Featured Post

LPH #59

Episode 59
Sang Legenda bagian B



(POV Feri)


Empat hari sebelum Final Clash….


Baru juga gue mau baca jurnal kesehatan keluaran Universitas XXX yang tadi gue download di tempat les, pintu kamar diketuk pelan.

Tok..tok...

“Den...Den Feri...” ujar suara Bibi, asisten di rumah memanggil gue.

Karena sudah pewe, gue males beranjak dari kursi meja belajar dan sedikit berteriak.

“Ada apa Bi? “ Rada gak sopan sih sebenarnya.

“Ada temen Den Feri nyariin. Dia udah nunggu di teras.”

Temen gue? Jarang-jarang ada yang mampir ke rumah di atas jam 9 malam. Cuma teman-teman dekat aja itupun kalau penting sekali. Karena anak-anak tahu gue paling gak suka di datangin ke rumah di weekday tanpa janjian dulu. Gue lalu turun dari tempat tidur dan membuka pintu kamar.

“Siapa Bik yang nyariin saya?”

“Itu teman Den Feri yang kayak orang londo itu lho, yang ganteng. Bibi lupa namanya.”

Gue langsung keinget Axel. Ngapain tuh anak tumben ke sini setelah seminggu ini gak ada kabar.

“Oke, makasih Bik.”

Setelah bibi pergi, aku pun turun menuju teras. Dan londo edan alias bule gila si Axel langsung nyengir ketika melihat gue muncul dari dalam rumah.

“Mau ngapain lo?” tanya gue ketus lalu duduk di kursi depan dia.

“Bagi rokok dong!” pinta Axel tanpa tedeng-aling

“Gak punya. Gue udah berhenti ngrokok.”

“Pfftt. Lo berhenti ngrokok? Tai kebo lu.”

Karena gue diam aja Axel malah menantang gue taruhan.

“Kalau saat ini juga gue ke kamar lo dan nemu rokok di antara tumpukan kardus-kardus Gundam Model Kits yang masih aja lo simpan di atas lemari baju, lo kalah taruhan dan bayar gue dua juta. Kalau gue gak nemu barang sebatang pun, gue kalah dan gue bayar cash malam ini juga. Deal?” ujar Axel sambil terkekeh.

Bangke ni anak, masih inget aja gue biasa nyembunyiin rokok di situ. Mana gue abis nyetok satu selop L.A  semalam dan gue taruh di dalam kardus MG 1/100 ZGMF-X42S Destiny Gundam. Axel tahu benar kalau rokok adalah benda tabu di rumah gue karena bokap, nyokap dan kedua abang gue adalah Dokter. Namun gue masih bandel dan ngrokok secara sembunyi-sembunyi untuk melepas penat di balkon kamar gue yang ada di lantai 2 setiap gue selesai  belajar hingga tengah malam.

“Ke atas aja yok ah. Mulut gue jadi pahit gara-gara lo, ajak gue.

“Hahahaha, masih takut aja lo ketahuan ngrokok. Tuh mobil ortu lo gak ada di garasi.”

“Mereka lagi pergi ke tempat abang gue di Kota ABC. Sekalian tahun baruan di sana.”

“Lah, elo gak ngikut? Jangan-jangan lo anak tiri  sampai lo gak di ajak?” celetuk Axel saat kami berjalan menuju kamar gue yang ada di atas.

“Sembarangan lo. Gue di ajak cuma gak ngikut karena gue mau nonton BIG BANG! Peristiwa bersejarah sederat musisi internasional main di pensi sekolah kita, pantang untuk dilewatin.”

“Haha tetap aja lo gak ikut tahun baruan bareng keluarga.”

“Kan pensi tanggal 30. Rencana tanggal 31 siang gue nyusul ke sana.”

“Oh...”

Ketika sampai di kamar gue, Axel langsung membuka pintu yang menuju ke teras kamar gue yang punya view pemandangan malam Kota XXX yang gemerlap. Setelah mengambil sebungkus rokok dan membawa dua botol Aqua, gue gabung sama Axel yang sedang berdiri di pinggir balkon menegakkan hoodie jaketnya dan menatap pemandangan yang gue pun gak akan bosan melihatnya tiap hari. Sementara gue memilih menyalakan rokok dan duduk bersandar, menghembuskan asap ke udara malam yang baru gue sadari semakin dingin. Karena udah bulan Desember jadi sudah mulai masuk ke musim penghujan. Untung gue sedang pakai baju lengan panjang yang cukup tebal. Gue menatap punggung teman gue yang satu ini, yang akhir-akhir ini susah dicari maupun dihubungi setelah kami selesai ujian tengah semester.

Pasti ada sesuatu yang hendak Axel bicarakan.

“Gue nyaris lupa betapa indahnya Kota XXX meskipun di setiap sudutnya penuh dengan bajingan dimana-mana,” kata Axel memecah kebisuan.

Tumben.. tumben ini anak agak beda omongannya.

“Ada apa Xel? Apa yang mau lo omongin?”

Axel lalu membalikkan badan, menghadap ke gue sambil bersedekap.

“Emang harus ada sesuatu dulu kalau gue ketemu sama elo?” ujarnya sambil tersenyum.

