LPH #76
Episode 76
Darah Muda XYZ
(POV Yandi)
“Udah pada kenyang makan, minum, ngrokok kan?” aku melemparkan pertanyaan retoris kepada puluhan kru XYZ yang semuanya, tanpa ada yang absen satupun, di halaman belakang rumah Xavi.
Berbagai macam jawaban lantas terdengar dari teman-teman, aku hanya tersenyum saja karena atmosfer dan suasana malam ini lebih santai. Mungkin karena banyaknya minuman dan aneka makanan yang di sediakan Xavi untuk menjamu semua teman yang ada di sini, membuat mereka rileks. Aku harap setelah mereka mendengar penjelasanku, tidak mengendurkan semangat maupun mental mereka.
“Nah, sekarang aku mau sampaikan sesuatu. Kalian santai saja, mau duduk, berdiri, koprol, bebas.”
Hawa yang tadinya agak tegang saat aku baru basa-basi langsung sedikit cair saat mendengar perkataanku barusan.
“Woles aja guys, sambil ngopi dan ngemil juga gak apa-apa. Yang penting kalian nyimak dengan benar apa yang akan di sampaikan Yandi. Dan pada akhirnya kalian semua bisa mengambil sikap,” tambah Yosi dan membuat teman-teman mulai menunjukkan gestur santai. Ketika semuanya sudah fokus kepadaku aku pun langsung berbicara ke pokok permasalahan.
“Jadi gini, kalian semua yang ada di sini tahu dan turut menjadi saksi mata kalau sekolahan kita kalah di Studi Banding. Kekalahan tersebut membuat posisi tawar kita menjadi sangat rendah di tengah ancaman anak-anak STM XXX yang 99% akan bergerak, membuat kerusuhan. Ibaratnya kita jadi anjingnya anak SMA SWASTA XXX, jadi pesuruh mereka. Bisa jadi lho suatu hari nanti kita di minta Vino untuk menyerang anak STM XXX ke sekolahan mereka untuk ngetes seberapa taat kita dengan perjanjian Studi Banding, sebuah tindakan yang boleh di bilang misi bunuh diri secara harafiah tapi gak menutup kemungkinan akan terjadi.”
Aku berhenti sebentar saat ada teman dari kelas 2B yang biasa di panggil Udung mengangkat tangan. “Bos, boleh nyela nanya dulu gak sebelum gue lupa mau nanya apa nanti.”
Kami tertawa karena Udung memang rada kocak anaknya, tapi dia lugas langsung terus terang bertanya sebelum pembahasanku terlalu jauh.
“Boleh dong, buat teman yang lain juga, kalau masih ada yang bingung, boleh langsung tanya saja, ini diskusi bukan kultum. Aku pengen kalian benar-benar mengerti dan aku setuju dengan perkataan Yosi tadi, di akhir diskusi kita semua akan menentukan sikap. Syarat agar kalian bisa menentukan sikap tentu saja kalian mesti memahami 100% apa yang akan aku share malam ini. Oke, Dung kamu mau nanya apa?”
“Kalau kita gak nurut instruksi dari Vino, ya contohnya seperti tadi bos kasih contoh. Cuma orang bego yang berani datang dan serang anak STM XXX di wilayah mereka, apa sanksinya bos?”
Aku mengangguk-angguk.
“Tumben berkelas juga pertanyaan elo Dung?” celetuk Astra.
“Ya, iyalah. Udung gitu loh.”
”Udung udah pinter karena udah gak konsumsi susu basi milik janda tua sebelah rumahnya,” ujar Wira tiba-tiba. Kami semua tertawa mendengarnya dan tawa kami makin kencang saat Udung memberikan respon tak terduga.
“Anjir, tahu dari mana lo gue udah putus sama Mpok Yuli?”
Perut kami langsung kram karena mendengarnya. Indah banget deh bisa ngobrol santai sampai ngakak gini waktu ngumpul sama teman. Satu dari sedikit kebahagiaanku saat ini.
“Bagus, aku suka pertanyaanmu Dung! Apa jadinya kalau kita gak menuruti permintaan atau instruksi dari SMA SWASTA XXX? Tidak ada. Tidak ada sanksi.”
Langsung terdengar gumaman teman-teman. Banyak yang menampilkan reaksi heran.
“Serius Yan, gak ada semacam sanksi gitu?” tanya Riko.
Aku mengangguk.
“Studi Banding itu gentleman agreement. Tidak ada hitam di atas putih. Kesepakatan lisan antara para bajingan dari kedua sekolah dimana yang terikat adalah harga diri.”
“Maksudnya?”
“Pihak yang kalah Studi Banding bisa dan boleh saja tidak mentaati instruksi dari pihak pemenang ketika terjadi situasi kedua sekolah terlibat masalah dengan STM XXX. Tidak akan ada yang menuntut tetapi itu berarti setiap bajingan dari pihak sekolah yang kalah harus sanggup menahan rasa malu sampai lulus sekolah. Aib tersebut akan bertahan selamanya. Singkatnya, jika kita tidak menuruti instruksi dari Vino, apakah kalian mau dan siap menanggung rasa malu tersebut?jadi bahan tertawaan semua bajingan yang ada di Kota XXX?”
