LPH #58
Episode 58
Sang Legenda bagian A
(POV SAW)
Akhirnya LPH bergerak malam ini setelah kurang lebih setahun kami vakum.
Dan SMA NEGERI XXX menjadi tempat bermain yang sempurna !!
Kami bertiga memiliki misi sekaligus kepentingan khusus di sini. Bahkan kami tidak peduli dengan apapun hasil tawuran anak SMA NEGERI XXX yang berlangsung di aula. Kami disini menunggu atau lebihnya tepatnya hendak menyergap dua orang yang secara terang-terangan menyepelekan “aturan yang seharusnya tidak boleh dilanggar dengan alasan apapun”.
Siapa lagi kalau bukan Opet dan Ander.
Turut campur ke dalam masalah yang sudah bukan ranah mereka lagi bahkan terlibat langsung, sama saja membuat kami LPH mesti turun tangan ‘membersihkan’ mereka berdua. Beberapa bulan lalu saat gue terima kabar kalau Opet dan Ander kembali ke kota ini, feeling gue mereka berdua jelas bukan untuk reuni atau sekedar bernostalgia di Kota XXX. Beberapa orang gue kirim untuk ‘mengamati’ mereka berdua. Kalau mereka memang bertujuan untuk cari ribut dengan orang sebayanya itu bukan urusan kami. Tetapi ketika mereka ikut campur secara terang-terangan dalam konflik SMA NEGERI XXX, sama saja mereka melintasi teritori terlarang.
VENOM pernah mengirim salah satu anak buahnya untuk memberikan peringatan kepada Opet dan Ander, bahwa ada aturan tidak tertulis di kalangan siswa nakal atau mantan bajingan di Kota XXX, bahwa alumni dilarang keras ikut campur. Akan ada hukuman buat para pelanggar. Namun keduanya justru meledek dan menghajar hingga anak buah VENOM terluka cukup parah. Saat dia sudah siuman, dia lalu menyampaikan perkataan Opet kepada VENOM.
Sebuah pesan yang membuat darah gue mendidih.
“Aturan sampah hanya untuk para sampah. LPH itu omong kosong ! Legenda bualan untuk sekedar menakut-nakuti saja ! Kalau lo bagian dari LPH, sampaikan ke bos kalian, gue gak takut!!”
VENOM mengatakan pesan tersebut di depan kami dengan tenang. Anjing ! Bisa ya dia tetap tenang ketika salah satu anak buahnya dikirim ke rumah sakit oleh Opet-Ander bahkan mereka juga sudah menyepelekan dan menghina LPH.
LPH, Last People Hood.
Komunitas bertopeng underground Kota XXX yang legendanya sudah lama gue dengar bahkan ketika gue masih SMP. LPH terdiri dari para bajingan pilihan yang tetap tinggal di Kota XXX setelah lulus SMA. Gue dan empat orang lainnya sudah berada di generasi yang ke 33. Dan Sudah 2 tahun terakhir ini kami berlima mengemban tugas ini. Tugas kami sederhana, menjaga segala konflik dan perseteruan antar sekolah tetap murni. Tidak boleh ada campur tangan para alumni. Begitu lulus SMA, putus sudah semua ikatan konflik maupun urusan sekolahan. Aturan tak tertulis ini membuat konflik yang terjadi tidak melebar kemana-mana. Terlebih banyak bajingan dari tiap sekolahan yang sudah lulus yang meneruskan hobinya dengan terlibat dalam “dunia hitam”. Dunia yang bisa merusak tatanan jika ikut campur dalam konflik anak sekolahan yang masih mengedepankan ego, gengsi, martabat sebagai remaja yang berdarah panas, haus akan eksistensi dan pengakuan menjadi yang terkuat. Untuk menjaga kemungkinan ada oknum mafia yang ikut campur, kami menjalin koneksi dengan beberapa representatif ketua yang ada d Kota XXX. Dari sekian banyak kelompok mafia, kami hanya berhubungan dengan dua saja. Dua tetapi menguasai semuanya.
Red Lotus, Triad asal China Daratan.
Kuroi-Ryu atau Black Dragon, Yakuza dari Jepang.
Dua mafia yang saling bersaing dan berusaha memangsa satu sama lain dengan cara yang halus.
Karena ada beberapa alumni sekolah yang terlibat di dalam kelompok itu dan cukup punya nama, mereka tahu tujuan kami dan bersedia memberikan perlindungan dengan cuma-cuma. Karena bagaimanapun Kota XXX dan puluhan Kota di sekitanya, berada dalam cengkeraman kedua organisasi tersebut. Mereka tidak ingin ada keributan tidak perlu yang melibatkan kelompok luar.
Sebenarnya ada satu lagi kelompok mafia lokal bernama JONG XXX yang kabarnya muak dengan keberadaan kelompok asing di Kota XXX. Imperialisme dalam dunia hitam pun ternyata juga ada.
Namun kabarnya kelompok ini sudah tidak aktif semenjak menghilangnya Bonar, pemimpin mereka. Ada isu bahwa Bonar dan JONG XXX sudah dihabisi oleh kedua mafia namun hal itu cukup susah dibuktikan kebenarannya karena beberapa kali gue masih menjumpai orang yang mengenakan atribut JONG XXX. “Mafia nasionalis” kalo kata teman-teman gue.
Meskipun legenda tentang LPH sudah cukup menyeramkan. Namun tetap saja ada sekumpulan anak tolol yang meremehkan. Bahkan mereka menggunakan atribut serta topeng yang mirip dengan LPH untuk memeras mencari uang jatah preman. Jika tidak di turuti, mereka tidak segan akan bertindak kasar. Karena kami mulai gerah, suatu hari kami mejemput mereka. 6 orang yang meresahkani ini kami bawa dan eksekusi. 1 mati, 2 lumpuh total dan 3 cacat permanen.
Jadi dengan segala historis LPH yang sakral, gue jelas gak terima nama LPH di hina ! Gue bereaksi keras dan berniat muncul di depan muka Ander - Opet. Meladeni mereka berdua sekaligus bukan hal yang baru buat gue. Masa-masa SMA gue udah kenyang baku hantam dengan kelompok Bloody Hell termasuk mereka berdua yang menjadi salah satu orang penting di kelompok tersebut. Pada dasarnya anak Bloody Hell tidak setangguh yang mereka kira. Semuanya hanya para bajingan pengecut yang bersembunyi di balik nama besar Boy, satu nama yang sangat ditakuti semua siswa bajingan di Kota XXX beberapa tahun yang lalu. Boy memang parah sih. Sayang, saat nama Boy sudah panas-panasnya, bos kami sudah memutuskan tobat masalah beginian.