“Ya.. Enggak juga sih tetapi seingat gue, kalau lo tiba-tiba datengin gue, biasanya lo karena ada maunya atau.”

“Hahaha, udah hapal banget lo ya.” Axel lalu duduk di sofa, mengambil rokok dan menyalakannya. Dia langsung terbatuk-batuk cukup hebat saat baru hisap rokok. Dari suara batuknya, sepertinya ia batuk berdahak sampai matanya berair.

“Hoi napa lo? Lo lagi sakit? Lo sakit malah ngerokok. Siniin rokok lo,” gue mencoba mengambil rokok di jemari kiri Axel namun ia mengelak dan membuat tanda bahwa ia baik-baik saja. Axel lalu membuka Aqua yang gue bawa tadi. Ia minum sampai perlahan batuknya mereda. Dari dekat gini gue baru sadar Axel nampak lebih pucat daripada biasanya.

“Nyet, lo sakit? batuk lo kayak gitu.”

“Iya lagi batuk gue gara-gara kebanyakan minum es sirup pinggir jalan, heee.”

“Goblog, uda tahu lagi batuk malah ngrokok, makin sesek lu.”

“Uda cocok lu ye jadi dokter, bawel banget liat orang batuk biasa doang. Kalau udah habis sebatang rokok, juga sembuh hilang batuknya.”

“Serah elo deh.”

Gue udah hapal benar gaya si Axel. Cuek.

“Fer, gue mau minta tolong sama elo.”

Gue menatap Axel lalu memandang ke arah depan. Sedikit banyak gue tahu arah pembicaraan dan maksud dari perkataanya barusan.

“Udah lo tenang aja, anak-anak udah gue minta siap-siap jika dalam waktu dekat ini, MOMEN itu datang juga.”

“Momen? Momen apaan?”

“Ya momen dimana akhirnya pecah tawuran dengan Oscar. Gue udah bisa ngebaca niat Pak Tomo tentang janjinya jika sekolah kita dapat nilai rataan tertinggi. BIG BANG itu Cuma kamuflase seolah-olah itu hadiah dari pak Tomo atas kerja keras kita. Dia sudah tahu benar potensi akademik murid SMA NEGERI XXX, sehingga dengan trigger yang tepat dia membuat semua murid belajar semaksimal mungkin untuk mencapai nilai terbaik. Kalau gak pake perhitungan, mana berani pak Tomo membuat pensi seambisius ini.Biarkan siswa yang lain terlena dengan BIG BANG, namun setelahnya pak Tomo akan melaksanakan satu lagi janjinya…”

“Memfasilitasi kedua kubu yang semakin memanas agar menyelesaikannya dalam satu kesempatan,” sambung Axel sambil menhhembuskan asap rokok berbentuk lingkaran. “Gak salah lo jadi siswa paling encer. Tentu untuk beberapa orang, niat pak Tomo sudah kebaca sih.”

“Ya, Oscar gue yakin juga udah tahu arah rencana pak Tomo. Makanya akhir-akhir ini gue minta anak-anak untuk meningkatkan kewaspadaan. Tapi yang jelas anggap saja semua udah beres. Gue, Deka, Darma, Jati dan anak-anak lainnya tinggal tunggu  aba-aba dari elo. Bahkan Yandi beberapa hari yang lalu mengajak gue berbincang tentang sesuatu. Mereka akan gabung dengan kita,” tambah gue.

Axel hanya tertawa kecil saat gue menyebut nama Yandi. Entah kenapa Axel yang gue tahu susah buat akrab dengan seseorang, bisa terlihat cair dengan Yandi. Kayak abang adek beda negara haha.

“Gue tahu elo memang bisa di andalkan, tetapi …” Axel sengaja menggantung perkataannya.

“Tetapi apa? Kalau lo berharap jumlah orang di kelompok kita masih bisa bertambah, meski sudah ada Yandi dengan temannya, sori jumlah kita uda maksimal. Tetapi lo tahu sendiri lah betapa militannya anak-anak kalau tawuran. Apalagi boleh dibilang ini akan jadi tawuran kita yang terakhir kalinya. Setengah tahun berikutnya kita akan disibukkan dengan berbagai tes, try out baik UN maupun persiapan tes SBMPTN sebagai ujian masuk ke Universita negeri.”

Axel mematikan puntung rokoknya ke asbak dan membakar rokok sebatang lagi. kali ini tanpa batuk-batuk ala drama. Sepertinya Axel memang baik – baik saja, hanya batuk biasa.
  
“Tetapi permintaan gue bukanlah elo cari tambahan personil di grup kita. Bahkan dengan adanya Ander dan Opet di kubu Oscar, buat gue gak ada masalah. Dengan bergabungnya Yandi cs ke kita juga udah lebih dari cukup.”

“Hah? Terus lo minta apaan ?langsung to the point deh, gak usah muter-muter.”

“Bangsat, elo nyela mulu omongan gue. Gue mau to the poin lo malah nyambar gak jelas jadi muter-muter,” gerutu Axel. Dan kali ini gantian gue yang bkin Axel annoying.

“Hahaha, oke my bad. Waktu dan tempat gue persilahkan.”

Axel tidak langsung menanggapi perkataan gue. Ia diam terlebih dahulu.