“Coeg, MENDING GUE BABAK BELUR DARIPADA JADI BAHAN TERTAWAAN SEMUA ORANG!” seru Riko di ikutin teman-teman lain yang menyerukan hal yang senada.
“Ibaratnya kalau kita nolak instruksi, anggap saja muka kita semua di olesi pejuh!
Bayangkan, cewek mana yang mau sama cowok yang mukanya belepotan pejuh?” celetuk Yosi dengan gaya hiperbola
“Mending guaa matii daripada jomblo seumur hidup karena perkara muka belepotan pejuh, huaaaa!”
Lagi-lagi perkataan Udung mengundang tawa semua orang.
“Oke, jadi kita sepakat ya, XYZ tidak akan menjadi [I]generation of shame[/I]-nya SMA NEGERI XXX?”
“SEPAKAAAATT !!”
Aku menghabiskan tegukan terakhir es coffemix dan mengambil nafas bentar, karena sebentar lagi aku akan menyampaikan point utama pertemuan malam ini. Kita lihat, apakah semua semua berteriak “Sepakat” senyaring sebelumnya.
“Kalau kalian semua sepakat, berarti kalian sudah punya bayangan resiko macam apa yang akan kita hadapi. Setelah aku selesai jelaskan, kalian pikir baik-baik pilihan apa yang terbaik buat diri kalian masing-masing dan saat ini juga masing-masing dari kalian akan mengambil sikap. Yang akan kusampaikan ini adalah beberapa kabar buruk sekaligus, tidak ada kabar baiknya sama sekali. Kalian siap mendengarnya?”
“SIAPPPP!”
“Oke, jadi gini, pagi tadi aku, Yosi, Zen dan Xavi, 6 anak dari kelas 3 dan 5 anak kelas 1, total 15 orang di kumpulkan di sekolah oleh Pak Indra. Beliau memberikan kami semua 2 kejutan besar sekaligus. Pertama, kalian tahu ruangan OSIS yang lama? Yang gedung kecil dekat parkiran? Nah ruangan itu sudah lama di tutup untuk di renovasi. Pagi tadi Pak Indra membawa kami kesana, coba tebak itu ruangan jadi apa sekarang?”
“Kolam renang.”
“Sauna.”
“Angkringan.”
“Rental PS.”
“Warnet.”
“Ruang bersalin.”
“Salon.”
“TPS.”
“Bengkel motor.”
“Cafe.”
“Tempat pijet.”
Aku cuma geleng-geleng kepala sambil ketawa mendengar berbagai macam tebakan yang luar biasa ngawur.
“Fiuhh, kita bakal hadapain STM XXX dengan gerombolan kru berotak absurd macam mereka, jadi hopeless gue,” keluh Xavi.
Yosi dan Zen malah ikut ketawa. “Iya, parah hahaha.”
“Sudah-sudah, jawaban kalian 100% benar. Benar-benar ngawur. Ruang sekretariat
OSIS yang lama kini sudah di ubah jadi sasana lengkap ring di dalamnya.”
Mendengar aku menyebut sasana dan ring, membuat mereka semua langsung berhenti tertawa.
“Gila, serius lo Yan? Ekskul olahraga di sekolah kita kan rata-rata payah, sedikit peminatnya. Ekskul yang popular di sekolahan kita kan yang berhubungan dengan entertainment. Kalau ruang sekre OSIS lama di renovasi buat ruang dance atau ruang teater cocok banget. Lha ini malah buat sasana tinju,” papar Astra yang memang kritis.
“Lo salah kalau mempertanyakan kebijakan sekolah ke kita. Coba pertanyaan tersebut lo bawa ke Pak Tomo atau Pak Indra. Seharusnya lo tanya buat apa coba sekolahan buat sasana tinju?” jawab Yosi.
“Hmmm. 15 siswa bajingan di kumpulkan ke sasana sekolahan oleh Pak Indra. Ini sudah pasti akan terjadi sesuatu,” lanjut Astra.
“Yap ! benar yang di omongin Astra. 2 minggu lagi kami di minta berkumpul di sasana untuk ya duel lah,apalagi. Gak mungkin juga Pak Indra nyuruh kami main ular tangga di atas ring kan.”
“Dafuq…Apa coba tujuan Pak Indra?” tanya Wira.
“Dia bilang sih, sasana itu akan jadi tempat penyiksaan buat para siswa bermasalah.”
“Wait Yan, itu 15 siswa, 5 anak dari kelas 1, dari kelas 2 kalian Cuma berempat sementara dari kelas 3 ada 6 orang dong. Anjing, gak adil banget komposisinya,” lanjutnya.
“Iya Wir, komposisinya memang seperti itu, awalnya. Namun Bram meminta mundur dan Pak Indra memintaku untuk menunjuk satu anak dari kelas 2 sebagai pengganti Bram. Sehingga komposisinya menjadi imbang. 3 anak dari tiap angkatan. 1 anak yang aku pilih untuk melengkapi wakil kelas 2 tentu saja bagian dari XYZ, salah satu di antara kalian.”
