Featured Post

LPH #92

Episode 92
I Hate Monday



 (Pov Goku)


“Udah mulai sepi nih, guru-guru juga udah pada pulang. Tomo terutama,” kata Kancil kepada gue dan anak-anak 1D.

“Yaudah Cil, lo samperin si bogel ke bawah, masih berani gak taruhan.”

“Oke gokz..”

Sementara Kancil ke bawah gue kembali asyik berselancar di Youtube menonton video-video tentang UFC, anak-anak sekelas gue juga sedang sibuk sama ponsel masing-masing. Ada 10an anak. Kami memang sengaja belum pulang karena kelas gue 1D, di tantang main bola sama anak kelas 1 A, kelasnya si Bogel alias Andreas. Rencana kami mau main di lapangan basket di halaman sekolah seusai jam pelajaran. Meski lapangan basket namun di pojokan gudang perlengkapan terdapat dua gawang kecil yang sama dengan ukuran gawang untuk futsal dan bola khusus futsal juga ada. Kami menunggu hingga mayoritas para guru sudah pulang, PakTarmiji penjaga sekolah tidak pernah melarang kami main futsal di halaman sekolah beberapa guru juga membiarkan saja sih, terutama Hanif, guru olahraga baru yang konon jadi pengganti Indra.

“Gokz, lo tadi liat sempat lihat Yandi dan Yosi gak?” tanya Ramli yang duduk di samping gue.

“Gak, gak lihat gue. Kenapa memang?”

“Wajah mereka berdua lebam dan terlihat bekas luka seperti orang berkelahi. Masa sih Yandi dan Yosi berantem? Kan mereka satu grup di XYZ.”

“Oiaa?”

“Iya suer, gue tadi malah lihat mereka berdua masuk ke dalam ruang BP.”

Gue mikir bentar. “Gak mungkin kalau Yosi dan Yandi berantem sendiri, lebih masuk akal jika kedua terlibat keributan, entah mereka ribut sama siapa. Ya resiko XYZ yang kini seakan jadi grup yang menguasai sekolah kita saat ini.”

“Tar deh gue coba cari tahu,” respon Ramli.

“Kalau udah tahu, kasih tahu gue.”

“Beres.”

Gue mikir lagi. Yosi dan Yandi terlibat masalah? Apa mereka ribut sama sekolah lain? Apa ini ada hubungan sama acara yang di buat Indra  dua minggu yang lalu? Indra tidak pernah lagi terlihat batang hidungnya pasca peristiwa tersebut yang melibatkan lima belas siswa, termasuk gue, Dejan, Galang, Andreas dan Max. Lima siswa kelas 1 yang di cap bajingan yang di panggil Indra untuk ikut serta.

Awalnya gue senang karena bisa berantem secara “resmi” dengan para pentolan bajingan di SMA NEGERI XXX. Gue ngrasa excited, emang gak sia-sia gue belajar mati-matian hingga bisa tembus ke sekolah ini, sekolah favorit namun juga terkenal “angker”. Hanya saja, ternyata itu bukan event biasa. Indra mengatakan lima belas siswa bajingan akan di-DO jika satu orang bajingan yang lolos saringan kalah melawan Toni. Gue kagetlah, Toni yang pegang SMA SWASTA XXX bukan bajingan kelas teri. Kondisi fit saja belum tentu menang, lha ini kami mesti di saring dulu hingga dapat satu orang yang akan lawan Toni. Gue gak bisa mikir jauh, jadi yang bisa gue lakukan adalah dengan bersenang-senang.

Lima bajingan anak kelas 1 memang babak belur pada hari itu. Saat triple threat alias di adu tiga orang dari tiap angkatan, dari kelas 1 hanya gue dan Dejan yang lolos. Galang dan Max kandas saat masing-masing duel dengan Yandi dan Xavi, sementara Andreas berdarah-darah kena hantam baton si culas Edgar. Di battle royale yang sangat memompa adrenalin, karena lima bajingan di adu secara bersamaan untuk di ambil satu pemenang. Pada akhirnya Yandi yang jadi perwakilan melawan Toni. Tidak mengejutkan karena status dia memang sebagai siswa bajingan nomor satu di SMA NEGERI XXX. Gila, dia mengungguli kami semua dalam semua aspek, mulai dari kekuatan, determinasi hingga strategi. Namun ya lawan Toni, kelihatan gapnya.

Yandi yang babak belur vs Toni yang segar bugar. Beban yang di sandang Yandi sangat berat.

Jika Yandi kalah, kami semua kena DO.

Iya DO. Itulah ancaman yang di keluarkan Indra. Jika Yandi kalah, besok pagi surat resmi pemanggilan untuk mengembalikan siswa kepada wali akan sampai di tangan orang tua kami. Alasan yang di berikan Indra? Kami semua sudah melanggar tata tertib terutama aturan tentang larangan berbuat onar, terlibat keributan, perkelahian di dalam maupun luar lingkungan sekolah.

Jika Yandi menang, kami semua selamat dari DO.