“permintaan gue sederhana. Lo cukup buat Yandi benci sama gue dengan lo ceritakan masa lalu gue, a damned Joker,” kata Axel dengan suara tegas,

Axel mengatakan hal tak terduga tersebut tepat ketika gue sedang menghisap rokok. Alhasil kali ini giliran gue yang terbatuk-batuk. Butuh beberapa saat sampai akhirnya batuk gue reda. Sampai gue melepas kacamata karena mata gue berair.

“Gue gak salah dengar nih? Lo minta gue ceritain masa lalu lo yang ‘gelap’ kepada Yandi dengan tujuan agar dia benci sama elo? did you use some fucking drugs before came to my house?!”

“Gue serius. Sangat serius,” jawab Axel sambil menatap gue. Tatapannya yang tajam memperkuat keseriusan perkataannya barusan.

Gue merasa gusar sampai gue beranjak dari sofa dan berdiri bersandar ke pagar balkon menghadap ke Axel.

“Xel, masa lalu lo itu bukan sesuatu yang bisa diceritakan ke sembarang orang, apalagi lo minta gue ceritain ke Yandi. Bisa kacau tuh anak.”

“Justru itu yang gue mau. Gue pengen Yandi meledak sama halnya ketika lo tiba-tiba hajar gue haha.”

Bangsat, gue jadi ingat momen dimana gue mulai akrab dengan Axel setelah perkelahian kami berdua gara-gara Axel godain Sandra, cewek gue. Gue akui anaknya asyik tetapi sebagai murid pindahan dari Kota lain saat kami kelas 1 SMA, gue benar-benar gak tahu masa lalu atau cerita dibalik kedatangan Axel ke SMA NEGERI XXX. Pada dasarnya gue bukan orang suka kepo hidup orang lain, termasuk Axel. Selain dia bajingan tulen yang kuat bener, gue ngrasa cocok temenan sama dia.

Sampai akhirnya rahasia Axel terbuka ketika ada sepupu gue, Rido dari Kota RRR yang seumuran dan sama-sama kelas 1 melewatkan liburan akhir tahun di rumah gue. Pas suatu malam gue ajak Rido nongkrong sama anak-anak. Karena Rido sifatnya supel dia cepat akrab dengan Deka, Darma dan anak-anak lainnya. Rido ini ya sama kayak gue sih, pintar tetapi ringan tangan alias demen berantem. Jadi ya bajingan ketemu para bajingan ya jelas cocok.

Sikap Rido langsung berubah aneh ketika Axel mampir ke tongkrongan sambil bawa cewek - entah cewek mana lagi yang ia perdaya - Rido yang tadinya asik jadi pendiam. Bahkan ia sampai gemetar ketika gue panggil Axel.

"Cewek mana lagi tuh?" bisik gue.

"Anak SMA SWASTA YYY. Mira namanya. Cakep kan? Hehe. Kenapa lo ngiri ya?" ujar Axel.

"Gak mungkin gue ngiri sama elo yang hedon gak jelas. Eh lusa jadi malam tahun baruan di tempat Gery?"

"Jadi dong. Tapi malaman abis having fun sama Mira, gue ke tempat Gery."

"Hedeh. Udah 18 tahun belum tuh Mira? Kalau masih underage dan dia gak terima,  bisa kena pasal pelecehan lo."

"Kayaknya sih uda 18 tahun, orang dia anak kelas 3. Tenang aja, si Mira udah biasa di pakai sama bajingan dari sekolahnya dan gak akan komplain kalau bisa puasin dia. Kata Robi yang udah pernah naikin si Mira, haha."

"Sama aja lo berdua."

"Eh lo sama siapa tuh? Kayaknya gue pernah liat," tanya Axel ke Rido yang duduk diem sambil nunduk.

"Oh ini Rido, sepupu gue dari Kota RRR. Dia mau tahun baruan di sini. Do, kenalin ini Axel. PK."

"Halo bro. Gue Axel, orang paling ganteng se Kota XXX. Kalau lo mau malam tahun yang asyik, ngikut gue aja yuk ntar. Gue punya banyak kenalan cewek cakep-cakep yang gampang lo spik-spik. Sepertinya kita pernah ketemu ya tapi dimana gue lupa," kata Axel sambil sedang memikirkan sesuatu.

Gue heran karena Rido jadi kayak takut-takut gitu di tanya Axel.

"Eits enggak-enggak! Do, lo malam tahun baruan sama gue. Bisa rusak lo gaul ma Axel," ujar gue cepat.

"Lah, elo rusak dong Fer. Kan lo sohib gue haha," sambar Axel sambil merangkul gue. "Eh gue cabut duluan yak. Itu memek Mira uda gatal keknya haha. Do, duluan ya. Kontak gue aja kalau lo mau ngrasain cewek dari Kota XXX. Cewek sini jauh lebih asyik dibanding cewek dari tempat lo."

Setelah Axel dan Mira cabut gue lalu ke toilet. Begitu gue balik , gue lihat Rido sedang ngrokok sendirian di belakang dan gue samperin.

"Lu ngapain ngrokok sendirian di sini?"

Rido menoleh ke arah gue, gue kaget karena tangan Rido nampak gemetar saat pegang rokok dan ia agak pucat.

"Kenapa lu Do? Gak enak badan lo."

Rido menggeleng cepat.

