Featured Post

LPH #60

Episode 60 
Mawar Hitam


(POV Dita)

“Dita, ayok ikut ke tengah. Duduk mulu mana enak. Kita ke sini kan mau senang-senang. Dugem itu sama kayak kita olahraga lho, pasti keringetan,” bujuk Mika.

“Iya Dit. tiga menit lagi pas jam 12 malam loh. Ini juga makin pumping musiknya. Parah-parah DJ Wolf. Gue udah gak tahan pengen dance puas-puas ! Wohooo!!” tambah Kinan.

Mika dan Kinan membujukku dengan setengah berteriak karena suasana disini sudah rame sekali menjelang pergantian malam tahun baru. Mungkin efek minuman yang mereka minum, membuat mereka berdua sedikit mabuk.

“Gue disini aja gak apa-apa kok,” tolakku halus.

Aku menolak karena di tengah sana, orang-orang entah cewek cowok tua muda sudah berbaur jadi satu. Mereka sudah seperti lupa diri berdansa, berjoget mengikuti irama EDM yang makin lama makin kencang intensitasnya. Aku akui, aku pun sudah pengen ikut dance ya minimal ikut gerakkin badan karena kebawa irama enak ini. Tetapi aku masih malu-malu dan duduk sofa pojokan. Tequilla Sunrise, rekomendasi dari Mika pun belum berani aku sentuh. Takut mabuk.

Maklum, karena ini pertama kalinya aku masuk ke tempat clubbing. Namun Mika bilang minuman itu enak kayak jus, kandungan alkoholnya dikit, lebih banyak jus jeruk dan sirup grenadine dan ada potongan buahnya.

“Ini enak kok Dit, gak bikin mabuk kok, asal minumnya dikit-dikit hihih,” jelas Mika ketika kelihatan aku bingung mau pesan apaan. Karena Mika terus membujuk dan Kinan, teman sekelasku, juga udah kelihatan gak sabar mau pesan, aku pun mengangguk ikut saja. Dan akhirnya kami bertiga memesan minuman yang sama.

Ketika minuman datang, mereka berdua sudah ketawa-ketiwi ngobrol sambil minum Tequilla Sunrise yang kalau aku lihat kelihatannya enak menyegarkan. Namun aku masih belum mau minum. Sesekali saja aku menjawab pertanyaan mereka atau sekedar menimpali omongan mereka. Aku sebel karena di tempat clubbing ini, sinyal ponselku benar-benar hilang, entah memang sedang gangguan atau karena apalah gak ngerti. Jadi ponselku benar-benar tidak berguna alias mati gaya. Alhasil aku cuma buka-buka gallery foto tetapi kemudian aku simpan ponsel ke dalam tas tangan saat aku lihat foto selfie aku dengan Yandi kemarin di tempat konser BIG BANG.

SEBELLLL BANGETTT GUE SAMA YANDI !!! SEBELLLL!! TEGA BANGET LEBIH PILIH SAMA TEMAN-TEMANNYA DI BANDINGKAN AKU !!

Aku lalu mengamati keadaan sekeliling tempat clubbing yang cukup besar ini. Kami bertiga mendapat tempat duduk di pojokan dekat dengan stand DJ.

Suasananya gelap remang-remang, penerangan berasal dari lampu-lampu sorot yang berputar secara acak dan lampu neon berwarna hijau yang terpasang di dinding. Perpaduan musik EDM nan berisik, kepulan asap rokok, penerangan yang kontras, bau minuman, pemandangan orang yang menggila di dance floor sembari memegang minuman, botol membuat aku merasa pusing ingin segera pergi. Tetapi aku gak berani pulang sendiri karena tadi kami kesini bertiga naik mobil Kinan. Aku pun memutuskan bertahan dulu dengan situasi yang ada. Karena tadi Mika bilang jam 1an paling kami udah pulang. Mau minum masih kagok, jadi aku mencoba menikmati alunan musik dari DJ Wolf,  seorang DJ yang mengenakan jaket dan pakaian serba hitam dan memakai topeng Serigala.

Apa gak gerah perform seperti itu, batinku.

Karena jarak tempat duduk kami dekat sekali dengan stand DJ membuat aku bisa melihat aksinya dari dekat. Sesekali DJ Wolf menatap ke arahku ketika ia sedang mengganti piringan hitamnya.