Hanya saja usul gue tersebut di tolak mentah-mentah oleh PIG dan GUY. Karena belum ada keterlibatan langsung keduanya, kami gak boleh turun tangan. Jadi dengan kata lain, wait n see. Biarkan keduanya bersenang-senang dahulu saat tawuran yang jelas berat sebelah. Ketika sudah usai, akan kami ciduk mereka berdua.
Begitulah rencana kedatangan kami menyelinap di sekolah SMA NEGERI XXX. Kami terpaksa menyelinap karena tanpa kami duga, gerbang sekolah di jaga cukup ketat. Berkat saran GUY, kami masuk ke area sekolahan ini lewat gedung sebelah. Gedung pertemuan Kota yang pekarangannya dijadikan kantung parkir motor dan mobil malam tahun baru sehingga ramai dan membuat kami mudah untuk menyusup ke lantai atas.
Saran GUY emang anjing kayak orangnya. Kami pikir ada tembusan atau cukup melewati tembok yang bisa di panjat. Rupanya tembok gedung yang berbatasan langsung dengan sekolah SMA NEGERI XXX tinggi sekali sekitar 5-6 meter ! Tidak mungkin kami panjat.
“Kalian naik ke lantai dua. Nah di dekat toilet gedung pertemuan kan dekat tangga. Kalian tinggal naik ke pagar tangga terus loncat ke tembok bawah dikit karena posisi pagar besi di tangga lebih tinggi daripada dinding pembatas SMA NEGERI XXX. Dari dinding pembatas, di bawahnya biasa di pake buat numpuk meja. Jadi enak turunnya.”
Begitu tadi saran GUY saat gue telepon.
Tapi saran GUY melesat! Pagar besi yang niatnya bisa dijadikn tempat pijakan buat kami sudah ketemu, masalahnya adalah dinding luar gedung sudah ditinggikan!! Saat gue kesal karena gue telepon GUY gak di angkat. VENOM lalu punya ide untuk melompat dari pagar besi ke dinding tersebut.
“Gampang. Itu di atas dinding ada besi cakar ayam yang bisa jadi pegangan tuh. Gak ada serpihan kaca anti maling karena gak ada yang mengira akan ada maling nekat naik dinding segini tinggi,” ujar VENOM santai.
“Hmm, iya kayaknya kalau kita loncat dari sini ke pegangan itu cuma 1 meter lebarnya dan bisalah kita raih itu pegangan besi,” timpal PIG.
Gue cuma melirik ke arah mereka berdua. Bidji tuyul, umpat gue. Ya gampang buat mereka berdua. VENOM itu anak parkour sementara PIG itu doyan ikut lomba lari maraton dan hobi renang. Singkatnya, badan mereka udah atletis. Lah gue? Keringetan cuma pas wik-wik doang. Sepertinya mereka menyadari kalau gue agak keberatan dengan opsi meloncat dari sini dan meraih ujung pegangan. Memang jaraknya cuma 1 meteran sih tetapi kalau gue gagal meraih pegangan, gue bisa jatuh ke bawah 5 meter men !!
“Takut lo?”sindir VENOM.
PIG tertawa sambil menyindirnya. “Kayaknnya ada yang keringetan nih.”
“Makanya olahraga !! Jangan cuma nyari dan buang duit doang. SAW, perhatikan gue. Tenang, jangan lihat ke bawah. Kalau lo liat bawah, lo pasti mikir gimana kalau loncat terus jatuh. Ya minimal patah kaki sama malu ma orang sih,haha,” ujar VENOM yang malah kesenangan ngecengin gue.
“Bangsat emang lo pada!” emosi juga gue di bully dua orang ini. Sepertinya salah satu resolusi buat tahun ini adalah rutin olahraga yang benar.
Karena terpancing emosi dan ego gue yang tinggi timbul, entah kenapa gue malah nekat yang pertama meloncat tanpa pikir panjang ! Dan..BERHASIL !!! Darah gue berdesir ketika gue bergantungan di pinggir tembok setinggi 5 meter.
“AHAHAHAH KEPANCING JUGA DIA, KEREN-KEREN. UDAH CEPETAN NAIK, JANGAN GANTUNGAN MULU KEK MONYET !” teriak VENOM.
Setelah mengeratkan pegangan, gue lalu menarik badan hingga akhirnya bisa duduk di tembok. Sekitar 30 cm ada tembok lagi, tembok milik SMA NEGERI XXX. Dan syukurlah tembok tersebut lebih pendek dan gak jauh. Gue tinggal melangkah turun dan tepat seperti kata GUY, di dekat tembok ini ada banyak tumpukan meja-meja dan ada penerangan. Sepertinya ini tempat buntu jadi tempat menaruh barang-barang rusak. Semoga gak rapuh aja. Bisa berabe kalau gue loncat ke bawah lalu mejanya ambrol. Dengan berhati-hati dan memilih tempa pijakan di meja sana, gue pegangan di tembok baru turun sehingga tidak terlalu membebani meja.
HAP !
Begitu sudah berdiri di atas meja, gue segera meloncat turun dan aman !!!
Tak lama kemudian kedua teman gue sudah menyusul gue. Kami bertiga kini sudah berada di salah satu bagian dalam wilayah SMA NEGERI XXX. Lalu kami mengenakan topeng masing-masing yang kami simpan di balik jaket.
SAW, PIG dan SAW bersiap untuk memulai misi!
Karena kami tahu sekolah ini dijaga ketat, kami pun berjalan pelan dan lebih berhati-hati. Sebisa mungkin kami menghindari konfrontasi. PIG yang berjalan di depan karena dia cukup hapal area sekolah sini karena masih sering ikutan festival clothing yang di selenggarakan di halaman tengah sekolah. Beruntung lampu yang menyala hanyalah lampu di taman-taman yang ada di depan tiap kelas, dan suara terompet serta petasan masih terdengar, meskipun tidak seramai tadi, menjadi kamuflase yang sempurna. Jadi kami tersembunyi dalam kegelapan lorong-lorong sekolahan. Sepertinya kami berada di bagian dalam sekolahan dekat gudang dan parkiran motor yang tersembunyi. Agak seram juga berkeliaran di sekolahan jam 1 pagi.