"Bang....sat. bangsat...gue masih shock ketemu Joker disini. Nyawa gue berasa turun sampai dengkul begitu lihat Joker tadi. Lo kenapa gak cerita sebelumnya sih kalau lo temenan sama Joker?"

Gue lalu duduk di samping Rido. Gue bingung dengan perkataan Rido barusan.

"Joker? Joker siapa sih?"

Rido membuang rokok yang masih sisa setengah batang.

"Mending kita balik ke rumah sekarang. Gue ceritain semuanya, biar lo tahu siapa sebenarnya Joker. Orang yang setelah membuat kekacauan besar di sekolahan gue, pergi dan menghilang begitu saja. By the way Joker yang gue maksud ya Si Axel. Si jahanam yang sudah membuat dua teman gue mati muda. Gue dendam sama Axel. Tetapi gue gak nyangka ketemu dia tadi. Gue ketakutan saat Axel mengenali gue tadi....Fer, besok anterin gue ke bandara plis. Gue lebih baik pulang daripada nyawa gue terancam."

Di mobil dalam perjalanan pulang ke rumah gue, kami lebih banyak diam. Gue jelas butuh waktu untuk memikirkan perkataan Rido. Satu persatu pertanyaan muncul namun gue lebih memilih diam dan menunggu sampai rumah. Gue uda satu tahun akrab dengan Axel. Setelah perkelahian kami berdua, kami jadi dekat. Meskipun Axel sangat bengal dan doyan membuat masalah, tetapi gak bisa gue pungkiri, Axel punya kharisma yang membuatnya mudah akrab dengan siapa saja yang ia anggap teman.

Kedekatan gue dengan Axel jelas membuat gue ikut terlibat masalah dan terseret arus kekerasan terutama perseteruan Axel melawan Bloody Hell.

Tentang background Axel, yang gue tahu dia blasteran Amerika - Jawa. Papanya orang Jawa asli seorang pengusaha dan Mamanya asli New York yang lebih banyak berada di New York mengurusi firma hukumnya. Axel punya kakak cewek namanya Alexa yang kuliah di Inggris. Intinya Axel berasal dari keluarga kaya raya. Axel pindah ke SMA NEGERI XXX tepat ketika semester II saat kami masih kelas 1. Selebihnya gue gak terlalu tahu tentang sekolah lamanya.

Sampai akhirnya Rido bercerita tentang Joker. Masa lalu Axel mulai tersibak namun sayangnya bukan sebuah cerita yang baik, justru sebaliknya. Bisa jadi sebelum Axel pindah ke sekolahan gue, dia melewatkan 6 bulan pertama di SMA NEGERI RRR alias satu sekolahan dengan Rido.

Begitu sampai di rumah kami langsung menuju ke kamar dan segera terlibat percakapan serius selama hampir 3 jam.

"Anjing!" Gue mengumpat sambil memukul ranjang ketika semua pertanyaan gue terjawab.

Rido bukan hanya bercerita tetapi ia juga menunjukkan beberapa bukti seperti foto-foto - termasuk foto Axel saat bersekolah di SMA NEGERI RRR -, berita 1,5 tahun yang lalu tentang insiden tawuran antar SMA di Kota RRR yang memakan korban tiga pelajar meninggal dunia di lokasi serta puluhan siswa dari kedua sekolah mengalami luka berat dan mesti masuk rumah sakit.

Rido bercerita bahwa Axel bukan berasal dari salah satu SMP di Kota RRR ketika ia masuk ke SMA SWASTA RRR. Rido berbeda kelas dengan Axel. Namun dari awal Axel memang sudah menonjol dalam segala hal. Baik dari fisik, kenakalan, playboy dan kenekatan. Hanya dalam 3 bulan, Axel sudah menjadi siswa kelas 1 yang menguasai seluruh bajingan SMA SWASTA RRR. Siswa kelas 3 pun tidak ada yang berani macam-macam dengan Axel. Semua bajingan yang dikalahkan Axel lantas menjadi pengikutnya.

Setelah menundukkan sekolahannya sendiri, Axel mulai menebar teror dengan menantang duel semua bajingan dari tiap SMA, STM di kota RRR. Termasuk SMA NEGERI RRR yang jadi rival sekolahannya. Axel memulai perselisihan dengan mendatangi rumah Hendi, bajingan nomor 1 dari SMA NEGERI RRR dan menghajarnya tanpa ampun. Sampai Hendi patah salah satu kakinya.

Akibatnya jelas, para pengikut Hendi jelas tidak terima. Di saat yang sama, dua anak SMA NEGERI RRR di serang orang tak di kenal hingga koma. Rido dan teman-temannya pun langsung mengambil kesimpulan ini adalah perbuatan rival mereka.

"Jelas saja gue dan teman-teman yang lain langsung menyimpulkan hal demikian. Karena teman gue di serang di dekat sekolah SMA SWASTA RRR. Di saat yang sama, terdengar kabar Hendi di serang secara brutal di rumah ia sendiri. Kami jelas tahu, cuma satu orang yang nekat dan yang paling berani melakukannya, yakni Axel.