Langsung terdengar riuh-rendah dari semua teman. Dan tanpa aku sangka banyak yang mengangkat tangan dan memintaku untuk memilih mereka. Hanya 3 teman yang Nampak tenang. Wira, Riko dan Astra. Ketiganya sepertinya punya feeling bahwa satu di antara mereka yang akan kupilih.
“Kami berempat sudah bersepakat siapa satu di antara kalian yang akan kami ajak ikut serta ke even gilanya Pak Indra. Wira. Wira yang aku tunjuk sebagai pengganti Bram.”
Sontak semua teman langsung melihat ke arah Wira yang langsung terlihat senang. Ia yang tadinya berdiri agak jauh, langsung meletakkan minumannya dan maju ke depan. Aku punya penilaian yang cukup tinggi kepada Wira. Dia cerdas dan memiliki sudut pandang yang luas.
“Yan, gue boleh ngomong sesuatu ke teman-teman?” kata Wira kepadaku.
“Silahkan.”
“Guys, tanpa mengurangi rasa hormat kepada semua teman-teman. Gue merasa terhormat bisa dipilih untuk melengkapi formasi tetapi gue merasa tidak lebih superior di bandingkan teman-teman yang lain.”
Aku dan Zen saling menatap, sepertinya kami berdua tahu apa yang akan di sampaikan Wira.
“Oleh karena itu, gue akan bersikap fair. Siapapun di antara kalian yang merasa paling pantas maju di bandingkan gue, tidak terima gue yang di pilih, bisa menyampaikan keberatan dengan cara maju ke depan. Kita duel di sini, sekarang juga, di depan semua kru XYZ. Siapapun yang menang, entah gue atau sang penantang, dia yang memang pantas maju dampingi Yandi, Xavi, Zen dan Yosi.”
Sontak semua teman-teman langsung ramai, namun belum terlihat siapa yang maju.
“Wah jantan juga si Wira Yan,”tukas Xavi.
“Yap, itu satu-satunya cara agar Wira bisa maju dengan mantap.”
“Hohoho, akhirnya muncul juga yang anak yang terima tantangan Wira, bukan cuma satu orang, tiga orang malah ahahaha, keren-keren!” ujar Yosi.
Aku lihat tiga orang yang maju untuk menerima tantangan Wira adalah Riko, Astra dan Dodo. Ketiganya mendatangi Wira.
“Sorry bro, gue gak rela biarin elo maju gitu aja,” tantang Riko.
“Sama, gue juga. Enak bener lo di pilih tanpa seleksi,” tambah Dodo.
“Kalau elo menang dari gue, lo gak perlu bayar hutang,” tukas Astra.
Wira malah ketawa. “Maju lo bertiga.”
Aku langsung mendekati mereka berempat.
“Tunggu, tunggu bentar. Gak gitu caranya kamu lawan mereka bertiga. Begini saja, anggap saja ini semifinal. 1 vs 1. Yang menang lanjut ke final. Gimana?”
“DEAL !” sahut mereka berempat. Haha semangat sekali! aku suka.
“Terus ini siapa lawan siapa dulu Yan?” tanya Astra.
“Dari kalian berempat, siapa yang nomor terakhir di nomor ponselnya berupa angka ganjil? Yang ganjil angkat tangan!” seru Zen tiba-tiba.
Wira dan Riko mengangkat tangan secara bersamaan.
“Oke, Wira lawan Riko. Dodo lawan Astra,” terang Zen.
Ke empat orang ini langsung tertawa dan saling menatap.
“DEALLLLLL !!!”
Semua teman XYZ langsung tepuk tangan dan mereka berdiri menjauh, memberikan ruang lebih di depan gazebo yang akan jadi tempat pembuktian, siapa dari mereka berempat yang pantas maju bersama aku, Zen, Yosi dan Xavi. Wira dan Riko sama-sama melepas kaos dan sepatu, sehingga kini mereka hanya mengenakan celana panjang. Keduanya lalu maju dan berdiri berhadapan.
Ini seperti adegan film Fight Club-nya Brad Pitt dan Edward Norton.
“No hard feeling bro,” kata Wira sambil memajukan kepalan tangannya ke arah Riko.
Riko diam saja dan menempelkan kepalan tangannya ke Wira.
BUGH !!
Tanpa di duga, setelah Riko menempelkan tangan kanannya, ia langsung memukul rahang Wira dengan cukup telak sehingga Wira terhuyung ke belakang.
“No hard feeling,” seringai Riko sambil mengangkat kedua kepalan tangannya. Ia berdiri diam, menunggu reaksi Wira.
“Hahahahaha! Boleh juga pukulan elo, tapi ini sih seperti kena gampar cewek di banding kena pukul cowok,” tandas Wira santai sambil mengangkat kedua kepalan tangannya.
Keduanya siap untuk duel !!
“Darah muda darahnya para remaja..Yang selalu merasa gagah..Tak pernah mau mengalah..Darah muda,” tanpa sadar aku malah bergumam menyebutkan potongan lirik lagu Darah Muda-nya Haji Rhoma Irama.