Keren juga. Musiknya juga gak asal kencang, dia memainkan musik yang pandai menyiksa para pengunjung dengan intro pelan namun di bagian drop, pecah bangettt !! Sampai membuat aku pun mulai menggerakkan badan terbawa suasana. Mungkin karena melihat aku mulai enjoy, makanya Mika dan Kinan mengajak aku turun ke dance floor.

“Banyak cowok ganteng di tengah sana tuh Dit.  Tuh yang pake baju Polo putih dari tadi ngliat ke arah kita terus loh. Ganteng ih. Ayo Dita sayang. Enjoy aja ini malam tahun baru  loh ! Masak malam tahun baru malah bete. Gak usah lo pikirin cowok lo yang malah pergi sendirian itu. Bisa aja dia sekarang sedang senang-senang sama cewek sok artis itu. Siapa namanya Mik lupa gue?”tanya Kinan kepada Mika yang sedang sibuk dengan ponselnya sambil menggandeng tanganku.

“Vinia.”

“Ah iya Vinia.”

Mendengar nama Vinia di sebut membuatku emosi. Serta merta aku pun meraih gelas minuman dan meminum Tequilla Sunrise. Rasanya kecut, masam sedikit pahit dengan aroma tajam.

Slow down beb !! Pelan aja minumnya,” ujar Mika.

Aku tidak peduli, satu tegukan dan disusul beberapa tegukan membuat minuman tersisa setengahnya. ENAK TERNYATA  MINUMANNYA !

Entah karena efek minuman atau irama musik yang makin gila atau mungkin karena terbawa emosi mendengar nama cewek yang membuatku cemburu karena ia terlihat dekat akrab sekali dengan Yandi, pada akhirnya membuatku berani meminum Tequilla dan malah menarik Mika dan Kinan menuju dance floor.

Kami bertiga bergabung dengan puluhan orang dan berdansa bersama-sama, ternyata clubbing itu mengasyikkan ! Aku bisa dance sepuasnya !!! Berdansa dan ikut bernyanyi lagu-lagu yang di remix ulang oleh DJ, membuatku akhirnya bisa tertawa lebar untuk pertama kalinya malam ini setelah nangis-nangis di kamar tadi sore.

Aku menumpahkan kekesalan dengan memblock nomor ponsel Yandi agar ia tidak menggangguku. Aku lantas membuat status BETE di WA yang kemudian di balas oleh Kinan. Kinan adalah teman sekelasku. Anaknya cantik dan supel banget. Dari sosmednya aku tahu kalau Kinan sudah sering clubbing. Makanya ketika aku curhat panjang ke Kinan via WA kenapa aku bete hari ini, Kinan meneleponku dan akhirnya ia mengajakku ikut ke clubbing di malam pesta tahun baru karena ia mengaku sedang jomblo dan pengen party di new year eve, aku tidak merasa heran.

“Berdua doang kita kesana beb?” tanyaku di telepon.

“Enggak. Sama Mika temen main gue. Anaknya asyik kok, rame. Ayolah ikut senang-senang. Masak di malam tahun baru, lo malah dekem di kamar nangis-nangis gak jelas. Gak asyik ah. Ikut ya, ya? Gue jemput ke rumah elo deh.”

Aku pun pada akhirnya mau untuk ikut terlebih ketika Kinan bilang paling jam 2an sudah pulang.

Dan aku bersyukur karena menerima ajakan Kinan karena aku merasa senang sekali di sini. Kemeriahan semakin terasa ketika dimulai hitung mundur menuju tahun baru di pimpin oleh DJ Wolf.

TEN !! NINE !! EIGHT !!! SEVEN !! SIX !! FIVE !! FOUR !! THREE !! TWO !! ONEEEEEE !!!! HAPPY NEW YEAR EVERYBODY !!!! RAISE YOUR BEERRRR !!!! IN TRANCE WE TRUST CHERRS !!!” seru DJ Wolf membakar suasana disambut dengan puluhan pengunjung yang mengangkat gelas minuman dan botol birnya.

Entah darimana, ketika ada seorang cowok memberikan bir kepada kami bertiga, kami menyambut dengan senang hati. Bir yang rasanya pahit sekali entah kenapa justru terasa pas jika dinikmati sambil nge-dance !!! Kepala yang tadinya pusing bisa terasa enteng dan bebas !! Makin seru aku nge-dance, makin enak bawannya ! duh sekalinya aku clubbing langsung minum tequila dan bir. Tapi bodo amatlah yang penting aku happy dan ada teman yang jagain aku.