“Sebaiknya kita menunggu di lantai 2 gedung kelas 1, karena di situ kita bisa mengamati dengan leluasa siapa saja yang keluar masuk ke aula. Itu gedung kelas 1.” bisik PIG saat kami bertiga berhenti di dekat gedung kelas 2 kalau gue gak salah baca papan yang gue lewati tadi.
Namun saat PIG hendak menyeberangi langsung, VENOM mencegah dan membuat gestur agar kami tidak bersuara.
“Gue dengar sesuatu di atas. Tepat di atas kita,” bisik VENOM.
Di saat kami sedang memasang kuping baik-baik, dari atas terdengar suara pintu yang ditendang dan sekilas umpatan seseorang. Kami berpandangan dan tak lama kemudian dari arah lorong di ujung, kami melihat salah seorang turun lalu menghilang entah kemana.
“Sepertinya bukan cuma kita yang punya hidden agenda di sini, “ bisik VENOM.
“Siapa mereka?” tanya gue.
“Entahlah, yang jelas bukan anak sekolah sini karena semuanya sudah berada di dalam aula. Tidak mungkin ada bajingan yang melewatkan acara seseru di dalam dan memilih bersembunyi di sini.”
“Sepertinya info dari GUY benar, akan ada banyak pihak yang mengintai tawuran di dalam. Kita sikat saja semua orang yang ada di atas, karena tidak boleh ada pihak lain yang beresiko mengganggu misi kita,” saran VENOM sambil mengeluarkan satu buah brass knuckle yang segera ia kenakan di jemari kanannya.
Jarang-jarang VENOM langsung memakai brass knuckle, ini berarti ia ingin kami menyergap dan menghabisi siapapun yang ada di atas dengan cepat. Karena kami tidak tahu ada berapa ada orang di sana, jadi kami mesti menyerang dengan seefektif mungkin. Gue dan PIG melakukan hal yang sama yakni memasang brass knuckle.
“Eh yang satu orang yang tadi turun gimana?” tanya gue saat ingat ada satu orang yang turun tadi.
“SAW, Lo naik sama gue Biar PIG sikat siapapun yang datang dari bawah, untuk antisipasi orang yang tadi turun, bisa saja ia kembali naik ke atas bersama dengan beberapa orang.”
PIG mengangguk lalu ia berjalan bersembunyi di tempat gelap dekat dengan tangga, agar ia bisa tahu siapapun yang naik ke atas karena ada keributan ketika gue dan VENOM menyerbu kelompok di atas.
“Jadi kita langsung hajar atau tanya-tanya dulu?”
“Hajar saja, sampai pingsan. Kalau ternyata mereka anak sekolah sini, ya itu resiko jadi anjing penjaga. Lo siap?”tanya Venom.
“Udah ! Gregetan gue kalau pakai topeng ini tapi gak berantem sama orang.”
VENOM mengangguk kemudian berlari ke atas dan gue menyusul di belakangnya. Karena sepatu kets yang kami kenakan termasuk ringan, membuat tidak banyak suara yang terdengar. Siapapun orang yang berada di atas, pasti terkejut bukan main karena ada dua bayangan biru melesat dengan cepat dan menyerang dengan tiba-tiba.
Dan benar saja, satu orang yang berdiri paling dekat dengan VENOM langsung roboh saat rahangnya dihantam dengan keras, disusul dengan tendangan ke arah kepala untuk pria malang yang sedang duduk memangku tongkat bisbol. Gue tidak mau kalah ! Satu pukulan kanan gue mengenai kuping lawan yang masih kaget karena serangan kami yang tiba-tiba. Satu temannya bereaksi dengan mengayunkan sesuatu ke arah gue. Gue mengelak ke samping, ternyata dia hendak menusuk gue dengan pisau lipat !!
Aniing ! Pakai pisau segala! Gue lalu cengkeram pergelangan tangannya dan gue arahkan pisau yang ia pegang ke pahanya sendiri hingga pisaunya terbenam di paha kanan dia sendiri !
Haha senjata makan tuan anjing !
Suasana yang tadinya tenang berubah chaos. Lorong depan kelas ini menjadi arena penyergapan kami melawan kelompok tak dikenal. Dua orang yang melolong kesakitan segera gue hantam hingga pingsan. Gue dan VENOM pun terlibat perkelahian jalanan dalam lorong sempit. Gue menunduk ketika melihat sekelebatan stik bisbol di ayunkan menyamping, meleset ! Gue kirim uppercut kiri hingga pegangan stiknya terlepas. Gue jambak rambutnya dan gue dorong ke arah temannnya. Mereka berdua terjatuh ke lantai. Gue susul serangan dengan menginjak-injak punggung orang yang tertelungkup. Gue pukul wajahnya dari atas dan tak luput juga menyerang orang yang tidak bisa bangun karena tertindih temannya. Gue pukul beberapa kali ke bagian hidungnya hingga berdarah-darah sebelum ia pingsan.
Semua efek pukulan menjadi semakin berlipat sakitnya dengan adanya brass knuckle custom buatan GUY. Setiap brass knuckle terbuat dari besi yang sudah disesuaikan dengan ukuran jari kami masing-masing sehingga nyaman di pakai. Tak heran jika orang yang sudah kami hantam tidak sanggup untuk bangkit melawan.
Karena asyik menghajar dua orang ini, gue jadi lengah dan tidak menyadari ada pipa besi terayun di atas kepala gue.
TRANK !!!
Suara dua pipa besi yang beradu terdengar. Gue mendongak dan melihat VENOM menahan pukulan yang mengarah ke kepalaku dengan menggunakan pipa besi yang ia rampas dari salah satu lawan.
NYARIS GUE MATI !