Dari awal gue udah pesimis dan itu terbukti. Yandi di bantai Toni. Gue udah gak konsen dan peduli ketika endingnya malah menjadi drama keluarga antara Toni dan bokapnya Indra.

Gue udah kepikiran mau pindah ke sekolah mana lagi dan gimana ngomongnya ke bonyok.

Di saat gue pasrah karena bayangan kena hajar bokap karena kena DO berada di depan mata, terjadi hal mengejutkan, tidak ada surat pemanggilan untuk bonyok gue ke sekolah, keesokan harinya atau hari-hari berikutnya. Setelah badan gue enakan, gue pergi ke sekolah. Nama gue masih tercantum di daftar absensi.

Ternyata bukan cuma gue. Dejan, Andreas, Galang dan Max juga sama seperti gue. Masih terdaftar jadi murid SMA NEGERI XXX dan tidak ada surat pemanggilan.

Semuanya tetap normal.

“Bisa jadi Indra cuma menggertak kita,” ujar Max memberi komentar saat kami berlima sengaja berkumpul di parkiran motor di jam istirahat pertama.

“Bisa jadi,” kata Galang setuju dengan Max. “Sekolah tidak bisa seenak jidat ngeluarian kita dari sekolah dengan alasan kita murid berandalan. Kalau pun itu alasannya, harus ada mekanisme pemanggilan pertama, kedua baru dst.”

“Lang, lo amnesia apa setelah kena uppercut Yandi?” kata gue.

“Maksud lo apaan?” Galang bertanya balik kepada gue dengan nada tinggi.

“Indra tidak asal menggertak. Semua wali murid setuju dan ikut menandatangi surat pernyataan, seorang siswa bisa langsung di DO karena tindakan indispliner berat, salah satunya terlibat perkelahian di area sekolah. Dengan kata lain secara teknis, kita bisa di-DO lewat satu kali surat pemanggilan,” kata gue.

“Di balik rambut lo yang tajam ala-ala durian, ternyata di dalamnya masih ada otak,” komen Andreas sinis.

“Memang kayak elo Ndre. Rambut lo biarian kribo, tapi kaki lo biarin pendek. Kek jamur, bogel tapi kepalanya besar,” balas gue.

Galang dan Max tertawa ngakak.

“Bogel hahaha.”

“Kalau lo mau nambah tinggi badan 5 cm, japri gue aja Ndre. Gue transferin 5 cm dari kaki gue, hahaha,” timpal Galang yang memang proporsi tubuhnya kebalikan sama Andreas. Galang paling tinggi di antara kami berlima dan yang paling kurus sekitar 183 cm. Sementara Andreas yang paling pendek mungkin sekitar 160 - 163 cm tapi badan dia termasuk gempal. Sementara gue dan Max termasuk yang punya badan dan tinggi yang ideal, yakni 175 cm. Dejan yang masih belum kedengeran suaranya, seperti fusion antara Galang dengan Bogel. Dejan sekitar 180an cm, tidak terlihat gemuk namun berbadan gempal. Pukulan dia keras banget anjingg, keluh gue karena kemarin gue sempat kena bogemnya. Gak heran jika dia kemari bisa meladeni Yandi, bahkan sempat merepotkan Yandi di saat tinggal mereka berdua yang masih bertahan. Dejan kalah dari Yandi karena dia seperti kalah jam terbang. Padahal gue tahu benar, Dejan itu sedari SMP udah sering banget terlibat tawuran. Ya mungkin Dejan kaget karena untuk pertama kalinya dia ketemu lawan tangguh macam Yandi yang sekilas tidak terlihat istimewa alias tidak mencolok dari segi penampilan.

Yandi, it’s just like an ordinary brad. Tapi ketika terlibat baku hantam, dia seperti bukti nyata untuk peribahasa, “Don’t judge the books from the cover.

Dejan yang bisa sampai tahap battle satu lawan satu dengan Yandi, meski sempat merepotkan Yandi pada akhirnya terlihat jelas perbedaan besar di antara keduanya. Perbedaan yang gue tahu sampai sekarang ini, Dejan tidak mau akui karena ia sepertinya masih penasaran.

“Jan, diem aja lo. Dapat salam dari Yandi,” kata gue sengaja kepada Dejan.

Dejan yang sepertinya memang tidak tertarik ikut ngumpul lalu menatap ke arah gue. “Itu baru duel perkenalan, nanti masih ada satu set tambahan, hasilnya bisa berbeda, tunggu saja,” balasnya.

“Oia, setelah lo kalah, lo rupanya rela jadi jongos yang menyampaikan pesan orang lain ya. Gak heran sih,” kata Dejan menyindir gue balik.

“Haha bangsat. Sama-sama jongos!”

Dejan tiba-tiba mendekati gue. “Kalau lo mau mengaku jadi jongos mereka, itu urusan elo bukan urusan gue. Gue gak akan pernah mengakui Yandi atau siapapun. Baru sekali ngalahin gue, bukan berarti gue hormat sama mereka…” katanya sambil berlalu pergi.

Dejan memang beda, ia tetap “dingin”.

“Gokz, lo mau ngikut Yandi?” tanya Galang.

“Enggaklah ! ngapain gue ikut mereka!Lo kali yang mau ikut!”