“Gue Roy, ” bisik cowok di belakangku, cowok sama yang tadi memberikan bir kepada kami bertiga dan juga cowok kata Kimi yang sedari tadi memandang ke arah kami.

Aku menoleh dan ia tersenyum. Duh cowok yang namanya Roy ini ganteng banget. Rambutnya panjang namun dikuncir rapi. Aroma badannya juga wangi banget, posturnya tinggi agak kurus. Aku yang berdiri di belakangnya cuma sepundak dia doang.

“Namaku Dita,” aneh rasanya berbincang dengan cowok asing sambil tetap ngedance meski temponya pelan.Setelah tahu namaku, Roy terus memandangku sambil mengikuti gerakanku. Jujur aku cukup terkesan dengan keluwesan badannya. Roy ngedance hip-hop di depanku bahkan ia mengelilingiku.  Aku malu sih sebenarnya, apalagi Mika dan Kinan Cuma ketawa-ketiwi dan menggodaku.

“Sikat Dit, hihihi.”

Roy tersenyum lalu mengajak berkenalan dengan Mika dan Kinan.

“Eh kita ngobrol di meja gue yuk. Ada teman-teman gue disana juga, gak konsen ngobrol dengan cewek-cewek cakep seperti kalian bertiga sambil ngedance haha.”

Kami bertiga lalu mengikuti Roy menuju mejanya yang ternyata berada di pojokan dekat dengan meja bartender. Disana ada dua teman Roy yang gak kalah ganteng, senyum mereka mengembang saat melihat Roy datang bersama kami.

“Bro, kenalin nih. Bukan hanya cantik tetapi mereka bertiga jago ngedance.”

Kami lalu kenalan dengan Darren dan Gusti. Tanpa dikomando, Mika duduk di sebelah Darren. Sementara Kinan duduk di sebelah Gusti. Belum sempat aku berpikir, Roy menarik tanganku sehingga aku duduk berdekatan dengan dia. Dan kini kami duduk saling terpisah bak tiga pasang kekasih.

“Lo sekolah atau kuliah Dit?” tanya Roy sambil menuangkan minuman berwadah bening ke dua gelas kecil. Minuman tersebut berwarna keemasan. Roy lalu memberikan satu gelas kecil kepadaku. Aku sempat ragu untuk menerimanya namun aku terima juga tetapi tidak kuminum.

“SMA. Kelas…3.”

“Wih setengah tahun lagi kuliah tuh,” sahut Roy sambil meminum cepat gelas yang ia pegang.

Aku sebenarnya terkejut karena Roy percaya ketika aku bilang bahwa aku sudah kelas 3 SMA. Namun tidak aku ambil pusing sih. Aku tidak menjawab komentar Roy, aku hanya tersenyum.

“Rencana mau kuliah dimana?”

“Di Universitas XXX ambil Ilmu Komunikasi,” jawabku terus terang.

“Wah kebetulan banget dong ! gue kan kuliah disitu juga. Gue semester empat Dit. Eh Dit, diminum dong. Sayang uda gue tuang tuh.”

Aku senang karena Roy ternyata mahasiswa Ilmu Komunikasi di kampus yang hendak aku tuju nanti. Tetapi agak terpojok juga ketika Roy memintaku untuk meminum. Apalagi di meja seberang, Mika juga sedang minum dengan gelas kecil. Si Kinan malah ngebir. Ya ampun sedari tadi Kinan minum terus. Aku pun tak punya pilihan dan meminum dengan cepat minuman ini. Ugh, pahit banget !! Memikirkan Kinan yang gak lepas minuman dari tadi malah membuatku agak pusing.  Baru pertama clubbing, aku jadi kebawa ikut minum.

Roy sepertinya tahu kalau aku sedikit pusing karena ia menatapku ketika aku memijat pelan kepalaku.