Gue dan yang lain beranggapan serangan Axel tersebut adalah bentuk balasan karena telah menyerang teman gue sampai koma di rumah sakit. Ketika Axel lalu mengumpulkan semua bajingan dari sekolahan kami untuk bersiap tawuran, kami semua menyambut dengan garang! Darah kami mendidih benar-benar terbakar. Dan sore harinya, di jalanan depan sekolahan, kami di serang oleh anak SMA SWASTA RRR. Mereka bersenjata sementara kami melawan dengan tangan kosong dan mengambil apapun yang ada sebagai senjata.

Keadaan benar-benar tak terkendali dan mencekam saat ratusan pelajar dari kedua sekolah bentrok di jalanan. Warga tak ada yang berani menghentikan karena pedang, samurai, pipa besi, stik bisbol hingga pisau lipat saling beradu. Gue waktu itu pun mengantungi pisau lipat sebagai alat membela diri. Ada kali 20-30 menit kami tawuran sebelum sepasukan polisi anti huru-hara datang membubarkan dengan menembakkan gas air mata. Ketika situasi mulai terkendali baru diketahui ada tiga siswa yang tewas di tempat. Dua dari tiga korban berasal dari sekolahan gue. Aldo anak kelas 3 dan Erwin anak kelas 1. Erwin, teman dekat gue sedari SMP meninggal akibat 13 luka tusuk, sabetan sajam di punggung. Sementara Aldo meninggal karena pukulan  di kepala bagian belakang dan luka retakan yang menganga di kepala karena di hantam dengan batu. .."

Rido tercekat dan berhenti sesaat. Gue lalu mengambilkan Rido minuman dan minta ia tenangkan diri dulu saat matanya mulai basah.

"Begitu tahu ada korban jiwa, polisi memanggil ambulan. Siswa yang terluka parah hingga berdarah-darah jumlahnya puluhan bergelimpangan di jalanan. Mobil-mobil yang ada di sekitaran lokasi langsung di minta untuk mengangkut siswa yang kritis butuh pertolongan. Sementara siswa yang terluka tidak terlalu parah, di gelandang masuk ke pekarangan sekolah, kami diminta membuka baju dan jongkok. Kami semua benar-benar shock, beberapa bahkan ada yang menangis. Entah menangis karena di tangkap polisi atau menangisi teman kami yang meninggal."

Gila. Itulah akibat tawuran dengan membawa sajam. Tawuran dengan tangan kosong pun sudah cukup berbahaya ini pakai sajam.

"Lo sendiri ga kenapa-kenapa?"

"Gue ternyata juga kena sabetan pisau di punggung namun karena adrenalin naik setinggi-tingginya, membuat gue gak ngrasa sakit. Karena gue pun juga menyerang lawan dengan menyabet-nyabetkan pisau. Pada saat gue buka baju dan jongkok itulah baru ketahuan luka gue mayan parah. Gue pingsan gak lama kemudian."

Axel, gue penasaran dengan kondisi Axel pada saat pecah tawuran mematikan tersebut.

"Axel..apa yang terjadi dengannya?"

Kedua tangan Rido langsung terkepal saat gue bertanya tentang Axel.

"Si laknat itu menghilang !!! Dia tidak ada di antara kami pada saat terjadi tawuran. Tepat setelah dia mengumpulkan anak-anak dan membakar amarah kami, rupanya dia menghilang begitu saja. Beberapa teman yang berhasil lolos dari polisi, mencari hingga ke rumahnya namun rumah tersebut sudah kosong melompong. Nomor ponselnya juga sudah tidak aktif. Axel benar-benar raib ! Dia yang memulai perang ini dan ketika darah tertumpah, tiga nyawa melayang, puluhan anak luka berat hingga kritis dia hilang begitu saja. Baru beberapa minggu kemudian kami dapat info dari pihak sekolah bahwa 2 hari sebelum peristiwa tawuran, Axel sudah mundur dari sekolah kami dan pindah ke sekolah lain."

Parah, batin gue.

"Lalu apakah kalian tidak ada yang coba tracking jejak Axel?"

"Dia menjadi the most wanted bastard di seantero Kota RRR. Tentu saja segala upaya kami lakukan termasuk mencuri biodata Axel di ruang Administrasi sekolah. Di biodata tersebut tercantum alamat SMP Axel dan juga alamat rumahnya yang berada di Pulau Jawa. Axel ternyata saat SMP bersekolah di Kota SSS masih sama-sama di Pulau Sulawesi tetapi ujung dengan ujung. Lewat sosial media, kami mentracking anak SMP SWASTA SSS yang satu tingkat dengan Axel. Long story short, kami berhasil menemukan satu alamat Instagram dimana dia satu sekolah dengan Axel pada saat SMP. Sebut saja dia Andi. Setelah kami menjelaskan maksud dan menyertakan tautan berita peristiwa tawuran di Kota RRR, Andi baru percaya dan terbuka. Setelah DM-DM intens selama seminggu penuh, dari Andi kami mendapatkan banyak sekali fakta."

Rido berhenti dan matanya menerawang memandang ke arah pintu teras yang terbuka.