Ia tertawa.

“Menurut gue, Indra itu serius tapi orang yang ngatur ini semua mungkin merubah keputusan akhir. Ngeluarin siswa dari sekolah bukanlah wewenang guru. Meski kita sudah melanggar aturan,” tukas Andreas.

“Tomo…” kata gue.

“Ya siapa lagi. He made that damn event and he also who made the decision who save our ass. Indra mungkin hanya pelaksana,” timpal Max.

“Setuju gue. Tapi kenapa ia membatalkan keputusannya tersebut? Pasti ada sesuatu yang terjadi di belakang, termasuk Indra yang mungkin sudah cabut atau di cabut dari sekolahan kita,” ujar Galang melemparkan komentar yang membuat kami semua berpikir.

“Oh jadi lo lebih suka di DO dari sini?”

“Enggak, bukan gitu jabrik. Cuma gue penasaran aja. Aih sekolah ini memang sangat menarik, bukan cuma muridnya saja yang bajingan. Guru dan kepseknya juga ikut ‘main’.”

“Oh,bodo amatlah, gue gak mau repot komplain, gue malah bersyukur gak jadi kena DO. Kalian juga, kita masih tiga bulan sekolah di sini. Masih banyak cewek-cewek cantik di sini yang perlu kita eksplore lebih jauh,” tukas Andreas mesum.

“Ndre, mana ada cewek cakep di sekolahan yang tingginya ada di bawah lo,” ejek gue.

Andreas mengacungkan kedua jari tengahnya ke arah gue. “Fuck you !”

Gue, Max dan Galang ketawa.

“Dah ah gue cabut duluan, sakit perut gue, keburu bel masuk,” kata Max namun kemudian bel pertanda jam istirahat sudah usai terdengar. “Bidji! Udah bel !”

Kini gue, Galang dan Andreas yang mentertawakan Max yang lari terbirit-birit menuju ke kamar mandi.

Semenjak obrolan ringan tersebut, hubungan gue dengan Andreas, Max dan Galang yang awalnya panas, sering cek-cok kini jadi lebih “cair”. Kami masih saling melempar ejeken, bully atau psywar satu sama lain, namun kami tidak terlalu menggangap itu hal yang personal. Hal ini rupanya juga mempengaruhi teman-teman yang lain. Di atas adem, yang di bawah juga ikut santai. Salah satu hal yang sebenarnya mencairkan suasana adalah kami anak-anak kelas 1 sering main bola di halaman sekolah seusai jam pelajaran usai, campuran dari beberapa kelas, termasuk teman-teman Dejan dari 1F. Hanya Dejan yang tetap menjaga jarak.

Brengsek memang itu anak, kalau ada kesempatan untuk berantem sama Dejan lagi, bakal gue ambil tanpa pikir panjang.

“Gokz, woi…” kata Kancil sambil menepuk pundak gue.

“Andres ngajak taruhan tuh gimana? Gak mau kalau gak pake taruhan katanya,” ujar Kancil.

“Bidji emang itu bogel. Siapa takut ! Ngajak taruhan berapa dia?”

“Gak tahu. Gak nyebut dia.”

“Yaudah, lo ke bawah lagi, tanya ke Bogel memang mau berani taruhan berapa duit.”

Kancil mengangguk kemudian kembali lari ke bawah.

1 menit kemudian ia kembali dengan nafas terengah-engah karena naik-turun tangga dari bawah ke atas.

“Minimal Cepek,” kata Kancil menirukan perkataan bogel.

“150. Berani gak dia. Coba lo tanya lagi.”

Kancil mengangguk kemudian kembali lari ke bawah.

1 menit kemudian ia kembali dengan nafas terengah-engah karena naik-turun tangga dari bawah ke atas.

“Tetap 100. Tapi siapapun nanti yang kalah, bisa re-match dengan taruhan naik jadi 200.”

“Bogel bangsat.”

Gue lalu teriak ke anak-anak. “Kalian pada bawa duit gak? 1A ngajak taruhan cepek. Ayo patungan!”

Ke sepuluh teman gue termasuk Kancil lalu serempak ngeluarin dompet dan merogoh kantung saku masing-masing. Terkumpul uang 98ribu Rupiah hasil patungan lalu di berikan ke gue. Gue keluarin duit 2 ribu. “Nah pas 100 ribu. Cil, lo pegang duitnya.”

“Asu lo Gokz, cuma patungan 2 rebu. Ini tadi paling dikit 10 rebu,” sahut Oni.

“Omong apa lu barusan On?” kata gue ketus sembari mendekati Oni.

“Enggak. Elo ganteng banget Gokz,” jawab Oni.

“Elo bilang gue ganteng sama aja bilang gula itu manis, huahahahahahahah!” gue lalu merangkul Oni. Teman-teman gue ikut ketawa dan kami pun turun. “Bantai anak 1A, uang 100 ribu mudah ini !”

“Kalau menang kita pesta gorengan!”

“Jangan di belikan gorengan semua, sama kopi juga!”

“Rokoknya juga donk !”