“Ups, lo belum kebiasa minum bourbon ya. Nih, tambah segelas lagi Dit. Trust me, semakin diminum justru makin enak dan hangat. Kalau sudah gitu, lo gak akan terasa pusing. Minum segelas lagi ya,” bujuk Roy saat kembali menuangkan minuman ke gelas. Seharusnya aku berhenti minum sekarang juga, tetapi rasa pusing ini membuatku makin tidak nyaman. Alhasil aku pun menuruti meminum kembali Bourbon yang disodorkan Roy. Ajaibnya di gelas kedua…..dan ketiga yang aku mium berturut-turut membuat rasa pusing makin berkurang. Yang ada malah aku seperti fly gitulah.

Ya ampun, apa aku mabuk..

Aku sudah tidak terlalu konsen berbincang-bincang dengan Roy. Melihat hal tersebut, Roy menarik tanganku dan mengajakku ke dance floor. Aku terhuyung-huyung di lantai dansa, namun perlahan aku mulai bisa mengendalikan diri dan berdansa cukup heboh dengan Roy. Tubuh kami menempel dekat sekali, kedua tangan Roy sesekali berada di pinggang dan juga pantatku namun aku tidak mempermasalahkannya. Roy ini makin dilihat semakin ganteng, membuatku deg-degan karena dari cara ia menatapku, aku bisa merasakan ketertarikan dari Roy kepadaku. Dentuman musik dan berdesakan dengan pengunjung lain yang juga turun di lantai dansa, membuat kami semakin berdekatan nyaris seperti orang berpelukan. Aku bisa merasakan dadaku menempel ke badan Roy.

Namun pengaruh minuman dan musik asyik, membuatku justru bergoyang berdansa makin heboh, tubuhku seperti tidak terkendali. Aku tertawa berjoget dengan Roy dan sesekali kami berpelukan. Roy memegang pinggangku lalu ia pindah berjoget di belakangku. Dan kini Roy memelukku dari belakang dan berbisik.

“Lo cantik banget Dit.”

Aku merinding saat Roy mengeratkan pelukan dan ia mencium rambutku ! awalnya aku masih ketawa-ketawa saja. Namun Roy mulai bertindak semakin jauh saat tangannya mulai merambat naik ke perut. Aku memegang tangan Roy dan menoleh ke belakang.

“Jangan…”

Roy memang berhenti meraba perut dan dada namun ia bertindak makin jauh saat dengan sengaja ia menggesek-gesekkan bagian tubuhnya ke arah pantatku. Aku bisa merasakannya karena saat ini aku mengenakan celana legging yang ketat. Aku diam saja, karena aku berpikir Roy sedang berjoget. Namun lama-lama Roy semakin kurang ajar. Puncaknya ketika ia memegang pinggulku dan menghantam-hantamkan badannya ke arah pantatku. Ini persis seperti disetubuhi dari belakang. Jujur saja, aku mulai terlena dan tidak sanggup menolak karena aku sudah susah mengendalikan tubuhku sendiri. Namun ketika terlintas bayangan seandainya yang ada di belakangku ini adalah Yandi, aku rela jika Yandi menyetubuhiku saat ini juga, namun aku menyadari bahwa yang di belakangku adalah Roy !!

Dengan sisa kesadaran, aku menepis kedua tangan Roy dan pergi menjauh darinya. Aku kaget karena saat kembali ke tempat duduk, aku tidak menemukan Mika dan Kinan. Aku mencoba mengedarkan pandangan, tetapi tiba-tiba rasa pusing menguasaiku. Aku terhuyung dan nyaris terjerembap di sofa jika seandainya tidak ada seseorang yang menangkapku dari belakang.

“Ups, duduk Dit.”

Itu suara Roy. Aku merasa mulai tidak nyaman dengan kehadiran Roy. Namun aku kembalii terhuyung saat mencoba berdiri.

“Duduk dulu Dit, tunggu sini. Gue ambilin air putih,” kata Roy.

Karena aku merasa lemas, yang aku lakukan Cuma duduk dengan kepala terkulai. Tak lama kemudian Roy datang membawa sebotol air mineral. Aku meminum sedikit tetapi rasa pusing tak kunjung hilang.

Mika, Kinan…kalian dimana…aku mau pulang, ratapku.

“Sepertinya udah cukup pesta lo hari ini Dit, gue anterin pulang yuk,”

Aku senang mendengar kata “pulang”, “Dimana…teman-temanku..?”tanyaku perlahan.

Roy menggelengkan kepalanya. “Entahlah, tapi lo bisa gue anterin pulang, sekarang. Paling mereka berdua sedang senang-senang dengan kedua teman gue.”