Wira maju dengan langkah tegap, beberapa kali Riko memukul ke arah Wira, pukulannya masuk dengan bersih tetapi tidak cukup kuat untuk menghentikan deteminasi Wira. Wira yang sedari tadi kena pukul mulai membalas saat satu pukulan Riko bisa di tepis, dari jarak dekat Wira menendang perut Riko. Riko langsung mengernyit kesakitan namun masih bisa membalas dengan memukul dua kali ke arah badan Wira.
“Ini Wira kalau berantem frontal gini, gak bisa nangkis atau gimana ya,” komen Xavi.
“Wira sepertinya emang adu power sih, karena ia udah bisa ngukur seberapa kuat pukulan tendangan Riko. Wira sedang cari momen bagus tuh, lihat saja, kalau udah nemu kelengahan Riko, pas...Ah selesai kan.”
Perkataanku terpotong saat Wira menghantam muka Riko di susul jegalan kaki sehingga Riko terjatuh. Riko mengaduh kesakitan, tidak sanggup berdiri. Aku pun langsung menghentikan perkelahian.
“Selesai! Wira yang menang!”
Kami semua lalu bertepuk tangan saat Wira membantu Riko berdiri dan keduanya bersalaman. Riko mengakui kekalahannya dengan jantan. Keduanya lalu beristirahat dan di lanjutkan Astra melawan Dodo. Kami kaget saat tiba-tiba keduanya sudah saling terjang sambil menendang dan sama-sama terjatuh karena saling kena tendang. Dodo berusaha menyergap Astra sehingga Dodo berada di atas Astra yang telentang. Dengan membabi-buta Dodo memukuli Astra. Hebatnya, Astra meskipun ada satu dua pukulan dari Dodo yang masuk, ia masih cukup sadar untuk menangkis dengan memukul balik Dodo. Dodo kaget saat Astra akhirnya bisa menangkap kedua pergelangan tangannya. Sempat adu kuat saling tarik namun akhirnya terlihat Astra lebih unggul ketika ia kini bisa membalikkan keadaan dengan cara menyikut wajah Dodo.
Sebuah sikutan yang sudah lebih dari cukup membuat Dodo mengerang kesakitan. Astra melanjutkan serangan dengan memuntir pergelangan Dodo, membuat Dodo tidak sanggup melawan dan pasrah mengikuti arah puntiran. Lewat satu gerakan yang cekatan, Astra sudah memiting leher Dodo dari belakang. Dodo menepuk-nepuk tangan Astra pertanda ia menyerah. Astra tertawa dan pada akhirnya membantu Dodo berdiri. Duel ini di menangkan Astra.
“Wuihh boleh juga itu Astra, pinter main bawah dia,” komen Xavi.
“Kalau satu lawan satu, cara Astra memang efektif, tetapi kalau dalam tawuran atau perkelahian jalanan, bisa bahaya, apalagi kalau sudah kalah power duluan. Astra beruntung Dodo gak punya pukulan tajam, coba kalau Dodo gak panik saat tangannya kepegang Astra. Meski kepegang, dengan posisi menduduki perut Astra dia masih bisa headbutt,” papar Zen.
“Kalau kata Tukul, ini masalah flywatch,” aku menimpali Zen.
“Flywatch? Maksudnya?”
“Jam terbang woi jam terbang! Kepinteran kimia sih lo Zen, di pelintir jadi Inggris dikit, bingung hahahaha,” tukas Yosi sambil ketawa.
“Asu, gue pikir apaan haha.”
“Seru nih Wira lawan Astra,” sahut Xavi.
Aku meminta Wira dan Astra untuk istirahat dulu sekitar 15 menit. Secara waktu istirahat Wira memang lebih di untungkan, tapi gak gitu juga sih karena Wira lebih banyak kena pukul daripada Astra. Ketika waktu istirahat habis, Astra dan Wira yang berkawan karib langsung berdiri berhadapan dan saling psywar.
“Tra, sebentar lagi hutang gue 200 ribu gue bayar lunas ye, plus gue kasih bunga tambahan berupa jotosan,” ejek Wira.
“Gak usah repot, gue bakal buat elo TKO, nah itu duit buat bayar hutang elo ke gue, ambil aja deh. Lo pakai buat ke tukang urut. Atau gue tambahin ongkos juga gak apa-apa,” balas Astra.
“Waduhh baik banget sih elo Tra, tapi sori nih ya, gue gak punya duit buat bayar hutang karena bentar lagi hutang gue ke elo kan lunas.”
“Iya gue tahu elo paling sulit bayar hutang, duit yang elo pinjem udah gue ikhlasin kok. Hitung-hitung amal. Udah gue bikin bonyok kan kasian kalau masih mikirin hutang.”
Aku dan teman-teman lain malah ketawa, sampai lupa kalau mereka bakalan duel.
“Si anjing lo berdua malah ngelenong di mari. Buruan berantem ! gue hitung sampai tiga, kalau belum mulai juga, gue bakal ajak Udung sebagai pengganti Bram!” tukas Yosi sewot.