“Kopi kenangan, gorengan masih panas, cabenya banyak plus rokok Sam Soe! Muantapp!”

Pekik teman-teman gue. Gue ketawa saja.

“Ramai banget kalian kek grup boneka mampang !” ejek Andreas melihat gue sama anak-anak ramai datang.

“Ada suara tapi gak ada bentuk, apa itu ?” sindir gue sambil mendekati Andreas sehingga kini kami berhadapan. Gue sengaja tetap menatap ke depan, sambil pura-pura tidak melihat Andreas yang memang bogel, gue menatap lurus pun hanya keliatan rambut atasnya yang agak kribo.

“Suara hati para pecundang setelah kami bantai di lapangan bola,” sahut Andreas. “Punya lo duit buat taruhan?” lanjutnya.

Gue panggil Kancil. Kancil lalu menunjukkan pecahan uang sebanyak 100 ribu. “Lo ngajak taruhan, memang punya duit lo?” kata gue.

Andres tertawa nyinyir. Ia mengeluarkan satu lembar uang 100 ribu. “Nih lo liat dulu uang 100 ribu, karena gue yakin lo jarang liat langsung duit 100 ribu. Nih cium nih aroma duit baru. Masih gress beda sama duit receh kalian,” katanya sambil mengibaskan uang tersebut di depan muka gue.

Emosi gue naik, pengen rasanya gue tempeleng di tempat nih anak, “Jangan lapor ke mama lho ya kalau nanti muka lo kena bola.”

Andreas ketawa. “Gak salah lo? Lo siap gak terima tendangan gue dari jarak 1 meter? Gue akan tendang bola sekeras-kerasnya lho.”

Gue menyeringai. “Gue malah khawatir teman-teman lo yang salah tendang. Bukannya bola yang di tendang tetapi elo yang kena tendang karena sama-sama bulat kek bola dragon ball.”

“Ayo sini, yang mau taruhan naruh duit. Andreas vs Gokz, kumpulin duit ke gue. Komisi 25%,” gue dengar suara Galang.

“Lang, gue pegang Andreas. 20 ribu.”

“Gokz lah! 25 ribu.”

“Lang, boleh naruh 2 ribu gak?kalau boleh gue pasang buat Gokz.”

“Remehin Andreas lo pada! Meski bogel dan kayaknya udah gak bisa tambah tinggi lagi, liat tuh ototnya! Otot kawat tulang besi ! Gue pegang Andreas. 7 rebu!” tahu-tahu Max datang.

Sahut-sahutan orang yang pasang taruhan makin banyak. Bajingan Galang sama Max malah buka taruhan. Belum pulang mereka.

“Eh maap, kalau kalian berdua mau berantem nanti aja setelah kelar main. Ini udah jam tiga kurang seperempat. Jam setengah empat, lapangan di pakai anak eskul basket,” kata Kancil mengingatkan.

“Kancil, Ramli, Oni, Kino, kalian main duluan!” kata gue memilih empat orang yang main duluan sama gue.

Sambil menunggu anak-anak 1A dan anak 1D, angkat-angkat gawang, gue samperin Galang dan Max.

"Tumben anak rumahan seperti kalian belum pulang,” kata gue.

“Bacot lu Gokz. Ndre !! bantai si Goku ini! Lo arahin bola ke muka Goku aja ! gak usah ke gawang,” teriak Max kepada Andreas.

“Bisa di atur, tapi gak gratis, sekali bola kena muka Gokz, 10 ribu!” balas Andreas.

“Oke deal ! gue pesan lima ya! 50 ribu siap nih!” sahut Max.

“Semangat Ndre!” Galang ikut-ikutan memberi support ke Andreas.

“Oke..oke…Setelah gue bantai 1A, kelas kalian berikutnya. Taruhan minimal 300 ribu,” kata gue kepada Max dan Galang.

“Lo boleh lawan kelas gue  1B, tapi lo lewati dulu 1C, kelas si Max. Kelas gue ini ibaratnya partai puncak. Jadi alurnya lo kalahin 1A di babak penyisihan, terus lawan 1C di semifinal dan finalnya kelas gue 1B,” kata Galang jumawa.

Max langsung memprotes Galang, “Heh, slenderman !Atas dasar apa lo naruh kelas lo jadi kelas yang layak menunggu di final dan kelas gue seolah ada di bawah lo?”

Giliran gue yang ketawa. Setelah sebelumnya sepakat bully gue, mereka kini adu bacot hahahaa!

Gue tinggalkan kedua dan berlari masuk ke lapangan. Gue lepas seragam dan hanya mengenakan kaos singlet. Kemudian gue ke tengah lapangan, dimana Andreas sudah nunggu. “Lama amat lu!”

“Sabar lah, masih cukup waktu untuk menendang bola masuk ke pantat lo.”

“Kita lihat saja..”

“Dengerin semuanya, kita main sampai jam dinding tepat pukul 15.30. Pakai aturan futsal. 5 lawan 5. Kepala atau ekor?” gue mengeluarkan koin dari saku dan minta Andreas memilih.

“Ekor,” jawab Andreas.