Aku sudah tidak bisa mencerna kata-kata Roy barusan. Yang kupikirkan sekarang adalah pulang ke rumah, aku sudah tidak kuat dengan perasaan pusing dan lemas ini. Di tengah sisa kesadaran, aku bisa merasa Roy membantuku berdiri dan memapahku keluar. Perasaanku rasanya campur aduk, dunia sekelilingku terasa berputar tak terkendali. Ada sedikit perasaan lega ketika aku menghirup langsung udara malam ketika kami sudah berada di luar. Roy terus memapahku melewati deretan mobil hingga berada di lokasi yang cukup jauh dan tersembunyi serta sepi.

Ketakutanku yang tadinya tumbuh merasa lega saat mendengar suara bip dua kali, suara khas ketika seseorang mematikan alarm mobil. Aku terkejut karena mobil Roy berada terpisah dengan mobil lain, sebuah mobil Van yang cukup besar dan lebar. Roy menggeser  pintu mobilnya dan memapahku masuk. Rasanya nyaman luar biasa karena saat aku terbaring, aku mendarat di matras empuk. Space di mobil ini terasa luas.

Aku kaget luar biasa ketika Roy ikut masuk ke dalam mobil lalu menggeser pintunya sehingga tertutup. Posisi Roy menindih kedua kakiku lalu ia memegangi kedua pergelangan tanganku dan menahannya di dekat kepalaku. Di momen ini aku merasakan sesuatu yang buruk akan menimpaku.

“Roy…kam..u…ngapa..in…” bisikku lemah.

“Gue pengen ngentotlah!!”

Tiba-tiba Roy menarik paksa celanaku. Celana lengging yang kukenakan di renggut ke bawah tak peduli merusak dan membuatnya sobek. Aku meronta tentu saja, tetapi rontaanku terasa sia-sia karena aku benar-benar lemas, tidak sanggup melawan lebih jauh. Kedua pahaku terekpos saat celana leggingku tersangkut di mata kaki karena terhalang sepatu. Dengan buas, Roy menanggalkan kedua sepatuku sehingga ia bebas menarik legging. Reflek sambil menangis tersedu-sedu aku menutupi celana dalamku.

“Tolong…jangan…tolong…aku masih…perawan..Roy..hikss..”

Roy berhenti sejenak dan matanya seolah membesar mendengar perkataanku. Ia melepas kuncir rambutnya, aura Roy langsung berubah menyeramkan dari cara ia menatapku yang terlentang tak berdaya di dalam mobil Van. Ia seperti hewan buas.

“Elo masih perawan?? Ini malam keberuntungan gue gyahahaah!! udah lama gue gak jebol meki peret !!!”

Dengan kasar Roy merenggut pertahanan terakhirku. Celana dalam warna krem sudah Roy renggut, ia melakukan hal menjijikan dengan menciuminya di depanku. Roy lalu membuang celana dalamku dan memposisikan mukanya tepat di depan vaginaku. Aku berontak tentu saja namun satu tamparan keras dari Roy membuatku nyaris kehilangan kesadaran. Aku benar-benar takut ! tiba-tiba Roy mengikat pergelangan tanganku dengan tali yang ia ambil dari saku celananya.

PLAK !!

Satu lagi tamparan keras membuat aku sudah tidak kuat untuk memberontak. Hanya bisa menangis dan mengecap rasa asin dari dalam mulutku. Dengus nafas terasa di sepanjang vaginaku.

“Haruuuumnya. Meki prewi memang surga duniaaa !!Kontol gue jadi makin ngacenggg!!”  

Aku tersentak saat tangan Roy menyentuh bagian kewanitaanku dengan kasar. Apakah aku akan kehilangan mahkotaku sebagai seorang wanita oleh orang jahat dengan cara sekeji ini? Aku sungguh tidak berdaya tangisku semakin kencang, namun Roy memukul perutku hingga aku terbatuk-batuk, sesak sekali !

Roy mencengkeram daguku dengan kasar lalu berkata,”Dengerin, semakin elo nangis gue makin gak segan untuk memukuli elo. Kalau lo diam pasrah, gue gak akan pukul elo lagi. Intinya, sebentar lagi memek lo bakalan gue jebol ! gue ambill perawan lo !ngerti gak? Jadi pilih mana, cara kasar atau halus?”