“Waaaaaahhh gue di pilih Yosiii ! Yosi, gue gak bakal kecewain elo dah. Siapapun lawannya bakal gue sentil biji pelernya sampai netas anak ayam !” sahut Udung sambil mengangkat gelasnya.
Wahahahaha kocak !
“Bajingan lo Dung, ngincer peler cowok. Udah, cepat mulai !Masih ada hal krusial yang belum kalian dengar! ” Yosi mulai senewen.
“Tenang Yos, Astra sek-”
BUGH!
Perkataan Wira terpotong karena Astra langsung memukul Wira. Pukulan Astra cukup berefek kepada Wira. Wira melanjutkan pukulan dengan taktis tidak asal pukul. Kombinasi pukulan ke badan dan muka benar-benar membuat Wira terdorong mundur, sambil menangkis sebisanya.
“Su’e benar itu si Wira, lengah mulu ! Coba lawannya punya [i]killer punch[/i], kena pukul sekali, bisa langsung berbusa tuh mulut,” ujar Xavi sambil menepuk dahi.
“Yandi banget dah itu si Wira, selalu terdesak dulu di awal. Cuma butuh satu momentum untuk membalikkan keadaaan,” kata Yosi.
“Haha benar banget,” tegas Zen.
“Heee gimana ya, bukannya sengaja kalah duluan tapi wait and see,” aku coba menerangkan apa yang biasa aku lakukan saat terlibat perkelahian.
“Kalau gue pake model seperti itu, bisa remuk duluan gue Yan. Elo kan punya ketahanan fisik di atas rata-rata. Case paling jelas ketika elo berantem dengan Puput deh. Lo di bantai abis sama Puput tapi pada akhirnya bisa menang,” komen Xavi.
“Sebenarnya kejauhan sih samain Yandi dengan Wira sekarang. Kan udah jelas, Wira sengaja low profile. Dia sengaja pasif karena dia pasti udah menakar kekuatan Riko, Dodo dan Astra. Coba Wira suruh lawan Opet dan dia pake gaya dia sekarang, remuk si Wira,” kata Zen sambil lalu.
“Eh mau kemana lo?” tanya Xavi.
“Kencing.”
“Kalian ini malah ngobrol sendiri, tuh Wira mulai kesal.”
Saat ini Wira kelihatan mulai kehilangan kesabaran setelah sedari tadi Astra menghujaninya dengan pukulan, tendangan.
“Lawan Wir! Jangan remehin lawan !babi lo!” Yosi memprovokasi Wira.
Teriakan Yosi membuat Wira mulai serius. Setelah menepis pukulan Astra, Wira memegang pergelangan kanan Astra dan kemudian membanting Astra ke tanah berumput. Wira lalu berguling, memegang leher Astra dan menghantam wajahnya. Di saat kami mengira perkelahian sudah usai, rupanya Astra masih sempat memblok pukulan Wira. Namun Wira tidak kehabisan akal, ia langsung melakukan serangan lanjutan dengan menyikut wajah Astra dan kali aku yakin perkelahian selesai karena sikutan Wira mengenai kuping kiri Astra. Melihat Astra meraung kesakitan sambil menggosok-gosok kupingnya, Wira beranjak dari atas badan Astra dan mungkin karena kebawa emosi, dia hendak memukul Astra yang sudah tidak berdaya, namun aku segera berteriak.
“CUKUP !”
Wira lalu mengendurkan kepalan tangannya dan mencoba membantu Astra yang masih kelihatan pusing.
“Biarkan Astra duduk, sistem vestibulanya masih eror karena sikutan lo ke bagian telinga. Kalau lo bantu ia berdiri, ia bakalan limbung kek orang mabuk,” saran Zen.
“Bajingan, gue sumpahin elo mandul kalau telinga gue sampai tuli,”cerocos Astra yang kini duduk dengan mata terpejam.
Wira ketawa. “Yadah,lo beli headset wireless aja buat ganti telinga kalau elo tuli beneran.”
“Anjing, pake headsett..”
“Nah itu lo masih dengar haha.”
Kami tertawa mendengar mereka berdua sudah kembali akrab. Aku berdiri dan memberikan tepuk tangan kepada mereka berempat yakni Wira, Astra, Riko dan Dodo karena mereka sudah menyelesaikan masalah dengan jantan. Teman-teman yang lain pun turut memberikan tepuk tangan, siulan dan apalah pokoknya jadi ramai. Setelah semuanya kembali tenang, aku melanjutkan diskusi.
“Jadi udah akur ya, Wira yang menggenapi wakil dari kelas 2?”
“AKUUUUURRRRRRRRR!” jawab mereka semua serempak.
“Yan, itu kok ganjil ya orangnya cuma 15 orang yang sepertinya bakalan di adu Indranjing. Kalau ada 1 lagi bisa genap 16 orang. Kalau di format kek format cup bakalan pas banget,” tanya Bagas.