Gue langsung pukul lutut kanan penyerang gue dengan brass knuckle, hingga ia mengerang. VENOM memanfaatkan waktu dengan berputar dan berada di belakang si penyerang dan mencekik leher orang ini dengan tongkat besi pas di depan tenggorokannya. Wajah orang ini langsung memerah matanya melotot dan gelagapan karena tercekik. Sebelum ia mati kehabisan nafas, gue hantam pipinya hingga ia pingsan dan dari mulutnya mengucur darah.
Suasana yang tadinya chaos langsung kembali sepi, setelah semua orang kami lumpuhkan. Hanya terdengar suara nafas kami panjang-pendek. Gue dan VENOM lalu berdiri di tengah kumpulan orang yang sudah tergeletak pingsan dengan berbagai macam pose. Ada satu orang yang posisi tangannya sedikit aneh.
“Gue patahin tangannya karena ia menyerang gue dengan parang,” terang VENOM karena gue mengamati ini orang.
“Anjing. Sama, gue tadi juga di serang dengan pisau. Udah habis nih semua orang?”
“Sepertinya begitu.”
Lalu gue lihat dari arah tangga, ada satu orang yang berdiri diam memandang gue yang mengenakan topeng. Antara ia kaget atau takut melihat topeng gue atau karena gemetaran karena melihat temannya bergelimpangan di lantai, susah di pastikan.
“Ada satu orang lagi, muncul dari bawah. PIG di bawah ngapain aja sih? Cuma satu orang aja bisa lolos, bisik gue ke VENOM.
Tiba-tiba satu orang itu berbalik badan hendak lari. Namun ia kembali terkaget-kaget saat melihat orang mengenakan topeng kepala babi muncul dari bawah.
Entah apa yang dikatakan PIG sehingga orang itu menyerang PIG mengunakan sesuatu yang ia keluarkan dari balik baju. Serangan yang berbau panik jelas dengan muidah di elakkan oleh PIG. Dan
BANG !!
Satu tinju PIG mendarat di wajah si penyerang sehingga senjatanya terlepas dan jatuh. PIG lalu memegang kaki dan baju orang malang tersebut dan di lemparkan hingga keluar balkon. Suara gemeresak disusul suara berdebum pun terdengar di bawah sana.
“Taik, anak orang di lempar dari lantai dua, hahaha,” kata gue sambil melihat ke bawah. Gue lihat orang tersebut tertelungkup di antara taman bunga yang ada di bawah sana. Kemungkinan besar gak mati sih.
“Lo cuma beresin satu orang, heboh bener,” tegur VENOM.
“Hehe, gue tadi mastiin kalau orang itu sendirian. Dan setelah ia memang sendirian, baru gue susul. Udah beres kan? Satu...dua....hmmm...sembilan orang ya yang di sini? Boleh juga dua lawan sembilan beres dalam hitungan 10 menit.”
“Sembilan di tambah satu orang yang elo lempar, total ada sepuluh orang dan mereka bersenjata. Lebih dari cukup untuk membunuh orang. PIG, lo bawa kesini orang yang lo lempar lagi. Jadiin satu disini,” kata gue.
“Ngapain mesti gue bawa ke atas?”
“Feeling gue, masih banyak tamu tak di undang yang akan datang kesini, jadi kita tak boleh menimbulkan kecurigaan barang sedikitpun.”
“Shit, tau gitu gak gue lempar tuh orang,” gerutu PIG sambil turun ke bawah.
“Mati gak dia?” tanya gue saat melihat PIG menyeret orang yang tadi ia lemparkan dari atas sini. Gila sih dia hahaha. PIG menyeret anak malang ini sehingga terkumpul sepuluh orang yang jelas berniat busuk.
“Enggaklah, bajingan kek gini gak mungkin mati segini mudah. Tadi dia sempat kesangkut di pohon sebelum jatuh jadi paling gegar otak dikit.”
“Cek masing-masing ada yang kalian kenal gak?” kata gue kepada PIG dan VENOM. “Kalau gue gak ada yang gue kenal sama sekali.”
“Cih. Jangankan inget tampang bajingan. Sama cewek yang lo tidurin semalam aja udah lupa wajahnya,” sahut VENOM.
“Hahaha bangke.”
“Kalau gue dengar lo kena AIDS gara-gara sering nyolok lubang pantat, pergi jauh-jauh gih,” ujar VENOM.
“Haha gue main amanlah. Percuma kalau pas LPH beraksi dimana muka kita tutup dengan topeng, tetapi pas gue ngebo’ol malah gak pake kondom, kan tolol.” balas gue sambil ketawa.
“Anjing lo berdua malah bacot gak jelas. Dari sepuluh orang ini, gue cuma tahu satu orang. Nih si botak. Namanya Abe. Dulu dia anak Bloody Hell berani datang ke sekolahan gue untuk membuat keributan. Masih punya nyali juga dia masih sok jagoan. Masih belum puas rupanya mulutnya pernah gue sumpal pake sepatu,” komen PIG yang masih jongkok dan memperhatikan sepuluh orang yang beberapa saat sebelumnya kami bantai bertiga.
VENOM lalu berkeliling dan menyenter muka orang-orang malang ini. kemudian VENOM berdiri, “Kalau nama gue gak tahu, Cuma beberapa orang disini udah gak asing dengan tampangnya. Dan 100% gue yakin ini orang gerombolan Bloody Hell.”
“Berarti mereka..juga sudah melanggar aturan?”
VENOM mengangguk. “Kita tidak tahu sasaran mereka, tetapi keadaan yang membuat kita mesti menghukum mereka.”
“Eh kalian berdua diam, ada mobil masuk !” bisik PIG yang menunduk berlindung di balik tepian dinding pembatas. Kami berdua pun langsung bersembunyi. Dari sini kami mendengar ternyata bukan hanya satu, tetapi dua, tiga, empat, lima pokoknya banyak sekali mobil jeep masuk. Beberapa bahkan terdengar memiliki mesin berat. Gue lalu mengitip ke bawah.
Gue terperanjat melihat di lapangan kini berkumpul banyak sekali mobil bahkan bus berderet !!
“Gila…kalian mesti lihat sendiri! Unbelieveable!”
