DLF #9
DEEP LYING FORWARD #9
NUOVA STAGIONE, NUOVA SPRITO (NEW SEASON, NEW SPIRIT)
Castello Svevo, Cosenza - Agosto 22, 2000 - 8.00 PM
Seluruh pemain utama, segenap staf pelatih dan jajaran direksi klub Cosenza Calcio sudah berkumpul di kastil Svevo, kastil yang berada di atas bukit Pancrazio ini akan menjadi tempat yang dipilih oleh Cosenza untuk mengadakan acara launching klub dalam rangka menghadapi musim 2000/2001. Benteng yang diyakini banyak sejarawan dibangun oleh kaum Saracens (sebutan orang Eropa untuk orang Timur Tengah di abad pertengahan) yang sempat mengusai Italia Selatan di awal abad 10 ini telah mengalami banyak sekali transformasi dan dipergunakan untuk beberapa tujuan yang berbeda selama berabad-abad. Salah satu transformasi paling mencolok terjadi di 1239, ketika Kaisar Frederick II dari Swabia, Jerman menambahkan dua menara segi delapan dengan kastil, yang menara selatan-timur yang sampai saat ini masih kokoh berdiri. Kastil ini diyakini telah menjadi rumah bagi anak Kaisar Frederick II, Henry VII, yang diyakini jasadnya disimpan di salah satu sarkofagus kuno di Il Duomo di Cosenza. Beberapa kali kastil ini mengalami pergantian penguasa, termasuk Louis III dari Anjou, Naples antara tahun 1427 hingga 1434. Dimasa itu, kastil mengalami renovasi untuk penambahan bagian dalam kastil termasuk penambahan lantai atas dan sebuah kapel. Renovasi selanjutnya terjadi di abad 16, ketika Kerajaan Aragon dari Spanyol menguasai kastil ini. Di bawah rezim Kerajaan Aragon, kastil ini dipergunakan sebagai tempat penyimpanan senjata dan penjara. Sayangnya, gempa bumi yang kerap kali menghantam daerah Cosenza merusak beberapa struktur kastil, bahkan lantai atasnya pun roboh sehingga kastil ini sudah tidak bisa dimanfaatkan.
Beruntung, di tahun 1750, Uskup Agung Capece Galeota memutuskan membeli kastil ini, melakukan perbaikan sekaligus mengubah kastil ini menjadi tempat pendidikan bagi calon pendeta Katolik. Dan salah satu hasil dari perbaikan adalah dibangun pintu utama berupa gerbang dengan pilar-pilar besar, biara di lapangan dan pembangunan kembali lantai atas yang mengalami kerusakan parah. Di tahun 1800an, kastil ini kembali dipergunakan untuk kepentingan militer, sehingga terjadi perubahan fungsi-fungsi ruangan bahkan beberapa bagian dari kastil ini diubah menjadi penjara. Hanya saja, di akhir abad 19, struktur kastil kembali mengalami kerusakan disebabkan karena gempa bumi yang sering terjadi. Setelah gempa dahsyat di tahun 1870 dimana pusat gempat berada di kota Cosenza, kastil ini resmi dibeli oleh dewan kota Cosenza, tepatnya pada tanggal 23 Desember 1885, tetapi tidak dilakukan perbaikan dan tetap dibiarkan kosong sampai pada akhir awal tahun 90an, dewan kota Cosenza memulai proyek restorasi kastil secara besar-besaran hingga pada akhirnya Kastil Svevo resmi dibuka untuk umum di tahun 1998 dan kembali menjadi symbol penting kota Cosenza.