“Bentar,” aku menuangkan teko berisi kopi hitam kental ke gelasku yang sudah kosong, entah ini gelas yang keberapa. Aku tidak peduli jika malam ini aku tidak bisa tidur karene efek kopi. Aku sedang butuh efek kafein agar membuat pikiranku jernih dan fokus.
“Sebenarnya ada 1 orang lagi yang bisa klop dengan format yang kamu sebut tadi Gas.”
“Wuihh, siapa tuhhh? Dari kelas berapa ya?”
Aku menarik nafas sebentar sebelum akhirnya menyebutkan nama orang tersebut.
“Toni. Dia orang ke 16 yang melengkapi semuanya.”
Semua mata memandang aneh kepadaku. “Toni?? Anak kelas berapa? Anak kelas 3 teman si Farid? Kan dia cuma besar bacot doang.”
Aku menggelengkan kepala sambill tersenyum.
“Bukan, bukan Toni yang itu. Toni yang aku maksud adalah Toni alumni SMA SWASTA XXX, kakaknya Vino. Dan belum sampai di situ, ternyata Toni adalah anak dari Pak Indra, hohoo. Mantap jiwa kan,”
Tiga atau empat orang yang sedang minum langsung tersedak, yang lain melotot sambil menggeleng-gelengkan kepala. “Seriuuss lo Yannnnn??Toni anakya Indra”
“Iya serius, masak aku bercanda dalam hal ginian. Dia tadi datang kok.”
“Setan tua itu ngapain bawa masuk ke Toni ke dalam internal sekolah kita??”
“Tidak ada yang tahu, hanya Tuhan dan Pak Indra yang tahu.”
Aku sengaja tidak menyinggung nama Pak Tomo di depan teman-teman karena aku tidak ingin membuat teman yang lain makin drop mentalnya.
“Kehadiran tak terduga Toni inilah yang membuat rencana Yosi berantakan dan membuatku ingin berdiskusi dengan kalian semua malam ini.”
“Rencana Yosi ? Rencana apa Yos?” Astra yang sudah mulai membaik bertanya ke Yosi.
“Kamu yang jelasin Yos,” aku meminta Yosi untuk menjawab pertanyaan Astra dan mungkin juga pertanyaan dari teman-teman yang lain.
“Jadi gini, gue sebenarnya punya tanggung jawab khusus dari Yandi untuk secepatnya merekrut para bajingan dari kelas 1. Gue udah punya mapping, siapa-siapa pentolan dari kelas 1 yang kalau udah gue pegang kepalanya untuk gabung XYZ, follower mereka bakalan ngikut. Goku dan Dejan adalah 2 nama yang jadi prioritas gue. Mereka berandalan sejak dari jaman SMP. Pasti banyak dari kalian udah tahu lah Goku dan Dejan. Galang, Andreas dan Max, anak yang kemarin nyaris di korek kupingnya dengan garpu oleh Zen gue anggap bonus, mereka lumayan dari segi kuantitas. Tapi dalam hal kualitas, Goku dan Dejan is the real deal.”
“Gue setuju sih Yos, pake banget kalau elo memang mau gaet Goku dan BigMac. Tapi gimana caranya? Kan gak mungkin elo datangin mereka dan tawarin brosur XYZ, ‘helllo guys, gabung yuk sama klub tempur XYZ ! Asyik dan seru loh tawuran bareng kita-kita.’ ”
“Pukimak kau Wir, lo buat XYZ jadi berasa grup unyu ahahahha! Sebenarnya gue udah tahu kalau sekolahan diam-diam bangun sasana di ruang sekre OSIS lama. Info ini valid karena gue dapat info dari kontraktornya langsung. Kontraktornya kebetulan teman bokap dan dia keceplosan cerita sedang ada proyek rahasia bangun sasana di SMA NEGERI XXX. Dia ngira kalau gue sekolah di SMA SWASTA XXX.Jadi begitu tahu kalau gue anak SMA NEGERI XXX, beliau langsung minta tolong ke gue untuk jangan ceritakan info ke siapapun. Bokap pun juga minta gue tutup mulut.
Oke, gue pasti tutup mulut tapi otak gue lagi kepikiran. Sekolah kita buat sasana yang punya standar sasana tinju semi-profesional dan estimasinya akan di buka di awal tahun ajaran baru. Satu-satunya yang terlintas di otak gue adalah itu sasana bakalan di jadikan pihak sekolah sebagai tempat baku hantam dalam tanda kutip ‘resmi’ para siswa bajingan. Oleh karena itu, gue yakin banget Pak Indra pak Indra maanfaatin sasana itu untuk mengadu para anak baru dengan kelas 2 dan 3. Satu-satunya cara untuk merekrut anak kelas 1 tentu saja dengan menunjukkan siapa yang lebih superior, adu keras di sasana baru.