Perkataan gue membuat penasaran VENOM dan PIG. Meskipun keduanya memakai topeng tetapi gue yakin ekspresi mereka sama terkejut dengan apa yang gue rasakan barusan. Yang menambah kesan misterius armada ini adalah tidak ada satu orang pun yang keluar dari mobil. Di saat kami tengah terpaku dengan kedatangan iring-iringan mobil dan bus, dari arah aula kami melihat ada satu orang berlari. Ia sempat terperanjat kaget saat matanya kena sorot dari bus. Lalu ia kembali berlari namun salah seorang pria berbadan keluar dari mobil dan menangkap anak ini.ternyata di belakang anak ini ada dua sampai tiga orang yang berlari sambil berteriak. Entah apa teriakannya yang jelas mereka terlihat marah, sehingga kembali beberapa orang turun dari mobil dan menangkap mereka. Lalu suasana menjadi ricuh saat dari arah aula muncul empat orang tengah memapah satu orang yang sudah terkulai. Tiba-tiba saja entah dari mana muncul tandu yang dibawa empat orang. anak yang sudah terkulai ini sepertinya mengalami luka yang sangat parah. Sampai ia langsung di gotong masuk ke dalam mobil dan kemudian pergi melesat.
Kericuhan ini membuat tidak ada yang menyadari bahwa ada satu orang yang naik menuju aula dengan cara sembunyi-sembunyi.
“Hohoho,kalian lihat ada sesorang yang memanfaatkan keributan di bawah dan menyelinap masuk?”
“Kami lihat. Dari posisi kita, memang kelihatan jelas. SAW, lo kenal orang yang tadi masuk?” tanya VENOM.
“Sepertinya…dari cara ia berjalan, gue tahu namun entahlah.wajahnya kurang jelas.”
“Axel. Axel yang barusan masuk. Gue melihat dengan jelas,” terang PIG.
Iya, dugaan gue tadi adalah sama dengan yang PIG katakan Axel. Lalu nalar gue mulai bekerja menghubungkan kesepuluh orang yang kami lumpuhkan dengan Axel. Alumni SMA NEGERI XXX, Bloody Hell dan Axel. Sudah kentara sekali benang merahnya! siapapun tahu betapa sengitnya Axel menghadapi Bloody Hell.
“Sepertinya gue tahu tujuan kesepuluh bangsat ini bersembunyi, mereka bertujuan untuk menyerang Axel. Lebih tepatnya mencegah Axel untuk ikut campur di dalam. Tentu dengan ketiadaan Axel, akan menguntungkan pihak Oscar,” kata gue.
“Dan itu sesuai dengan laporan anak-anak kalau Opet dan Ander sejak awal kedatangan mereka ke Kota, mereka dekat dengan Oscar. Logis jika Oscar-lah yang meminta mereka berdua datang kesini, padahal Oscar jelas tahu ada hukuman bagi siapa saja yang meminta alumni untuk terlibat secara langsung, secara fisik dalam konflik. Kita tidak bisa menghakimi jika alumni hanya memberikan saran atau arahan karena sukar untuk dibuktikan, “ ujar VENOM.
“Jadi tambah lagi nih peserta malam ini? Oscar, Opet dan Ander,” tegas gue.
“Hoho. Bungkus !”seru PIG.
Kami kemudian melepas topeng sejenak untuk merokok namun tetap berhati-hati jangan sampai ada yang tahu keberadaan kami. Sampai akhirnya di bawah terdengar suara ribut orang berteriak. Malam yang tadinya tenang kini bak penuh dengan pemandangan para remaja yang di tandu menuju jeep. Beberapa anak yang masih kuat berjalan di giring masuk ke dalam bus.
“Gawat, sepertinya setelah tawuran usai, mereka akan di pindahkan dengan bus!”
“Bisa jadi ketiga sasaran kita juga akan di pindah, ayo cepat kita turun dan berpura-pura menjadi petugas medis. Kita mesti mengamankan ketiganya malam ini juga! Masukkan topeng kalian dan berbaur, mumpung suasana masih keruh,” ujar VENOM tegas.
Gue dan PIG jelas setuju dengan pendapat VENOM. Kami bukan hanya melepas topeng namun juga jaket biru. “nanti kita bawa ketiganya ke atas sini langsung.ambil jalan mutar di belakang Koperasi agar tidak ada yang curiga.”
Kami bertiga langsung beraksi dengan menyaru menjadi petugas medis berbekal tandu yang kami ambil di salah satu jeep. Kami bertiga segera menuju aula dan mendapati puluhan orang terkapar di lantai dengan berbagai macam kondisi. Untung kami dengan cepat menemukan Opet yang cukup mencolok. Dengan menggunakan tandu, kami membopong Opet yang pingsan diam-diam dan berhasil. Tidak ada yang menyadarinya. Begitu juga dengan ketika kami membawa Ander yang pingsan dengan mulut berbusa. Hanya saja kami gagal mengambil Oscar karena ia terlebih dahulu di evakuasi.
Oke,tunggu saja giliran lo, batin gue saat mendapati kami gagal menjemput Oscar. Kami bertiga menunggu sampai sekolah yang tadinya ribut mulai lengang, ada mungkin sekitar setengah jam. Setelah mengenakan kembali jaket dan topeng, kami memeriksa sekilas konfdisi Opet dan Ander. Opet seperti terluka parah di bagian kaki sementara Ander di bagian kepala. Namun mereka masih hidup.
“Gue telepon GUY dulu bentar.”
Saat menelepon GUY, dengan ringkas gue jelaskan apa yang terjadi di sini. Ketika gue bertanya, “Jadi…kita apain nih dua bangket?”
Jawaban GUY terdengar sesuai yang kami mau.
“Kita bawa ke tempat biasa seperti yang sudah-sudah. Street Judgement. Tunggu 5 menit, ada dua anak gue bawa mobil jemput kalian.”
“Oke, mobil langsung ke lapangan sekolah saja. Situasi sudah aman, tidak ada yang berjaga. Ini dua calon mayat berat banget.”
Sambil menunggu mobil, kami bertig berbincang santai karena misi boleh dikatakan sukses.
“Kangen gue masa-masa kek gini.” ujar PIG.
“Iya sama,” tambah VENOM.
“Idem. Tetapi jaman kita gak serapi ini bahkan sampai ada bus, mobil dan pasukan medis yang nungguin kita. Di tunggu Polisi sih iya. Bonus di gebukkin pula,” kata gue.