Historis kastil Svevo yang legendaris ini, seakan menjadi tempat yang sempurna bagi klub seperti Cosenza Calcio untuk mengadakan lauching tim dan seperti sejarah kastil Svevo yang seringkali dihantam beragam bencana tetapi pada akhirnya masih tetap tegak berdiri sampai hari ini, maka Cosenza Calcio yang didirikan tahun 1914, juga mengalami kisah perjalanan yang timbul tenggelam akibat dihantam berbagai masalah. Berdiri dengan nama tim Societa Sportiva Fortitudo, dan kemudian diubah namanya menjadi Cosenza Calcio 1914 di tahun 1920. Cosenza selalu berkutat di kasta bawah liga Italia, Serie- C atau Lega Pro. Bahkan di periode 80an, Cosenza sempat terjerembab di Serie-D atau divisi 4 akibat tim mengalami kesulitan keuangan yang berdampak kepada prestasi tim karena hanya mempunyai pemain ala kadarnya. Seperti nasib kastil Svevo yang di ambang kehancuran dan kemudian dibeli oleh dewan kota Cosenza, di akhir musim Serie-D tahun 1988/1989, Otoritas tertinggi sepakbola Italia, FIGC memberikan waktu 90 hari bagi Cosenza untuk segera melunasi hutang klub yang mencapai 20 juta Lira akibat hutang dari bank yang sudah jatuh tempo. Jika sampai melewati batas waktu yang ditentukan, Cosenza belum bisa menyelesaikan masalah keuangannya, maka Cosenza akan dinyatakan pailit dan dicabut statusnya sebagai klub Professional dan akan diturunkan ke Promozione atau kasta ke 6 Liga Italia yang diperuntukkan bagi klub semi-professional dimana akan ada pembatasan jumlah pemain, official, kontrak paruh waktu yang berlaku untuk semua pemain (jika seorang pemain dari klub semi-pro bermain bagus, klub lain yang berstatus profesional bisa kapan saja “mengambil” pemain tersebut secara gratis tanpa ada biaya transfer sepeser pun kepada klub semi-pro tempat pemain tersebut berasal). Dan yang lebih parah, meskipun sebuah tim dari Lega Promozione menduduki peringkat 1 di akhir musim, tidak serta merta tim tersebut akan promosi ke Lega Eccellenza atau kasta ke 5. Karena tim yang boleh berlaga di Lega Eccellenza harus mengantongi lisensi sebagai klub berstatus professional yang diakui oleh FIGC.
Agar sebuah tim semi-professional bisa naik kelas ke professional, syarat yang diperlukan tidak mudah. Selain harus mempunyai basis finasial yang bagus, uji kelayakan operasional, infrastruktur stadion yang mempunyai batas minimal kapasitas, peran seorang Presiden klub menjadi faktor paling krusial. Presiden Cosenza pada waktu itu, Angelo Lombardo hampir mengibarkan bendera putih dan pasrah jika Cosenza pada akhirnya dinyatakan pailit karena Lombardo kesulitan mencari investor baru bagi klub, di ambang ketok palu FIGC untuk Cosenza, seorang malaikat datang membawa uang 20 juta Lira untuk melunasi seluruh hutang klub dari bank, 10 juta Lira untuk mengakuisisi 100 % kepemilikan saham klub Cosenza yang dengan senang hati Angelo Lombardi terima, dan 8 juta lira untuk merenovasi Stadio San Vito sekaligus membangun tempat latihan baru. Malaikat penolong tersebut adalah Alex Paoletti, pengusaha sukses di industri Baja yang tidak bisa tinggal diam melihat nasib klub dari tempatnya berasal terancam bangkrut dan kemudian dibubarkan.
Cosenza Calcio selamat dari lubang jarum kebangkrutan, dan perlahan tapi pasti prestasi Cosenza semakin membaik. Hanya butuh semusim di Serie-D, Cosenza kembali ke Lega Pro Serie-C. Setelah 6 musim yang penuh emosi, Cosenza berhasil promosi sebagai tim terbaik ke Serie B di akhir musim 1996/1997. Setelah nyaris terdegradasi kembali ke Lega Pro Serie-C di musim 1997/1998, di musim berikutnya Cosenza mengakhiri musim 1998/1999 di peringkat 16. Dan musim 1999/2000 adalah musim terbaik yang pernah dijalani Cosenza, finish peringkat 5. Lebih tinggi 15 peringkat yang awalnya diprediksi finish di peringkat 20 atau masuk zona degradasi mengingat tidak ada pembelian pemain baru di bursa transfer awal musim 1999/2000.
Kastil Svevo memiliki 1 area lapangan kecil yang dulu dipakai untuk para tentara berlatih dan kini lapangan kecil tersebut sering dipakai untuk acara gathering baik acara untuk publik maupun disewa oleh instansi atau perusahaan untuk menyelenggarakan acara kantor. Dan malam ini, kastil Svevo disulap sedemikian rupa sehingga memiliki banyak ornamen bernuansa merah-biru tua, warna khas klub Cosenza Calcio 1914. Di sudut lapangan, dibuat panggung kecil dengan memanfaatkan dinding kastil sebagai background panggung yang kemudian disorot 4 lampu warna merah dan biru tua sebagai penerangan menambah nuansa klub Cosenza begitu terasa dan deretan kursi sudah di susun rapi di depan panggung. Acara tepat dimulai pukul 8 malam dibuka sambutan pembukaan dari Alex Paoletti selaku Presiden Cosenza memberikan kesan pesan dan harapan bagi Cosenza di musim depan yang sekaligus memberikan selamat kepada tim yang baru saja lolos ke putaran kedua Coppa Italia dan berharap performa positif di Coppa Italia akan berlanjut saat memulai pertandingan pertama Lega Calcio Serie-B musim 2000/2001 dengan bertandang ke Monza tangga 3 bulan depan.