Koin gue lempar ke atas dan gue tangkap. Saat gue buka, ekor. Andreas menang.

“Gue pilih bola,” katanya sambil menginjak bola tepat di lingkaran tengah dan tiba-tiba ia mengoper bola ke temannya yang ada di sampingnya. Dia lalu mengoper bola kembali ke Andreas.

PLASH!!

Bola di tendang Andreas dengan kaki kirinnya dan meluncur dengan sangat keras ke arah gawang yang kosong. Gue dan anak-anak gak siap jadi tidak sempat merespon.

“1-0 motherfucker,” seringai Andreas.

“Hey ! curang ! belom siap su’e!” protes Ramli.

“Salah sendiri lo gak siap!” balas salah satu teman Andreas.

Gue ketawa, bangsat emang si bogel.

“Yakin lo gak pakai sarung tangan? Eh tapi lo pakai sarung tangan juga percuma, karena lo pasti gak akan kuat nahan tendangan gue,” ejeknya.

“Oni, siini bolanya!” gue teriak ke Oni. Oni langsung kasih ke gue bolanya. Gue taruh di tengah. Gue yang akan langsung tendang dari sini.

“Hey kalian gak usah halangin, biar Endri yang handle. Ndri, siap-siap lo! Tendangan ala jabrik!” teriak Andreas kepada temannya.

“Bereess!! Sini tendang langsunggg!” tantang Endri, kiper darI kelas 1A sambil meninju-ninju kepalan tangannya.

Gue ambil ancang-ancang dua langkah. Kemudian gue hantam bola sekuatnya.

WUSH !! PLASSSH !!!

Bola melesat. Endri cuma ngeliatin bola yang melesat kencang ke pojok atas.

“Yeah, AKU SAYANG IBUUUUUU! ALIAS SATU SATU !!” teriak Kancil.

“Emang lo doang yang bisa nendang kenceng,” kata gue sambil berlari mundur ke belakang sambil kasih dia jari tengah.

Andreas ketawa. Kemudian gue bersiap di depan gawang karena gue memang suka jadi kiper.

“AYO SINI TENDANG LANGSUNG!!!” gue teriak ke arah Andreas, gue menantangnya.

Andreas menerima tantangan gue. Ia menaruh bola di tengah dan mengambil ancang-ancang. Gue buka mata lebar-lebar. Kalau orang nendang bola dengan kaki kiri, ada kecenderungan bola mengarah ke sisi kiri gue.

WUSH !!!

Anjing !! kenceng banget! Gue uda bergerak ke kiri, tetapi bola sangat keras dan lebih cepat.

BLAM !!!

Bola memang lolos dari tepisan gue namun bola menghantam sisi kiri tiang keras sekali kemudian bola keluar.

“Ah sial meleset, padahal bola gue arahin ke muka lu!”

Ahahha.

Permainan berikutnya berjalan cukup seru. Oni gue minta secara khusus untuk menempel terus Andreas dan sebisa mungkin jangan sampai dia dapat bola enak yakni bisa nendang dengan kaki kirinya. Gue akui tendangan kaki kirinya biadab, kenceng banget. Tapi Andreas memang cukup jago main futsal, karena tahu ia di jaga, ia sengaja main di posisis belakang. Sementara  tiga temannya berada di sisi flank dan center. Oni yang ketarik dengan posisi Andreas membuat banyak ruang di tengah. Beberapa kali Oni pontang-panting karena Andreas sering main bola pendek cepat. Tapi gue pun juga gak asal, gue sering ikut maju ke depan, oper-operan dengan cepat. Jika ada kesempatan bola gue hantam dari jarak jauh. Namun kiper mereka jago juga. Ahahaha seru dan alot !

Lalu di satu momen, Oni terkecoh karena kena nutmeg Andreas. Bola tersebut lalu di backpass kembali ke Andreas dengan posisi bola enak udah di santap dengan kaki kiri, fak!!! tengah gak ada yang nutup!  Gue buka mata lebar-lebar, bakal gue hentikan roket kiriman Andreas!!

WUSH !!

Gue bergerak mengikuti bola. PLAGH !!! Bola berhasil gue tepis ke kanan! Bola terlempar keluar dari lapangan hingga sampai ke arah lorong parkiran. Andreas menyeringai ke arah gue sambil tepuk tangan.

“Hahahah mantap !!” katanya sambil lari mengambil bola yang terlempar cukup jauh sampai tidak kelihatan.

Gue belagak sok kuat sambil mengibas-ibaskan kedua tangan yang rasanya puanas luar biasaa.

“On! Gimana sih!! gak malu lo kena nutmeg anak SD !!” gue mengomeli Oni yang kelolosan. “Kancil, Kino, Ramli ! kalian juga !! yang serius, jangan di blong tengah!” tak luput ketiga teman lain juga gue omelin.

Di saat gue sedang mengomeli teman-teman gue, tetiba terdengar suara orang ribut teriak-teriak dan di susul suara seperti kaca pecah. Sumbernya ada di lorong parkiran motor para guru yang bersisian dengan pagar pembatas. Lorong ini tembus ke halaman depan sekolahan.

Andreas tadi pergi ke situ untuk mengambil bola.

