

“Hei lu ngapain anak kelas 1 berani-beraninya kesini ! Ada urusan apa!” Hardik.

“Urusan apa?”

“Cari teman saya, tolong biarkan saya lewat saya mau cek ke kamar mandi. Sebentar saja.”

“Lu mau ngintip ke kamar mandi cewek ya? Kurang ajar!”

Aku yang memang memasang kewaspadaan tinggi, bisa merasakan bahwa Nando ingin memukulku, aku segera mengelak ! Nyaris aku terkena hantaman, karena terasa udara pukulan Nando yang diarahkan kepadaku. Aku mundur sejenak lalu lari menyelinap lewat samping badan Nando. Tujuanku adalah mengecek kamar mandi disini. Urusan lain nanti saja

“WOI ANJING ! JANGAN KABUR LU!”

Aku menengok ke belakang dan kulihat Nando dan beberapa temannya mengejarku di lorong. Sialan kenapa di saat-saat seperti ini malah ketemu Nando! Aku berbelok ke arah kamar mandi dan masuk ke dalam. Ada 5 bilik kamar mandi, 4 pintu nya hanya 1 yang tertutup.

“XAVI !!! XAVI !!! KAMU DI DALAM GAK ! INI YANDI !” Aku berteriak kencang sambil menggedor-gedor pintu.

Kutempelkan kuping di pintu karena aku seperti mendengar suara seperti erangan.
“XAVI ! KAMU DI DALAM !”

“Ya.....yan....to......tolong......aku....yan.....”

Terdengar suara seseorang tengah mengerang dari dalam dan aku yakin itu suara Xavi.!

“Buka pintunya Xav !!” Aku berteriak.

“gak...bis...a...diku..uhukkk.uhuuuuu...nci...dari...lu....uhuhukkk....ar..” Aku semakin khawatir karena suara Xavi seperti orang kesakitan.

Dan Xavi sepertinya tidak bisa keluar karena terkunci dari luar. Dan benar saja. Di bagian pintu atas ada slot pintu yang ditutup. Saat aku hendak membukanya, tiba-tiba kurasakan ada seseorang yang menendang ke arahku aku beruntung sempat menghindar dan tendangan tersebut mengenai pintu yang di dalamnya Xavi tengah merintih !

“LU NANTANG GUE YA !!” Lagi-lagi Nando berteriak. Di depan pintu keluar kamar mandi ada beberapa temannya yang nampak berjaga-jaga. Sial mereka sengaja tidak memberikanku jalan keluar!

Melihat aku bisa menghindari pukulan dan tendangannya membuat Nando makin kalap ! Aku sudah berusaha mengindar sambil meminta untuk tenang tapi Nando sudah emosi! Dia membabi buta memukulku. Aku cuma bisa menghindar, tapi satu pukulan kirinya mengenaiku sehingga aku terdesak di pojok. Sakit sekali pukulan yang mengenai pundak kiriku. Aku yang sudah terbawa emosi dan Nando sudah tidak bisa di ajak bicara, aku pun bersiap membalas! Saat Nando mengayunkan tangan kanannya, aku mengelak ke kiri dan kulepaskan pukulan tangan kananku menghantam tepat di mukanya! Nando terdorong ke belakang dan terjatuh di lantai kamar mandi, tidak bergerak! Teman-teman Nando tampak kaget dan tidak percaya Nando terjatuh tidak sadarkan diri karena terkena pukulanku. 1 orang lalu mendatangiku dan mulai menyerang. Karena aku sudah kehabisan waktu dan terdesak, kupukul duluan di bagian perutnya, membuat dia jatuh memegangi perutnya sambil terguling-guling tanpa bisa berkata apa-apa.
Sebelum temannya yang lain menyerang aku segera menghardik dan berteriak ke arah mereka!

“TOLONG, BUKAN AKU YANG MENGAWALI PERKELAHIAN! KALIAN LIHAT SENDIRI NANDO YANG MENYERANGKU DULUAN. AKU HANYA MEMBELA DIRI! TOLONG BIARKAN AKU MEMBANTU TEMANKU, DIA ADA DI DALAM !”

Aku sampai bersujud di lantai kamar mandi agar mereka mengerti.

“Cepat buka pintu itu. Kalau ternyata tidak ada orang, gue gak peduli siapa benar siapa salah, lu bakalan kami habisin karena elu udah buat 2 temen kami terluka.” ujar seseorang dengan dingin di antara mereka.

“Terimakasih.”

Aku segera membuka slot pintu atas dan begitu terbuka aku melihat Xavi terkapar di bersandar di dinding kamar mandi. Dia sudah pingsan dengan tubuh lebam dan muka babak belur, mulut berdarah seperti orang yang habis dipukuli. Yang membuatku khawatir adalah seluruh seragam dan celananya basah kuyup ! Tubuhhnya demam tinggi! Tanpa pikir panjang aku langsung membopong tubuh Xavi yang lemas! Semua orang nampak kaget melihatku membopong Xavi dari dalam. Otomatis mereka sepertinya percaya dengan omonganku.

“MINGGIR SEMUA!!!” aku berteriak kencang dan mereka pun membuka jalan untukku. Dengan panik aku membopong Xavi keluar. Aku tak memperdulikan tatapan orang-orang yang melihatku tengah membopong Xavi.

“Xavi bertahanlah!!!”

Aku teringat 500 meter dari sekolah ada klinik 24 jam! Dengan berlari membawa 2 tas dan membopong Xavi aku berlari sekuat tenaga menuju klinik !! Aku akan menyelamatkanmu teman!!!! Bertahanlah!!!


= BERSAMBUNG

3 comments for "LPH #12"

  1. tks oom.. lanjut terooss om serpt... jangan kasih kendooor ampe eps 86 ooom

    ReplyDelete
  2. Wah bendera perang sudah dikibarkan,
    arena sudah disiapkan,
    Selamat melanjutkan sampai episode terakhir

    ReplyDelete
  3. Wiih,ga ada bosennya baca dari awal jg.mantap om,gas poll

    ReplyDelete

Post a Comment