Acara berikutnya adalah sesi lauching jersey terbaru Cosenza dimana Legea menjadi sponsor utama yang menghiasi bagian depan jersey yang di sambung dengan perkenalan para pemain utama Cosenza dimana satu persatu pemain di panggil dan maju ke atas panggung, terutama untuk 4 pemain baru yang barui bergabung ke tim di bursa transfer musim panas. Acara kemudian ditutup dengan jamuan makan malam sudah disiapkan di lantai atas kastil, sehingga para pemain, staff, dan semua karyawan yang bekerja di klub Cosenza, beberapa tamu undangan penting termasuk walikota Cosenza, Mayor Renzo Amantini, wakil dari perusahaan yang turut serta menjadi sponsor klub dan para mantan pemain Cosenza di era 70-80an yang juga di undang menghadiri acara malam ini, bisa menikmati makan malam di outdoor dengan pemandangan suasana kota Cosenza dilihat dari atas kastil Svevo. Mateo Rocco yang baru pertama kali mengikuti acara seperti ini merasa senang sekaligus bangga bisa merasakan aura positif dan atmoster yang kekeluargaan di sini. Dada Mateo Rocco bergemuruh seakan sudah tidak sabar ingin segera bertanding. Suatu perasaan yang bukan hanya dirasakan oleh Mateo tetapi juga seluruh pemain yang akan berkompetisi di Lega Calcio Serie-B di penjuru Italia. Genderang perang memperbutkan 4 tiket Emas berlaga di kasta tertinggi sepakbola Italia akan segera dimulai !!
Tetapi sebelum memulai kompetisi liga, Cosenza akan menjalani 2 partai tandang-kandang melawan Bologna di lanjutan putaran kedua Coppa Italia. Tanggal 26 Cosenza akan menjamu Bologna lalu tanggal 6 September atau 3 hari setelah melawan Monza di pertandingan liga, Cosenza akan melawat ke Renato Dall’Ara kandang Bologna yang diperkuat mantan bomber timnas Italia, Giuseppe “Bepe” Signori. Atau dengan kata lain, Cosenza akan menjalani 3 pertandingan penting dalam rentang hanya 10 hari. Perjalanan berat Cosenza demi mewujudkan mimpi lolos ke Serie-A untuk pertama kalinya akan dimulai dari jadwal ketat tersebut.
***
Via Ripetta, Rome - Agosto 23, 2000, 7 : 34 AM
Pagi hari di sebuah apartemen yang berlokasi di Via Ripetta, tepat di samping timur Sungai Tiber yang membelah kota Roma, Maria sedang mematut diri di depan kaca mengecek penampilan.
“Perfetto,” gumam Maria melihat pantulan dirinya di kaca. Sambil bersiul, Maria menyambar kontak mobilnya yang berada di atas kotak kecil, tempat ia biasa menaruh kontak mobilnya. Setelah memanaskan mobilnya beberapa menit, Maria memacu mobil Ferrari-nya menuju studio RAI TV di Valle Mazzini yang berada di tengah kota Roma yang berjarak kurang dari 30 menit dari apartemennya. Setelah sampai di parkiran, dia kemudian mengoleskan bedak tipis di wajahnya, kacamata hitamnya di angkat ke atas keningnya, tas Hermes warna putih di tangan kanan, ia kemudian melangkah keluar dari mobilnya. Sepanjang perjalanan dari parkiran hingga ia masuk ke ruang make-up, ia menjadi pusat perhatian banyak orang terutama dari para laki-laki yang tidak kuasa memalingkan muka melihatnya. Tubuhnya yang tinggi hingga 178 cm dibalut dengan rok span yang ketat berwarna hitam nampak serasi dengan baju atasan tanpa lengan berwarna senada dengan potongan dada yang cukup rendah.
1 jam kemudian, wanita tersebut sudah nampak bersiap di depan kamera, penampilan feminimnya telah hilang dan kini berganti memakai sports bra yang ketat berwarna Ungu dengan jaket parasut berwarna hitam dan celana legging berwarna abu-abu dengan 1 pasang sepatu kets putih merk PUMA, bersiap menunggu aba-aba dari floor director untuk memulai acara.
“Maria kamu siap ?.. Camera siap ?….Dalam hitungan 1, 2 dan camera rolling..action !!”
“Ya selamat Sore para pemirsa, jumpa lagi dengan saya Maria Vesalli di acara sports kesayangan kita yakni HIGHLIGHT COPPA ITALIA !! selama kurang lebih 90 menit ke depan, bersama saya anda akan saya ajak menyaksikan cuplikan-cuplikan pertandingan menarik selama putaran pertama Coppa Italia yang baru saja selesai. ”
***
Calcionews.com/Coppa-Italia /2000-08-26/Cosenza-Bologna/Match-Report
BOLOGNA TERTAHAN DI STADIO SAN VITO, MARKAS COSENZA DENGAN SKOR SAMA KUAT 2-2.