"Fakta bahwa Axel juga sudah melakukan hal serupa di SMP NEGERI SSS. Modusnya sama, dia anak pindahan dari kota lain. Dan dengan tipu muslihat dan kekuatannya dia banyak mendapat pengikut loyal. Pengikut yang siap tawuran dengan sekolah manapun demi memuluskan ambisi Axel jadi siswa nomor 1. Ketika BOOM ! Pecah tawuran timbul banyak korban, Axel menghilang pindah sekolah. Bahkan yang lebih mencengangkan, dalam 3 tahun Axel sudah pindah sekolah selama 3 kali alias berganti sekolah setiap tahun sekali. Dan sekolah yang ia tinggalkan semuanya berada dalam kekacauan karena terlibat keributan dengan sekolah lain.

Axel bisa bebas pindah sekolah karena pengaruh orang tua. Bokap si laknat itu bukan pengusaha biasa saja. Selain pengusaha  kelas kakap, dia juga sekjen Partai DPO. Partai yang menguasai mayoritas kursi dewan di Senayan saat ini. Dan tidak ada bukti langsung yang menghubungkan Axel dengan semua peristiwa tawuran.

Andi bahkan meminta kami mengurungkan niat untuk terus mencari Axel untuk balas dendam karena dia 'Untouchable' berkat pengaruh bokap dan sialnya, dia juga tangguh dalam urusan berantem.

Dari Andi pula, kami dapat julukan Axel yakni The Joker. Sama halnya dengan Axel yang sedari awal menjuluki dirinya di depan kami sebagai Axel The Joker.

Pada akhirnya kami benar-benar kehilangan jejak Axel dan membuat kami mesti merelakan kepergian Aldo dan Erwin. Tetapi setahun kemudian, tiba-tiba gue ketemu Axel tadi malam. WTF !!! Dia terlihat santai bahkan bersenang-senang. Namun gue pengecut Fer ! Gue gemeter tadi ketika Axel menatap. Bahkan dia secara tersirat masih mengenali gue!! Gue pengecut Fer ! Pengecut!" Ratap Rido sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

Gue benar-benar spechless mendengarnya. Di saat gue masih merasa sangsi dan sulit mempercayainya, tiba-tiba Rido menatap gue dengan wajah sembap.

"Fer ! Lo mesti hati-hati dengan Axel ! Semua sekolah yang ia datangi selalu terlibat dalam kekacauan besar !! 4 sekolah sudah jadi buktinya. Gue gak mau elo jadi salah satu korban dari Axel ! Apalagi reputasi sekolah lo benar-benar tempat ideal buat seorang The Joker. Gue gak mau lo mengalami hal yang sama seperti gue."

Modus Axel selalu sama. Dengan kekuatan dan pintar bersosialisasi, dia akan mencoba mendekati dan meraih simpati kalian para siswa bajingan yang punya nama. Setelah dia jadi orang nomor satu di sekolahan elo, dia akan memantik kekacauan yang lebih besar dengan menyerang sekolah lain. Tawuran mematikan dengan skala kerusakan yang lebih masif sementara dia hanya melihat dari jauh dan menikmati hasil karyanya. Itulah tujuan dia! Kalau mendengar cerita lo tentang sepak terjang Axel, kalian sudah berada di perangkap yang sudah ia susun. Fer, lo harus hentikan Axel secepatnya. Entah gimana caranya, kalian mesti membuat Axel segera angkat kaki dari sekolahan elo."

Peringatan dari Rido membuat bulu kuduk gue merinding. Semua perkataan Rido 100% benar. Sohib gue Axel adalah orang yang sama yang telah menjadi provokator jahat! Kalau gue ingat-ingat lagi, sedari pertama Axel masuk ke sekolah dia langsung bergerak cepat. Dia menghabisi satu persatu bajingan dari sesama kelas 1 seperti Oscar dan Budi. Setelah mengalahkan mereka berdua, termasuk gue dan sederet bajingan kelas 1 lainnya, Axel pernah cerita kalau dia sedang cari jalan masuk yang elegan. Jalan masuk menyulut pertikaian dengan anak Bloody Hell.

"Fer, kalau gue uda sukses hantam Boy. I'm number one bastard in this school haha," Ujar Axel kala itu.

Semua langkah Axel sama persis dengan destruction path yang sudah memakan 4 sekolah dalam tempo 3,5 tahun.

Keesokan harinya gue mengantar Rido kembali ke Kota RRR dengan memberi alasan urusan sekolah ke nyokap gue yang heran karena Rido pulang lebih awal. Ada satu hal yang cukup mengganjal ketika mengantar Rido menuju ke bandara. Namun gue agak canggung bertanya hal ini kepada Rido. Sampai hal tak terduga terjadi sebelum Rido masuk ke terminal keberangkatan.

"Fer, gue gak akan cerita ke teman-teman gue tentang keberadaan Axel di Kota XXX. Dia benar-benar di luar jangkauan kami. Gue cuma minta lo hati-hati dan waspada gerak-gerik Axel. Usir Axel pergi. Lebih cepat lebih baik bro."

Begitu pesan Rido. Dia seolah bisa ngebaca hal yang mengganjal dalam pikiran gue.

Niatnya gue memang akan jaga jarak dengan Axel dan mengamatinya. Gue tidak akan cerita kepada siapapun tentang masa lalu Axel. Hanya saja ketika akhirya gue ketemu Axel di acara pesta malam tahun baru di rumah Geri, gue benar-benar muak dengannya.