Karena penasaran, gue dan teman-teman segera menyusul ke situ. Saat kami berlari suara makin gaduh. Max dan Galang juga lari nyusul gue.

Saat kami sampai di belokan lorong, ada banyak kaca berserakan di bawah, jendela kaca ruangan BP pecah berantakan. Lau gue melihat kobaran api di dalam ruang, api menyambar meja yang di atasnya banyak buku! Buku-buku jelas menjadi medium paling cepat api untuk menjalar.

“Anjing kebakaran !!!!” teriak Max.

“Max panggil Pak Tarmiji!!! minta anak-anak ambil ember, padamkan !” kata gue. Max kemudian berlari ke rumah Pak Tarmiji yang jam segini biasanya sedang membersihkan kantin. Gue jelas kalut kok bisa kebakaran? Darimana asal apinya! Bahkan samar-samar gue mencium bau bensin. Gue amati ternyata tepat di bawah dinding banyak sekali ceceran bekas cairan. Gue deketin, fuck !! ini memang bensin !

“Awassss jangan dekat-dekat, di bawah jendela-jendela banyak ceceran bensin !” kata gue saat beberapa anak sudah membawa ember berisi air dan coba di siram. Mereka langsung mundur. Gue kemudian meminta anak yang baru datang bawa ember untuk menyiram bensin yang ada di bawah, bisa bahaya kalau api menyambar ke sini. Bisa menyambar kusen-kusen jendela yang terbuat dari kayu, belum lagi tirai jendela yang model panjang bisa jadi sarana empuk api membesar.

BRAKKK !!!

Gue lihat pintu BP terbuka dari luar kemudian Pak Tarmiji dan Sobri, satpam sekolahan masuk dan langsung menyemprokan alat pemadam api ke sumber api yang berasal dari meja BP yang terbakar habis !! keduanya dengan sigap fokus dan cekatan memadamkan api. Meski keduanya terbatuk-batuk karena pengaruh asap yang mulai pekat dan asap dari alat pemadam. Karena ruang BP ini berada di sisi area sekolah yang dekat dengan jalan, membuat orang yang melintas berhenti.

“Dek, kalian minggir jangan berdiri situ! Bahaya! Teriak para pengendara serta pejalan kaki di seberang pagar. Beberapa ada yang malah memvideokan kebakaran namun ada juga yang lari memutar menuju ke pintu gerbang sekolah. Di saat gue mulai lega karena keaadan di ruang BP mulai terkendali dan sumber api sepertinya padam, gue mendengar kembali suara teriakan.

“Gokzzzz!!! Andreeee!! Andreeassssss !!!” Galang berteriak memanggil gue ! gue lihat ia panik. Galang ada di belokan ruang Pramuka dan UKS yang berbeda gedung. Gue segera menghampiri Galang.

Hal pertama yang gue lihat saat menghampiri Galang adalah, tepat di tengah lorong antara UKS dan ruang Pramuka, Andreas duduk bersandar di depan pot besar, kepalanya tergolek ke samping, matanya terpejam, tangan kirinya sedang memegangi perut di mana di perutnya nampak mencuat seperti bilah pisau, seragam OSIS yang Andreas kenakan di bagian perut sudah berwarna kemerahan.

Itu darah. Darah yang berasal dari pisau yang menancap di perut Andreas.

Badan gue kaku.


*****
@ Rumah Rambo
Malam harinya..
*****

(POV Dope)


“Bang, tugas hari ini sudah kami tuntaskan, tapi maaf bang, eksekusinya kurang berjalan sempurna karena ketahuan anak sana,”  tanpa tedeng-aling Flux langsung menjelaskan sebelum gue bertanya saat gue meneleponnya.

“Hahaha santai saja, memang tujuan utamanya adalah membuat teror serta kepanikan. Kalau tujuan kita bakar itu sekolahan, gue pasti suruh kalian lakukan di malam hari. Tapi karena tujuannya adalah menciptakan teror sekaligus mengirim pesan kepada Bram, makanya gue minta kalian lakukan di sore hari. Meski api sempat membakar salah satu ruangan namun berhasil di padamkan, tapi kalian dapat bonus yakni hurt so fucking bad satu siswa di sana. Siswa yang kalian lukai itu siswa yang memergoki aksi lo sama Batan?

“Iya Bang, sama Batan tu anak langsung di tusuk beberapa kali ketika ia memergoki  kami sedang nyiram bensin dan memecahkan kaca untuk menyalakan api. Anak itu mati kan Bang?”

“Dari berita yang gue baca, anak itu kritis kondisinya. Lo takut dia jadi saksi mata?”

“Haha gak takut kami bang, kami pakai penutup kepala.”

“Kalian sekarang udah jauh dari Kota XXX kan?”

“Udah Bang, gue dan Batan ini lagi di pelabuhan LLL. Gue dan Batan akan memisahkan diri di sini. Kami mau naik kapal menuju Sumatera. Terus sampai di sana, gue mau ke Kota MMM. sementara si Batan tetap di Kota PPP.”