Seumur-umur belum pernah aku kena pukulan, tamparan seperti malam ini ditambah dengan intimidasi dari Roy membuatku pada akhirnya berhenti berontak dan menangis.

Setelah melihatku tenang, Roy tersenyum lebar. “Nah gitu dong, elo bandel sih jadi wajah lo yang cakep ini kena hantam kan. Dit, nikmatin aja ya. Siapa tahu lo bisa nikmatin momen sekali seumur hidup lo ketika selaput daralo jebol sama gue dan mengalir darah segar, darah perawan haha.”

Rontaanku semakin lemah selain karena sudah pasrah, juga karena sentuhan-sentuhan erotis Roy pada kemaluanku. Jemari Roy lalu berganti dengan ujung lidahnya, kedua pahaku di angkat tinggi-tinggi. Roy melumat kemaluanku tanpa ampun dengan kasar ! dalam kondisi bercinta dengan Yandi sudah pasti aku akan terangsang hebat hingga becek. Namun ancaman pemerkosaan ini membuatku tidak terangsang sama sekali. Yang aku rasain justru perasaaan perih dan malu.

“Jangan, aku gak mau,” kataku menghiba.

“Percuma lo nangis !” Roy menempelkan jari di bibirnya “Demi apapun, gue akan jebol memek perawan lo ! anjingg, rapet bener meki lo. Lecet lecet deh meki lu!”

Roy mulai menekan kemaluannya. Air mataku tak terbendung, mulutku terbuka lebar saking sakitnya namu aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi untuk mempertahankan kehormatanku.

“Sakit…aahh…hentikan Roooyy, tolong aahh !”

Dalam hati aku berucap, selamat tinggal mahkotaku..maafkan aku Yandi..aku tidak sanggup mempertahankan kehormatanku..

Satu hentakan keras sekuat tenaga Roy akhirnya mengakhiri statusku sebagai seorang gadis perawan.

“Aargghhhh !” aku menjerit mengeluarkan semua udara di paru-paru. Sakitnya benar-benar tidak terkira, tidak ada rasa nikmat yang ada adalah panas. Rasa perih melanda kemaluanku sampai tanganku meremas kuat-kuat bajuku sendiri, tubuhku mengejang hebat dengan mata membelakak.

“AHAHAHAHAHANJINGGGGG !!! PEREEETTT PARAHHH !!!!!!” seru Roy.

Aku tidak kuat menahan rasa sakit dan rasa malu. Rasa sakit makin berlipat ketika Roy mulai menggerak-gerakkan pinggulnya. Kepalaku menengadah memandang langit-langit Van dan menatap keluar jendela mobil, aku lihat sesekali kembang api meluncur dan meledak di angkasa, memercikkan kilauan cahaya gemerlap….

Cahaya itu semakin pudar seiiring dengan pompaan pinggul Roy, pompaan yang semakin lama semakin intens dan mengaburkan pandangku sehingga akhirnya aku Cuma bisa pasrah terkulai lemas. Aku sudah tidak sanggup bereaksi saat Roy semakin melecehkanku. Sehingga kesadaranku terkikis hingga aku tidak merasakan apa-apa lagi…


*****
@ WISDOME CLUB
Malam Tahun Baru, 15 menit sebelumnya..
*****


(POV Eko)


Di tempat ramai yang seperti ini, gue malah kesepian. Bangsat !!

Ajakan beberapa teman untuk pergi bareng, gue tampik karena malas. Namun pada akhirnya gue malah keluar rumah sebelum malam pergantian tahun. Gue bisa gila sendirian di rumah dengar suara desingan kembang api dan petasan sepanjang malam. Akhirnya gue memutuskan pergi minum ke WISDOME CLUB yang berada tidak jauh dari rumah.

Dan disinilah gue sekarang, minum sendirian di tengah hingar bingar para pengunjung yang sedang berpesta. Cowok cewek berbaur di depan stand DJ berpenampilan sok keren pake topeng serigala berdansa sambil menenteng minuman. Suasana menjadi makin ramai setelah lewat jam 12 malam.

Keramaian ini sudah semakin sumpek ! saat aku meneguk menghabiskan botol bir kedua malam ini, aku terperanjat kaget saat melihat cewek yang membuatku gila tengah berpelukan dengan seorang cowok di tengah lantai. Mereka berpelukan sembari meliuk-liukkan bada, berjoget mengikuti irama.