Gue lalu mengajak Axel bicara empat mata di kebun belakang rumah Geri. Begitu gue yakin situasi aman, gue lalu menghajar Axel tanpa ampun !! Hanya saja Axel tetap tenang, tidak membalas satupun serangan gue. Dan itu yang ngebuat gue makin murka.


"GUE UDAH TAHU SIAPA LO SEBENARNYA BANGAT!!!! JOKER MY ASS !!!!"

BUGH!

Gue hajar Axel sehingga ia terjatuh telentang di atas rumput. Meskipun hidung dan mulutnya sudah berdarah-darah, Axel malah tertawa.

"Jadi sepupu lo uda cerita semuanya tentang gue ya. Baguslah, gue gak perlu repot-repot cerita."

"Laknat lo Xel! Lo cuci tangan dan pergi begitu saja setelah jatuh korban. Pengecut!!! Ayo duel sama gue!!" kata gue berapi-api.

Namun Axel tetap tenang dan duduk di rerumputan sambil tertawa.

"Gue gak tahu apa saja yang sudah di ceritain sepupu. Tapi asumsi gue, dia sudah cerita A-Z tentang Joker, tentang masa lalu gue sebelum pindah ke sini. Namun apapun cerita yang lo dengar tentang gue. Yap ! Itu benar. Gue adalah aktor yang membuat kekacauan besar di tempat gue sekolah sebelumnya. Tangan yang terlihat bersih ini, sebenarnya penuh dengan darah. Gue menikmatinya....heuheuheu.."

PAGH!!

Gue tendang dagu Axel hingga ia terkapar. Namun tetap saja Axel masih bisa bangkit. Ia cuma meludahkan darah dari dalam mulutnya.

"Dan elo? Berniat ingin menghancurkan sekolahan kita juga!"

"Fuuh. Mantap juga tendangan elo Fer. Yap ! Tentu saja ! SMA NEGERI XXX akan menjadi mahakarya gue! A friggin right place to destroy."

PAGH !!

Kali ini Axel menghentikan tendangan gue ke arahnya.

"Kasih gue waktu buat ngomong. Setelah lo dengar semua omongan gue, keputusan ada di elo. Mau lo keep sendiri rahasia gue atau lo pergi kesana temuin anak-anak dan ceritain tentang masa lalu gue. Gue gak akan pergi kemana-mana. Kalau pilihan kedua yang lo ambil, i'm fine. Kalian gebukkin gue sampai mampus, gue pasrah. Mumpung gue uda bosan dengan hidup gue yang serba monoton. Such a boring life."

Gue terdiam. Setelah menimang-nimang, gue lalu memberikan waktu kepada Axel untuk membela diri atau sekedar mencari excuse atas tindakannya. Tindakan atau pilihan yang akan gue ambil, sepenuhnya tergantung dari penjelasan Axel.

"Sepuluh menit!!" tegas gue.

Gue jelas memasang sikap hati-hati dan tidak mencerna 100% omomgan Axel yang penuh racun. Gak mungkin, gak mungkin dia diam saja seandainya kami menghakimi Axel.

"Gue serius tentang perkataan gue sebelumnya bahwa gue ingin membuat kekacauan masif di SMA NEGERI XXX. Persetan dengan perjanjian damai dengan STM XXX. Damai itu membosankan! Akan tetapi.."
.
.
.
"Brengsek lu Fer, malah ngelamun," tegur Axel.

Gue tersenyum dan merasa lega bahwa gue sudah mengambil sikap yang tepat malam tersebut.

"Pertanyaan gue simpel Xel. Kenapa dan mengapa gue harus cerita masa lalu lo kepada Yandi. Bahkan kalau gue gak salah dengar, salah satu tujuan lo adalah ingin membuat Yandi marah. Ceritakan yang detail. Kalau gue rasa udah keterlaluan, gue gak akan ngikut permainan elo."

Axel tersenyum lalu ia bercerita panjang-lebar selama setengah jam. Kemudian ia bertanya.

Jadi gimana..Lo setuju sama rencana gue gak?"

Gue mikir keras mendengar tawaran ni anak. Tapi ini sudah berlebihan.

"Bangsat, gue gak sejahat itu jadi orang. Apalagi ke elo."

Ni anak malah senyum-senyum.

"Gue udah biasa di cap manusia hina, jadi sekali lagi dapat cap tersebut, gak ada bedanya, bukan?"

Gue masih mikir dan agak ragu-ragu. Karena kalau salah eksekusi, akibatnya bisa fatal.

"Ayolah Fer. Semua resiko gue yang tanggung. Udah mateng banget rencana gue. Selama lo gak setuju, rencana tersebut hanya tetap jadi rencana. Rencana gue ini akan mengubah peta persaingan bukan hanya di SMA NEGERI XXX tetapi juga berefek panjang. Begitu lo lulus, tantangan sebenarnya akan langsung di hadapi para generasi berikutnya. Namun gue yakin, selama dia yang pegang sekolah ini, kita bisa pergi dari sekolah ini dengan  tenang. "

The hell ! Ini anak rela di cap jadi bajingan hina oleh semua orang asal satu tujuan besarnya yakni menjadikan Yandi sebagai penerusnya terwujud.

"Oke. Gue bantu," jawab gue tegas.

Axel tersenyum lebar sekali.