Good job. Tugas ini susah dan perlu nyali siap mati. Uangnya barusan gue tranfer ke rekening lo dan Batan. Sangat cukup buat elo dan Batan selama di tempat persembunyian. ”

“Siap, makasih Bang. Eh Bang, gue boleh nanya sesuatu gak?”

“Apaan Flux?”

“Itu Bang Kabal dan timnya…..memang beneran menghilang gak ada kabar setelah mendatangi Bram?”

Terdengar suara Flux agak takut-takut bertanya. Kabar menghilangnya Kabal dan enam orang yang ikut dengannya setelah pergi ke tempat Bram memang membuat mental anak-anak agak goyah.

“Iya. Tapi tenang aja, masalah itu sedang gue urus.”

“Oke.Yaudah Bang, ini kapal kami mau berangkat.”

“Sip, pokokknya kalian tunggu kabar dari gue.”

KLIK

Gue sudahi sambungan telepon.

Di saat yang sama, bang Rambo juga sepertinya sudah selesai telpon dengan Big Boss.

“Gimana reaksi big bos, Bang? Setelah kasih kabar kalau Kabal ilang,” tanya gue.

Bang Rambo tidak langsung menjawab, ia menyambar bir lalu duduk menghempaskan diri di sofanya. “Biasa saja sih. Setelah gue cerita kalau kita bisa ringkus Rio dan minta tebusan 5 miliar, dia cuma bilang ‘lanjutkan.’ Besok malam bigbos udah balik ke homebase.”

Gue geleng-geleng kepala, padahal Kabal itu sosok yang susah di gantiin di Whitehawk.

“Flux dan Batan gimana?”

“Mereka saat ini sudah berada di kapal menuju Sumatera. Aman mereka.”

Gue lalu duduk di kursi dan menyalakan rokok.

“Bang, itu Bram mau kita apakan? Sembilan orang termasuk Kabal dan Jetod adiknya, menghilang setelah bertemu Bram. Kemungkinan mereka sudah terbunuh. Ini sih Bram sudah pasti melibatkan Jack. Karena gak mungkin Bram bisa menghilangkan jejak sembilan orang rapi, rapi banget. Buluk yang gue tugasin untuk memantau rumah Bram hari ini, katanya sempat lihat banyak mobill keluar-masuk ke rumah Bram.”

”Untuk sementara, Bram kita urus lain waktu. Dope, lo pulang sana, istirahat, ngewe, dugem, atau madat terserah elo. Karena besok malam kita bakalan kedatangan tamu dari jauh. Kalau sudah kita bereskan para tamu, baru kita bikin perhitungan dengan Bram dan Jack” jelas Bang Rambo.

Gue malah bingung karena di suruh pulang dan bersiap-siap untuk acara besok.

“Kedatangan tamu siapa bang?”

Bang Rambo meneguk habis botol birnya. Ia lalu mengikat lengan kirinya dengan tali karet, kemudian ia tepuk-nepuk lengannya.  

“Tamu dari Kota XXX lah. Lo coba pikir, sekaya-kayanya JONG XXX atau Yosi, mana mungkin mereka bakal dengan polosnya nebus duit 5 miliar. Bukan Rabu malam mereka ke sini sesuai perjanjian, tetapi besok malam .Gue udah bisa nebak pikiran mereka. Lo tahu gak Dope? Gue dapat report kalau beberapa minggu yang lalu ada dua orang yang cari-cari tahu tentang Blood Creep di Kota ini. Gue masih nunggu report siapa dua orang tersebut dan entah apakah mereka dapat info apa tentang kita. Gue asumsikan mereka dapat salah satu alamat tempat tongkrongan kita. Jadi besok gue akan sebar banyak anak-anak ke beberapa titik strategis di Kota ini  yang gue rasa jadi tempat para tamu singgah. Lalu di saat mereka coba mengejutkan kita, kita kejutkan mereka terlebih dahulu heuheuheu.”

Gue tersenyum. “Mantap bang !”

Ternyata Flaka tidak sepenuhnya merenggut kemampuan serta analisa otak Bang Rambo. Meski semakin hari semakin sering teler, Bang Rambo tetaplah pemimpin unit serang Blood Creep.

“Dope, lo mau nyoba barang baru gak? Setelah sekian lama, akhirnya gue bisa dapat nih barang,” kata Bang Rambo sambil membuka satu kotak kecil berwarna hitam yang sedari tadi ada di atas meja. Di dalamnya terdapat dua tabung suntik ukuran kecil, berisi cairan satu berwarna kemerahan satu lagi cairan bening tanpa warna. Gue baru lihat lihat ini barang.

“Apa itu bang?”

Bang Rambo diam tidak menjawab. Ia mengambil satu tabung berwarna kemerahan, ia gigit penutup jarum suntik di atas, lalu ia posisikan ujung jarum di salah satu titik di lengan kirinya.

“Ini barang punya banyak nama di pasar gelap, ada yang nyebutnya Frozen, MRX hingga Red Kaviar. Tapi dari Chad, gue dapat nama asli nih barang. Benda cantik ini punya nama ZEUZ.”