“Jadi tenyata rumor itu benar. Bahwa ada orang yang sengaja yang ,membackup tawuran semasif ini. Bahkan memfasilitasinya dengan rapi terorganisir. seorang siswa macam Bram tidak mungkin mampu menyiapkan ini semua sendirian,” kata VENOM .
“Jack? Bram dan Jack kan udah sering main bareng pas Bram masih aktif membalap di DEATHWISH,” celetuk gue.
“Hei, kalian berdua serius masih main tebak-tebakkan tentang orang yang membantu Bram?” tukas PIG.
“Emang lo tahu?” balas gue.
“Kalian tahu nama kepala sekolah SMA NEGERI XXX yang sekarang ini?”
“Toro …atau Tono siapa gitu.” Jawab Venom.
“Soni kali..” tambah gue.
Sepertinya jawaban kami berdua membuat senewen PIG sampai ia menggelengkan kepalanya.
“benar-benar parah lo pada. Nama lengkap Kepsek di sekolah ini saat ini adalah Tomo Pujianto. Kalau gue tanya, pernah dengar tentang siswa yang dijuluki THE TANK, yang disebut bajingan pernah ada di Kota XXX dan jadi legenda dimana-mana di kalangan para bajingan sampai sekarang?”
“Ya tahulah !” jawab gue cepat.
Haram hukumnya buat para bajingan tidak tahu tentang kisah legendaris THE GREATEST BASTARD EVER BORN IN XXX CITY, TOMO THE TANK. Eh, Tomo..kok agak mirip dengan nama yang disebut PIG.
“ANJINGGGGG !!!! kenapa gue baru ngeh sekarang!” seru VENOM sambil menepuk jidatnya.
TENTU SAJA ! batin gue.
“TOMO PUJIANTO a.k.a TOMO THE TANK adalah orang yang sama. Dan saat ini dia menjadi orang nomor satu di sekolah ini. What a fucking beautifull story. Haha!” kata gue.
“Nah anjing lo pada baru ngerti sekarang, bikin malu aja lo hal sebesar ini kalian baru paham sekarang. Jadi, udah kejawab kan siapa orang yang mampu membantu rencana Bram.” Kata PIG santai.
“Wohohohoho!! Makin seru aja ini sekolah hahaha.”
Tak lama kemudian, dua mobil Avanza datang dan berhenti di tengah lapangan. Kedua orang yang membawa mobil, keluar . kami mengenali keduanya. Mereka anak buah GUY.
“Eh kita tinggal ni sepuluh curut?” tanya gue.
“Lo bawa pulang aja sana, lo rawat. YA KITA TINGGAL LAH !” jawab PIG ketus.
“Hahah babi lo ! cocok benar sama topeng.”
Setelah memasukkan Opet dan Ander ke masing-masing mobil. Kami naik. Gue semobil dengan VENOM. Sementara PIG di mobil satunya. Kini kami semua menuju ke tempat yang biasa kami jadikan tempat untuk menghukum para pelanggar aturan, The Catacomb. Satu ruang bawah tanah yang dulu awalnya hendak dibangun untuk projek kereta bawah tanah, namun projek tersebut terhenti setelah para pejabat yang menggagas proyek ini banyak masuk penjara karena korupsi.
Alhasil ruang bawah tanah yang hendak di jadikan stasiun pun tidak terpakai. Dan hal itu menjadi lokasi favorit kami para bajingan bawah tanah untuk bersenang-senang.
THE JUDGEMENT STREET !
***
Ketika kami sampai di Catacomb, wuih sudah ramai dengan para bajingan yang bertopeng. Petromax pun sudah terpasang dimana-mana sehingga membuat keadaan jadi terang dan leluasa melihat di bagian dalam. Meskipun bertopeng, pada dasarnya kami sudah saling kenal di kehidupan normal sana dan bersikap biasa saja. Yang terjadi di bawah tanah, biarlah tetap di bawah sana. tidak boleh dibicarakan sembarangan. Dan komunitas kami ini sudah steril dari para penyusup. Ada kata sandi setiap pertemuan di ubah-ubah. 1 kelompok mendapat 1 sandi khusus, yang mesti di ucapkan di depan guardian. Salah sedikit, topeng mesti dibuka dan ia akan ikut dijadikan tumbal.
Di ujung sana gue melihat beberapa orang mengenakan topeng yang identik dengan GUY sudah bergerombol. THE WHITE GUY.
Dan tak lama kemudian dari atas undakan, ada seseorang berjaket hitam berjalan menuruni tangga dengan santai mengenakan topeng Anonymous berrwarna keemasan.
GUY menghampiri lalu menyalami kami bertiga, “Beres?”
“Ya.” jawab kami serempak.
“Sorry, gue gak bisa ikut tadi karena-”
“Santai GUY. Kami ngerti. No problem,” sahut VENOM.
Kami berempat lalu melihat persiapan sudah selesai. sang terhukum sudah di tempatkan di tengah-tengah. Ketika gue hendak meminta salah seorang untuk menyiram muka Ander dan Opet dengan cairan khusus, GUY meminta orang tersebut untuk menunggu.
“Siapa yang lo tunggu GUY?” tanya gue.
“Teman kita yang sudah lama menghilang, dia memutuskan kembali malam ini”
“Serius?DEAD kesini?”
“Tuh mereka datang,” jawan GUY sambil menunjuk ke arah belakang.
Dari arah terowongan yang gelap muncul segerombolan orang serba hitam. Wajah mereka tertutup semua dengan menggunakan buff full face bercorak tengkorak model 8 bit. Di tengah mereka muncul satu orang berpakaian serba hitam dari jaket bertudung hingga sepatu. Dia satu-satunya yang mengenakan topeng DEADSEC. Dia adalah DEAD salah satu dari kami yang lama vakum. Namun dia malam ini memutuskan kembali, entah apa ada hubungannya dengan Opet dan Ander. Kalaupun iya ada kaitannya dengan kedua orang ini, bisa jadi ada nyawa lepas malam ini. karena gue tahu benar siapa orang di balik di topeng DEAD.
Dia adalah Dewa, mantan bajingan paling cadas yang berasal dari STM XXX. Bajingan yang sudah dikalahkan oleh Boy. Juga menjadi bajingan yang sama yang sudah menjadi mentor untuk Anton, monster gila yang jadi orang nomor satu di STM XXX sekarang ini. Dewa sepertinya tidak ingin melewatkan kesempatan menghabisi Opet dan Ander malam ini.