ITU DITA !!!!!

Gue sampai memicingkan mata namun masih kurang jelas karena remang-remang, hingga akhirnya aku mendekat hingga pembatas. Cewek yang kelihatan mabuk itu memang Dita !!

Ngapain Dita pacaran mabuk-mabukkan di tempat seperti ini? Bangsat juga Yandi karena sudah mengajak Dita kesini. Namun lagi-lagi gue terkaget setelah gue amati lekat-lekat cowok yang sedang bersama Dita bukanlah Yandi !!! Siapa cowok tersebut? Jujur gue bingung mau gimana? Apa gue samperin Dita? Jangan-jangan Dita sudah putus dengan Yandi dan kini tengah melewatkan malam tahun baru dengan clubbing bersama pacar barunya.

Gue memutuskan untuk mengamati karena feeling gue ke cowok tersebut cukup buruk. Cowok itu tipe-tipe cowok ganteng penjahat kelamin. Namun mengamati keduanya membuat gue terbakar api cemburu ! tapi gue gak bisa apa-apa selain mengamati Dita.

Dita, lo makin cantik aja sih.

Beberapa saat kemudian Dita mulai risih dengan gesture cowok tersebut yang mulai meraba-raba bagian tubuh Dita. Dan ketika cowok tersebut membelakangi Dita dan mengesek-gesek tubuh belakang Dita, Dita langsung pergi ! babi itu cowok !! awas aja kalau dia bukan cowok Dita !! bakalan gue sayat wajahnya dengan pisau lipat yang senantiasa gue bawa. Gue mencoba menyusul untuk mencari tahu apa yang terjadi. Namun karena suasana makin ramai, gue kehilangan jejak Dita dan cowok tersebut.

Gue lihat-lihat semua spot di WISEDOME namun  tidak menemukan Dita. Gue lalu keluar dari tempat berisik ini dan bertanya ke salah satu security, apakah dia melihat cewek yang agak mabuk berbaju merah bersama cowok berbaju putih dengan postur tinggi?

Security tersebut memicingkan mata ketika gue bertanya hal tersebut.

“Ada apa lo nyariin Roy?”

Roy? Jangan-jangan cowok itu namanya Roy dan security ini mengenalnya. Karena gue merasa Roy ini cukup dikenal, gue gak boleh terlihat mencurigakan.

“Ini bang, tadi gue lihat abang baju putih yang kayaknya bernama Roy pas keluar, ponselnya jatuh. Langsung gue ambil bang takut di curi atau keinjek-injek,” kata gue sambil menunjukkan ponsel gue yang pura-puranya ini ponsel milik Roy yang jatuh.

“Oh ponsel Roy. Sini titipin gue aja.”

“Eh sori ni bang, bukannya gue gak percaya tetapi gue mesti kasih ke orangnya lain. Biar gue tenang bang.”

Security tersebut melotot ke arah gue, mungkin ia tersinggung karena gue tidak percaya sama dia. Namun akhirnya sifat dia melunak.

“Roy di tempat biasa. Paling ngwee dia sama cewek yang dia buat mabuk.”

Darah gue mendidih. “Tempat biasa? Dimana bang? Hotel?”

“Gak lah, tuh lo lurus aja ke arah parkiran mobil. Nanti ada Van VW warna hitam di pojokan agak tersembunyi. Eh kalau lo kesana, dan liat Roy sedang ngentot. Sebaiknya jangan lo ganggu deh. Tunggu sampai dia kelar. Kalau lo ganggu dia pas lagi asyik-asyik, bisa di hajar lo.”

Tangan gue terkepal. Dita berada dalam bahaya kalau bersama predator seks bernama Roy. Bisa jadi Dita kena cekok minuman memabukkan biar dia teller sehingga gampang di garap.

Setelah bilang terima kasih, gue segera mencari keberadaan mobil Roy di parkiran mobil yang cukup luas.

Awas saja, kalau sampai Dita kenapa-kenapa, GUE BUNUH ITU ORANG !!!!!!



= BERSAMBUNG =

2 comments for "LPH #60"

  1. Episode LPH yg sengaja ane skip,nggak tega liat Dita nya 😥

    ReplyDelete

Post a Comment