Setelah menyeringai, Bang Rambo pelan-pelan menginjeksikan cairan bernama ZEUZ ke lengan kirinya.



= BERSAMBUNG =

37 comments for "LPH #92"

  1. Replies
    1. Cepet bgt lu coment, takut di kick lagi dr grup bajindul? Wkwkwkwk

      Delete
    2. Aman kan aja dulu kapan lagi dapat pertamax...
      Wkwkwkw

      Delete
  2. Fuck!!!!

    Zen wkakakakakakakkakaak anjiirrr ,kemunculan lo gilak.

    ReplyDelete
  3. Akhirny zen mulai beraksi...
    Zeus pun muncul...

    ReplyDelete
  4. Wahaaaaaaa...
    Zeus mulai beraksi, bravo zen.

    Buseeet, itu nanti yg mati jangan2 si andreas.
    😟

    ReplyDelete
  5. SMA NEGERI XXX diteror blood creep!! Gak sabar liat reaksi tomo the tank.

    Zen beraksi cuy..

    Wkwkwkw

    ReplyDelete
  6. Asuuuuuu,,,Zen udah bertindak aja,,,tapi apa bakal semudah itu bunuh si Rambo saat Dope ada di dekatnya?dengan kejadian teror di sekolah Yandi,,,anak2 bajingan kelas 1 yang ga tahu dengan siapa mereka berurusan akan bersatu lawan bloody creep,,,,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau ane lihat dan perhatikan dari comentmu..
      Kyknya ente sudah pensiun dari dunia perkimcilan dan alih profesi sebagai dukun pih papih..
      Wkwkwkwkwk

      Delete
  7. Joss gandoss..

    Kl sudah zen beraksi blood creep tinggal setor nyawa aja ke xyz. Wkwkwkwk..

    Elegan bgt caranya Zen..

    Suwun upnya om panth..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sepertinya itu bukan zeuz nya Zen.
      Punya Zen kan ''ZEUS''
      sedangkan yg dipake rambo adalah Zeuz.
      😈😈😈

      Delete
  8. tambah seru aja nih.....

    makasih om serpanth

    semoga om serpanth beserta keluuarga sehat wal afiat dan juga para fans agar menjaga kesehatan dari hal yang beberapa hari ini viral....

    ReplyDelete
  9. Penasaran respon dari The Tank sekolah kesayangannye di serang gitu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lha ente sebagai the real pak Tomo gimana lho reaksinya?

      Delete
  10. sangat indah oergerakan seorang zen

    ReplyDelete
  11. Makasih om serpanth, updatenya

    ReplyDelete
  12. Ko gw mikir ya itu zeus yg emg diproduksi untuk pasaran ya yg kadarnya udh disesuaikan, bukan yg dibuat khusus untuk ngebunuh org 😏

    ReplyDelete
  13. Zeuz??? Apakh buatan zen???

    ReplyDelete
  14. Weh, makin seru nih. Blood Creep (BC) berani terror SMA Negeri XXX. Penasaran, apakah:
    1. BC tidak tahu sama sekali tentang The Tank;
    2. BC tahu The Tank, tapi tidak tahu dia Kepsek SMAN XXX;
    3. BC tahu The Tank sebagai Kepsek SMAN XXX, tapi menganggap itu bukan masalah.

    ReplyDelete
  15. Wuoooooo... Bang rembo main² sama zeus...bravo...bravoooo

    ReplyDelete
  16. Zeus?
    Siap siap teler tanpa tenaga
    Hehehehe

    Hayuk perangnya dimulai

    ReplyDelete
  17. Wohohoho
    Anak kelas 1 udah kompak rupanya (kecuali dejan yang masih 'alot')
    Nice..
    Bakal seru kalo mereka gabung xyz
    Haha

    ReplyDelete
  18. Wow Andreas kena tusuk, makin gila nih blood creep mainnya.
    Tomo bakalan ikut turun g ya? Jack jg mau disenggol.
    Afuuuu, dah bener2 naik kelas, musuhnya bukan anak sekolah lagi.
    Makasih updatenya om 👍

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tanya o the real pak tomo alias om iqbal.. wkwkwk

      Delete
  19. Jangan bikin konspirasi tebak tebakan nanti penulisnya pindah lagi.. ekwkwkw dulu di forum rosi46 pindah grgr ditebak mulu wkwkwkwkwk #candagaes

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semacam kuis gtu kah gan?

      Udah gk akan pindah. Ini forum khusus bajindulers..

      Delete
  20. bangke emang my lord zen diam2 udah beraksi aja

    ReplyDelete
  21. Blood Creep nekat bangunin The Tank yg lg bobo2 siang di kandang nih :-))

    ReplyDelete
  22. Bantai abiss BC,,Khu,,Khu,,Khu,,

    *FORZA LA BAJINDULA*

    ReplyDelete
  23. itu zeuz yang punya zen bukan

    ReplyDelete
  24. Fuck jadi zen sekarang jd legend...pencipta drug..

    ReplyDelete
  25. Wow... Makin seru....

    Perang...!!!!!

    ReplyDelete
  26. kemungkinan dapat zeuz dari si viper

    ReplyDelete

Post a Comment