Rencana gue sepertinya bakalan mulus saat kami berlima belas di ajak ke sasana. Gue gak perduli format Indra, tetapi yang jelas dalam urusan adu keras. . Tetapi gak ada angin gak ada hujan, tiba-tiba Toni nongol dari dalam juga. Di saat kami bingung dengan kedatangan Toni, Indra memperkenalkan Toni sebagai asistennya yang akan menjadi lawan bagi kelimabelas orang yang ada di sasana. Gue sih yakin kami berempat bisa mengungguli anak kelas 1 bahkan anak kelas 3 sekalipun, tetapi faktor Toni mengubah segalanya. Ini Toni woi, yang levelnya gak beda jauh dengan mendiang Axel. ” Yosi menjelaskan duduk permasalahan dengan baik sehingga sepertinya semua teman- teman paham.
“Gila, jadi kalian semua bakal satu-satu lawan Toni gitu?”
“Enggak, Toni di taruh paling belakang setelah dapat 1 siswa yang secara kasarannya paling unggul di banding ke 14 siswa lainnya.”
“Anjirr, bukankah secara de jure de facto Yandi boleh di bilang siswa nomor 1 di sekolahan kita? Kenapa gak Indra langsung buat Yandi vs Toni?” tanya Astra.
“Goblog lu, elu kayak baru ketemu Indra sekali. Indra kan punya 1001 rencana busuk untuk menyiksa para siswa yang di cap bajingan. 15 siswa di adu untuk di cari 1 pemenang, entah dengan format seperti apa, baru kemudian satu lawan satu dengan Toni. Anjing ini Indra levelnya udah di atas dedemit!! Siapapun 1 dari 15 siswa yang lolos, udah pasti remuk duluan itu badan, keparat emang handicap buatan Indra. Lawan orang sekelas Toni dengan badan fit 100% aja peluang menang tipiss apalagi ini bakal kena siksa dulu argggghhhh!” umpat Wira.
“Yan, kalau semisal, semisal gue mesti lawan elo nanti, gue rela lo hajar sampai pingsan lewat sekali puku;. Yang penting elo menang dan gak nguras fisik elo,” lanjut Wira.
“Gak semudah itu Bambang, siapapun lawan elo nanti, termasuk kemungkinan melawan Yandi atau gue, Yosi atau Zen, lo mesti keluarin semua yang lo punya,” tukas Xavi dengan nada serius.
“Kok gitu?”
Xavi menatap ke arahku. “Silahkan elo tanya ke Yandi.”
Wira dan teman-teman langsung menatapku, mengharap jawaban.
“Dengar, ini masih sebatas teori, tetapi ada kemungkinan siapapun yang kalah nanti di proses seleksi, setara dengan SP3 alias 90 % di DO. Inilah alasan kenapa siapapun, seperti yang di sampaikan Xavi tadi, harus mengeluarkan semua yang ia punya, tidak peduli siapapun lawannya. Aku pun bakalan serius dan tidak ragu kalau mesti lawan teman sendiri seperti Zen, Yosi, Xavi dan kamu Wira. Dengan kata lain, there is no room for joking arounds. Beat your opponent or knife on our neck alias angkat kaki dari SMA NEGERI XXX.”
Suasana langsung sunyi, semuanya terdiam dan terpekur. Tidak ada satupun yang tertawa. Mungkin mereka langsung terbayang bahwa nasib kami berlima seperti telur di ujung tanduk iblis.
“2 minggu lagi, kita berlima harus bersikap egois dan mikir diri sendiri ! ”
Suasana jadi makin sepi saat aku memberikan penegasan tersebut.
“Tapi sebenarnya masih ada win-win solution loh,” ujar Zen memecah keheningan. Perkataan Zen seolah memberikan sedikit harapan. Tanpa menunggu yang lain untuk bertanya, Zen melanjutkan perkataannya.
“Siapapun yang pada akhirnya nanti bisa duel 1 lawan 1 dengan Toni, mesti menang. Kalau dia menang, dia bukan hanya menyelamatkan dirinya sendiri tetapi juga keempat belas siswa lain, bahkan yang paling utama menyelamatkan harga diri sekolah kita karena berhasil mengalahkan mantan bajingan nomor 1 dari SISWA SMA SWASTA XXX. Hal ini sudah lebih dari cukup untuk mencoreng arang atau cum in face di muka Vino.
Bayangkan, seorang Toni yang anak-anak SMA SWASTA XXX begitu dewakan, kalah dalam duell 1 lawan 1 dengan bajingan dari pihak sekolah SMA NEGERI XXX. Para siswa bajingan di Kota XXX akan bisa menilai bahwa, Vino pegang kendali terhadap SMA NEGERI XXX hanya karena faktor keberuntungan semata karena menang di Studi Banding dan kita tunduk karena terikat gentleman agreement, tetapi secara de facto, kita lebih kuat karena mengalahkan dewa mereka si Toni. Singkatnya, kalahkan Toni, 2-3 masalah akan selesai dengan sendirinya.”
Teman-teman langsung berdecam kagum mendengar penuturan Zen yang runtut dan paling bisa di percaya. Seperti ada harapan.
“Yan! Lo mesti menang !! Harus Yan !”
“Jangan ragu untuk pukulin Wira sampai bego!”
“Jangan ragu banting Yosi sampai epilepsi!”
“Jangan ragu permak muka Zen sampai mirip Sarjito!”
“Hantam Xavi sampai diputusin Asha!”