Setelah formasi lengkap, kami berlima lalu berdiri membentuk lingkaran, dan anak buah masing-masing kru, berbaris di belakang. Sementara Opet dan dan Ander menjadi titik fokus.
Satu anggukan dari GUY, menjadi tanda bagi salah seorang untuk maju dan menuangkan minyak kayu putih ke muka keduanya. Sontak mereka langsung tersadar karena tajamnya bau dari kayu putih.
Kami diam menatap keduanya yang nampak seperti orang linglung.
GUY lalu maju selangkah dan berkata singkat,
“Selamat datang di Catacomb ! kami adalah LPH, Last Peoples Hood, Komunitas orang-orang terakhir di bawah tanah yang menjaga keteraturan anarki di Kota XXX. Tanpa aturan, kita tak ubahnya sama dengan hewan. Kalian berdua sudah melanggar aturan dan judgement street akan diberlakukan mulai dari sekarang !”
Kami berlima lalu memakai brass knuckle, bukan hanya di salah satu tangan, namun kedua tangan kami masing-masing sudah. Sementara anak-anak yang lain sudah mengeluarkan senjata masing-masing. Ada yang membawa stik baton, balok kayu, pemukul softball dari besi, rantai, gir besi, martil dan silet besar.
Rule nya sederhana. Bebas mau menyerang atau menyiksa dengan benda apa saja. Asal jangan mengincar leher hingga kepala. Intinya jangan sampai mati di sini deh !
Ander dan Opet, mereka tahu mereka dalam masalah besar. Mereka mulai ketakutan. Mereka mulai mengiba-iba. Namun semua sudah terlambat.
Salah seorang lalu maju memukul punggung Opet dengan stik baseball hingga tersungkur. Begitu ia jatuh terkapar, satu orang menyayat betis Opet dengan silet dan ditancapkan ke belakang lutut.
CTIK !
Ia mematahkan silet sehingga tetap menancap terbenam di balik lutut kanan Opet. Jika Opet sudah menjadi bulan-bulanan, Ander masih memiliki tenaga untuk sedikik memberikan perlawanan. Ia memukul mundur siapa saja yang mendekat namun kemudian anak buah DEAD melemparkan rantai besi sehingga membelit kaki Opet dan ia terjatuh. Dengan posisi tengkurap dan punggung terbuka, gue lihat DEAD mengeluarkan palu godam yang ia hantamkan di punggung belakang Ander. Bebrapa kali.
“Anjing bangsat, DEAD berniat meremukkan tulang belakang Ander..” bisik VENOM.
Teriakan dan lolongan kedua orang ini sungguh memekakkan telinga. Gue lalu mengenakan headset dan menyetel lagu kebangsaan sebelum gue ambil bagian !!! Dan begitu alunan suara nan brutal ini mengalir ke kepala, seketika itu juga, gue sudah kerasukan iblis !
(DENGERIN KALAU BERANI !)
“DEAD ! Sisain buat gue bangsat !!gyahahahaha!”
Gue lalu turut serta, incaran gue Ander. Gue pukul rusuknya,
BUGH !! BUGH !!
Patah pasti. Ander muntah darah. Setelah DEAD pergi dan mendatangi , Ander kembali melolong ketika seseorang menusukan pisau kecil menembus telapak kakinya dan pisau dibiarkan menancap. Hoho GUY rupanya. GUY lalu membuat tanda V dengan tangannya haha. Sok imut !! PIG juga tidak mau tinggal diam, ia menghantam kedua telapak tangan dengan memakai brass knuckle, anjir ini gepeng beneran. GUY lalu mencabut pisaunya. Dan datang lagi anak-anak GUY yang menginjak-injak badan Ander yang masih telentang. Gue lalu berjongkok dan menjambak rambut Ander.
“Lo pernah bilang apa, LPH itu cuma omong kosong??” kata gue.
Ander yang sudah pasrah, terbatuk-batuk. Ia menggelengkan kepala.
“Cih, giliran nyawa uda tinggal 5 watt lo gak ngaku. Tapi percuma juga sih lo ngaku.”
Gue lalu memerintahkan beberapa orang untuk memegangi Ander, membuatnya dalam poisisi berdiri. Ander berteriak sampai menangis saat ia dipaksa berdiri. Tulang-tulangnya yang patah pasti ngilu luar biasa.
“Lo berdua, buat dia berdiri. Di hitungan ketiga, kalian langsun minggir. Mau gue tendang ala tendangan Zangief ahaha.”
Ketika gue tengah menghitung di angka dua, terdengar deru motor dari arah belakang. Seorang yang mengenakan topeng sama dengan anak buah DEAD, melaju menggunakan motor trail. Otomatis kedua orang yang memegangi Ander langsung menghindar. Yang terjadi selanjutnya adalah.
Ia menabrakan motor trailnya ke arah badan Ander. Ia langsung mengerem ketika roda depannya sukses membuat Ander terpental 4-5 meter.
Gue jelas emosi, karena gue belum puas main sama Ander, dan anak ini tiba-tiba datang mengambil sasaran gue. Gue langsung mengcengkeram kerah baju anak ini dan menyeret dia turun dari motor!
“Apa-apan lo bangsat! Lo ambil target gue!!”
“Siapa cepat, dia dapat, hehe,” jawab anak ini lancang dengan tenang pula.
Saat gue hendak menghajar anak ini, seseorang memegangi tanganku. Dia adalah PIG.
“Biar yang punya anjing, yang kasih hukuman,” katanya.
Gue lalu seret anak ini dan gue dorong ke arah DEAD yang sedari tadi memperhatikan.
“URUS ANAK ANJING LO INI BAIK-BAIK!” kata gue geram sambil menunjukk ke arahnya.
“Hei!” protes anak tersebut.
“Santai SAW, gue yang hukum, sekarang juga.”
DEAD memukul perut anak ini dua kali hingga tertunduk, DEAD memegangi bajunya. Satu tinju kiri mengenai telak wajahnya hingga ia terdorong ke belakang dan menghantam dinding belakang. Puas sih melihatnya tetapi kurang afdol kalau bukan gue sendiri yang kasih pelajaran. Namun satu pemandangan mengagetkan terjadi saat anak ini ternyata masih sadar dan berdiri sambil tertawa
DEAD atau Dewa itu mantan bajingan no 1 di STM XXX. Pukulannya jelas berbobot sekali. Dan anak ini masih bisa tertawa bahkan masih bisa berdiri setelah kena hajar DEAD.