***

13 Hari kemudian…

Gue asli kaget saat gue muncul dari air kolam renang, gue lihat Jojo sepupu Axel sudah duduk di kursi samping kolam renang dan ia melambaikan tangan seraya berkata.

"Halo Fer," sapanya.

"Eh halo bang," gue langsung berenang ke pinggir dan naik ke atas.

"Tumben banget lo kesini bang. Mana Axel? Yang makin hari makin jago akting."

"Ada. Bukan maksud gue ngeganggu waktu elo Fer tetapi gue kesini karena melaksanakan amanah. Dari Axel."

"Kurang aja benar adik sepupu lo itu bang ahaha. Repot pasti punya sepupu kayak Axel. Btw, santai aja bang. Selow. Eh kemana tuh anak? Udah lama gak ada kabarnya."

Kedatangan bang Jojo yang juga personil APOLLO 17 benar-benar mengejutkan. Kalau rumah, beberapa kali emang Axel ke rumah gue bareng sama bang Jojo. Jadi wajar kalau bang Jojo tahu dimana rumah gue bahkan ia langsung menyusul gue yang sedang berenang di belakang. Yang lebih membuat gue terkejut adalah maksud kedatangannya. Karena setiap ketemu bang Jojo pasti saat kami sedang bersama teman yang lain.

Sama satu lagi, pilihan kata 'amanah dari Axel' yang disebut bang Jojo terasa janggal.

Bang Jojo mengeluarkan Samsung S9 dari kantung kemeja lantas ia berikan kepada gue.

"Ini ponsel dari Axel. Ia mau lo yang simpan ponsel dia. Gue tahu lo pasti bingung dengan kedatangan gue kesini. Lo tonton video yang ada di galeri. Lo akan langsung paham," bang Jojo menepuk pundak gue lalu pergi. "Gue ada di depan kalau lo cari gue."

Axel nitip ponselnya ke gue? Apa-apaan nih? Feeling gue langsung buruk.

Gue pergi ke kamar mandi dekat kolam renang untuk bilas dan mandi sekalian. Setelah ganti baju, gue duduk di kursi yang tadi di duduki bang Jojo dan mulai mencari video  yang ada di galeri ponselnya.

Di dalam gallery ada beberapa video. Itu video-video gue sama Axel dan anak-anak ketika tiap kali selesai tawuran. Ketawa-ketiwi gak jelas sambil nahan perih karena luka lebam. Gue surprise karena Axel masih menyimpan ini semua. Gue lalu nemu satu video yang direkam tanggal 2 Januari 201x.

Gue klik.

Dan feeling gue langsung memburuk ketika melihat Axel di dalam video. Mukanya pucat sekali, bibirnya kering pecah-pecah, badannya semakin kurus. Dan ia mengenakan baju khas rumah sakit.


Halo bro.. hehe.  Gak usah kaget gitulah lihat penampilan gue sekarang. Gini-gini gue lebih ganteng daripada elo. Uhuk..uhukk.. Fer, lo percaya tentang karma gak? Kalau lo gak percaya sama karma, bahwa setiap perbuatan jahat akan mendapat balasannya. Nih kenalin gue bukti hidup bahwa karma itu ada. Gue mengidap kanker paru-paru stadium empat.
 Gue kena kanker bukan karena rokok tetapi faktor genetik bawaan dari kakek gue. Lucu ya bagaimana mekanisme karma itu terjadi. Lo orang yang tahu benar kenapa gue anggap kanker ini adalah karma. Masa lalu gue penuh darah dan tipu muslihat. Lima orang yang meninggal dari sekolahan gue yang lama jadi bukti kejahatan gue. Jadi saat gue tahu, gue kena kanker stadium lanjut, entah kenapa gue malah lega. Gue lega karena orang jahat kayak gue bakalan mati dengan cara yang yah cukup menyiksa. Dunia pasti tidak akan terima kalau gue meninggal dengan cara damai semisal  tertidur tanpa bangun lagi di usia 80 tahun. Gue terima penyakit ini dengan dada membusung. Jadi gue gak perlu repot-repot kemo atau menjalani prosedur pengobatan yang merepotkan. Fer, makasih ya. Lo udah percaya dan kasih gue kesempatan untuk berubah. Elo adalah salah satu alasan kenapa gue suka dan mulai nyaman  bersekolah di SMA NEGERI XXX. Maafin dosa-dosa gue ke elo.udah sering banget buat lo susah bahkan ngebela gue. Uhukk...uhukksss....hoekk.. Si..al..batuk gue makin menggila. Tapi..yaudahla..gue lega karena uda sempat bikin video ini. Karena gue yakin gua gak bisa minta maaf dan bilang terimakasih ke elo secara langsung. Oia.. gue minta satu hal ke elo. Gue yakin ini hal yang mudah. Setelah lo di wisuda dan resmi jadi dokter nanti, main ke kuburan gue yak.
 Bye fer. Nafas gue makin sesak. big Thanks for everything .


WTF...prank lo gak lucu anjing !!!!


= BERSAMBUNG = 

2 comments for "LPH #59"

  1. pertamax, tetap semangat nulisnya, master serpanth. have a nice day.

    ReplyDelete
  2. Mantap, Bosss...!!!

    Viva Kopi Mandheling...!!!

    ReplyDelete

Post a Comment