“Woii anjing lo Gas, Asha kenapa lo bawa-bawa setan!” pekik Xavi.
Sahut-sahutan dari teman-teman XYZ yang terdengar ngaco membuat kami semua tertawa. Padahal beberapa saat yang lalu kelihatan tegang hawanya. Oke saatnya mengakhiri kultum malam ini dengan statement tegas.
“Teman, kini kalian sudah ngerti ya posisi kita semua. Kalau Toni bisa di kalahkan, masa depan kita, eh kami berlima, bakalan panjang di SMA NEGERI XXX. Hal itu membuat posisi tawar kita di mata Vino cs lebih tinggi saat menghadapi STM XXX nantinya. Tapi kalau Toni yang menang, yah selesai sudah XYZ.
Aku bakal menanggung dosa besar karena meninggalkan kalian dalam situasi yang amat sangat buruk di sekolah. Kalaupun skenario terburuk yang jadi kenyataan, aku minta kalian semua yang ada di sini untuk menyelamatkan diri kalian, pikirkan keselamatan kalian dengan cara buang segala atribut XYZ dan fokus ke sekolah. Aku yakin pihak sekolah akan melindungi kalian semua jika STM XXX berani mengusik kalian.”
Riko tiba-tiba melempar kaleng bir bintang yang ia pegang dan langsung berdiri. Riko mendatangiku lalu mencengkeram kerah bajuku.
“Apa lo bilang? Lo minta gue dan teman-teman yan lain berlindung di balik ketiak sekolahan jika STM XXX nyerang kami?, sekolahan yang sudah membuang kalian berlima dengan alasan tolol dan dengan cara keparat ?!!!!”
BUGH!
Riko tiba-tiba memukulku dengan cukup keras, ia nampak emosional. Xavi, Yosi dan Zen mereka diam saja. Mereka diam karena tahu benar perkataanku akan melukai perasaan teman-teman.
“Dan lo seenaknya minta gue untuk buang atribut XYZ??!! TAIK LO!!! Lo memang leader XYZ, tapi lo gak bisa seenak ngejudge bahwa kami ini orang-orang lemah yang akan diam saja jika di serang para bajingan STM XXX!!”
BUGH ! Lagi, Riko menghajarku.
“Kalaupun kalian berlima di DO oleh sekolahan, XYZ akan tetap ada ! Dengan atau tanpa kalian! Gue akan tetap mengenakan atribut XYZ dengan bangga dan kepala tegak, apapun resikonya !! Karena bagi gue XYZ lebih dari sekedar logo tetapi XYZ itu keluarga gue !!! XYZ yang membuat gue semangat untuk setiap hari pergi ke sekolah! Berkelahi, berkeringat, berdarah, menderita bersama teman-teman XYZ jauh lebih berharga dari apapun !! Jadi, gue tegasin Yan ! APAPUN YANG TERJADI, GUE TETAP XYZ !!!! LEBIH BAIK GUE SEKARAT DI RUMAH SAKIT KARENA MEMBELA HARGA DIRI GUE DAN XYZ DARIPADA MENYELAMATKAN DIRI DENGAN CARA BERLINDUNG DI BALIK KETIAK SEKOLAHAN LAKNAT !!!”
Riko begitu emosional meluapkan segala perasaanya.
Lalu gue lihat semua teman-teman langsung berdiri, ekspresi mereka benar-benar serius. Tidak ada guratan senyum sama sekali.
“ELO GAK AKAN SENDIRIAN RIK !!! LO GAK AKAN SENDIRIAN BERHADAPAN DENGAN ANAK STM XXX !!!”
“GUE JUGA !!”
“GUE JUGA !!”
Mereka semu sudah mengepalkan tangan dan berteriak-teriak bak ultas garis keras.
“XYZ !!! XYZ !! XYZ !!! XYZ !! XYZ !!! XYZ !! XYZ !!! XYZ !! XYZ !!! XYZ !! “
“Sorry Yan, gue udah mukul elo,” ujar Riko.
Aku lalu merangkul pundak Riko dan menghadap ke teman-teman yang lain. Xavi, Zen dan Yosi juga sudah berdiri.
“Aku gak bisa menjanjikan kemenangan mutlak tetapi aku bisa menjanjikan kepada kalian semua bahwa dengan kepalan tanganku ini dan bersama support kalian semua, aku kulawan semua halangan demi harga diriku, demi harga diri kalian, demi harga diri XYZ ! Karena XYZ-”
“BUILT TO DESTROY!” sambung Xavi!
“DESTROY THE HELL!” sahut Yosi.
“LET’S BURN THE HELL TO THE ASHES!!” tegas Zen dengan tatapan mata yang sangat tajam.
“YEAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHH!”
Aku menyeringai dan mengangguk kepada ketiga sohibku.
“Mission imposibble resmi dimulai kawan..”
= BERSAMBUNG =
XYZ.... XYZ... XYZ....
ReplyDeleteHufftttt...
ReplyDeleteMulai memasuki babak-babak menegangkanan (lagi)...
Bakar
ReplyDeleteBakar
Bakar
Bakar semangat