Boleh juga ini anak.
“SUDAH CUKUP !”
Teriak GUY dan semua orang langsung berhenti.
“ANON, periksa kondisi kedua orang ini,” perintah GUY.
Di saat gue mengira Ander yang paling parah kami hajar, teryata Opet memiliki kondisi lebih buruk. Ada gir besi yang masih menancap di pundaknya. Kedua lengannya juga berlubang-lubang mengeluarkan darah karena luka tusuk tidak begitu dalam namun membekas banyak. Belum lagi tadi luka akibat silet yang menancap di belakang lututnya.
Gak heran gue kalau ada yang mati salah satu, atau keduanya sekaligus.
“Masih. Keduanya masih ada nafas, namun sudah lemah,” ujar ANON.
“Segera bawa keduanya ke atas dan buang ke tempat biasa. Jangan buang di lokasi yang terlalu jauh, bisa keburu mati di jalan. Buang saja di perbatasan X4 dengan Kota YYY.”
Wow, sulit mati juga kedua orang ini haha. Kalau saja GUY menambah barang 4-5 menit, uda mati mereka berdua di sini. Keduanya lalu di gotong ke atas dan di masukkan ke dalam mobil dengan plat palsu. Mereka akan dibuang di lokasi yang cukup jauh dari sini namun mereka mesti bersyukur karena lokasi pembuangan biasanya tidak jauh dari klinik. Mulailah berdoa, ketika kalian ditemukan warga dan dibawa ke klinik, nyawa kalian masih belum pisah dari jasad. Kalau mereka tertolong dan tidak jadi mati, mereka tidak akan pernah lagi datang ke Kota XXX.
Selamanya.
GUY lalu membubarkan semua orang di Catacomb, kecuali kami berlima. Masih ada hal penting yang perlu kami bahas. Kami berlima lalu melepaskan topeng serta jaket dan kaos, sehingga kami berlima bertelanjang dada. Merokok sambil ngebir. Gue lalu menceritakan kembali apa adanya yang kami lihat di SMA NEGERI XXX. Termasuk soal kesepuluh orang misterius bersenjata yang kami sikat dan juga tentang Oscar.
LPH 33rd Gen
“Bodoh amat lah dengan kroco mantan Bloody Hell. Mereka cuma remahan, tidak penting juga mereka datang atas suruhan siapa,” ujar Sindu a.k.a VENOM.
“Kalau Oscar gimana? Dia yang sudah berani bawa Opet dan Ander ke Kota,” tanya GUY a.k.a Sadli.
“Langsung kita eksekusi saja,” tandas Trias a.k.a PIG.
“Jangan langsung di eksekusi lah. Menurut gue kita tetap ambil dia namun cukup kita ‘briefing’ dulu. Jawaban dari Oscar akan menentukan tindakan kita selanjutnya,” kata gue.
“Setuju gue,” komen Sindu. Dan akhirnya diikuti yang lain.
“Oke deal. Oscar kita briefing dulu.Tapi waktu penjemputannya gak bisa cepat yak. Nunggun sikontol adem dulu, alias situasi kondisi dan toleransi,”
“Lo atur aja,” kata Sadli.
“Eh bentar, hasil tawuran anak SMA NEGERI XXX gimana tuh? Kelompok siapa yang menang? Oscar atau Axel?”
“Oscar..” tukas Dewa cepat.
“Tuh kan, Oscar yang menang. Ya waj-”
“Oscar kalah.” potong Dewa cepat dengan wajah yang menunjukkan ekspresi sukar ditebak.
“Wow, menarik.. menarik..Axel memang sangar euy. Masih sempurna dong rekor dia lawan Oscar,”
“Taka, bukan Axel yang mengalahkan Oscar. Tetapi Yandi. Yandi juga sebelumnya mengalahkan Opet,” terang Sadli.
“Yadi? Njirrr bajingan kelas berapa tuh.”
“Yandi, bego! Bukan Yadi! Itu anak kelas 1 yang dulu video berantemnya lawan anak basket SMA SWASTA XXX pernah bikin gempar dunia perbajingan,” terang Sindu.
Gue lalu teringat pernah menonton video perkelahian yang awalnya berat sebelah, namun endingnya sungguh mencengangkan. Puput yang gue kenal tangguh, bisa kalah sama anak dari antah-berantah. Nando, Puput, Opet, Oscar. Hohoo sadis juga rekor itu anakk. MENARIK ! Kapan-kapan gue kenalan ah.
“Wahahah iya maaf Yandi. Sangar juga dia. Makin digdaya dong Axel punya anak buah macam Yandi.”
“Masalahnya tidak semudah itu, justru setelah mengalahkan Oscar. Giliran Yandi dibantai Axel. Tambah rumit kan.”
What the fuck....
Gue langsung berdiri dan tertawa.
“Haahhahahahha sekolah lo memang kayak sinetron ya. Jadi bajingan aja penuh banyak drama,” kata gue sambil menunjuk ke Sadli yang merupakan alumni SMA NEGERI XXX.
Sadli cuma diam menenggak sekaleng bir.
“Jadi tambah seru nih, apalagi kalau anak kesayangan elo mulai bergerak. Aissshh I’M FUCKING LOVE THIS TOWN !!!!”
Kali ini gue menunjuk ke arah Dewa. Anak kesayangan Dewa siapa lagi kalau bukan Anton.
Heuheuheuheuheu...bakalan Rame nih....
= BERSAMBUNG =
Hueheheheheh......bakalan update terus nih.
ReplyDeleteMakasih, Boss Serpanth...
ReplyDeleteOm panth bahasanya membingungkan lebih baik g lama ga ditranslet ke bahasa melayu jadi bingung bacanya
ReplyDeleteGw malah bingung sama maksud komenan lo.
DeleteDari dulu bahasany kan spt ini..
Thanks om update nya, tp tampilan blog nya lebih enak yg sebelum nya. Hehe
ReplyDeleteWkwkwk LPH
ReplyDelete