Bologna gagal meraih kemenangan ketika melawan Cosenza di San Vito, Rabu (08/26). Signori Cs yang lebih diunggulkan hanya mampu bermain imbang 2-2 menghadapi tim kuda hitam Cosenza. Bologna bahkan nyaris saja menelan kekalahan andai saja Bepe Signori tidak muncul sebagai penyelamat berkat golnya di menit ke 92.
Jalannya Pertandingan
Bologna langsung mengambil alih pertandingan sejak menit awal pertandingan. Mereka mendominasi penguasaan bola dan merebut kembali bola yang hilang. Hanya saja dominasi mereka di lini tengah tidak diimbangi dengan banyaknya penciptaan peluang. Hingga di menit ke 6, eksekusi pinalti Tomas Locatelli sukses menjebol gawang Coseza memanfaatkan handball pemain Cosenza di kotak pinalti. 0-1 untuk keunggulan Bologna.
Cosenza yang tidak patah semangat kemudian dengan cepat segera menyamakan kedudukan 5 menit kemudian. Adalah Varicio yang sukses mengkonversi umpan terobosan dari Pelicori dan menjadikan skor kembali imbang 1-1. Bologna yang mengincar gol tandang lantas menggencarkan seranganan. Banyak peluang tercipta hanya saja penyelesaian mereka kurang klinis. Paruh pertama pun ditutup dengan skor sama kuat 1-1.
Setelah jeda turun minum, Bologna kembali mengambil alih inisisatif dalam menyerang. Bepe Signori yang dimasukkan di babak kedua untuk menambah daya gedor Bologna. Cosenza yang dipaksa bertahan dengan garis pertahanan yang rapat, bermain lebih taktis dan menunggu peluang lewat serangan balik. Usaha mereka akhirnya membuahkan hasil empat menit sebelum waktu normal berahir. Lewat serangan balik, pemain sayap kiri Cosenza, Andre Rukavina melakukan intersepsi dan memberikan bola pada Fred. Pemain muda dari Brazil itu kemudian melakukan satu sentuhan dan mengarahkan bola pada Imbriani di sayap kanan yang berdiri bebas. Winger Cosenza itu langsung berlari dan memberikan umpan matang di depan gawang Bologna dimana sudah ada pemain yang baru masuk di pertengahan babak kedua yakni striker belia Mateo Rocco, dengan dingin menceploskan bola dengan dingin ke gawang Bologna tanpa mampu dihadang kiper gaek Bologna, Gianluca Pagliuca.
Bologna yang tersengat dengan gol tersebut, di sisa waktu berusaha menyamakan keadaan, namun Cosenza yang merasa di atas angina, bermain defensif dan bermain semakin kompak di belakang. Pelatih Bologn, Francesco Guidolin kemudian menurunkan opsi kedua dengan memainkan Luis Oliviera. Penyerang Belgia itu dipercaya untuk merusak kerapian lini belakang Bologna dengan kekuatan fisiknya. Dan strategi tersebut membawa hasil positif, di menit 92 atau 1 menit sebelum injury time 3 menit habis. 1 umpan direct ke kotak pinalti Cosenza berhasil di sundul oleh Oliviera yang menang duel udara melawan bek Cosenza, Silvestri ke depan kotak pinalti.
Signori yang berdiri tanpa penjagaan ketat segera menyambut umpan manis tersebut dengan tendangan first time menyusur tanah, bola tidak terlalu keras tapi mengarah ke pojok gawang kiri Cosenza. Kiper Cosenza yang kaget menerima tendangan tersebut gagal menepis bola dengan sempurna. Gol dramatis yang bukan hanya menyelamatkan muka Bologna dari kekalahan, tetapi juga memberikan keuntungan besar buat Bologna ketika menjamu Cosenza di leg kedua nanti. Bologna hanya butuh hasil imbang 0-0 atau 1-1 dan melaju ke babak ketiga Coppa Italia berkat keuntungan 2 gol tandang. Sementara bagi Cosenza hasil imbang 2-2 tersebut memperberat peluang mereka di leg kedua yang akan di gelar 10 hari lagi di Stadio Renato Dall’ara, kandang Bologna.
***
Calcionews.com/Serie-B/Stagione-1/2000-09-03/Monza-Cosenza/Match-Report
AWAL SEMPURNA COSENZA, MONZA BERHASIL DI TAKLUKKAN DI KANDANG SENDIRI
Andre Rukavina menjadi bintang kemenangan Cosenza usai sepasang golnya sukses menghadirkan 3 poin sempurna di laga perdana Serie-B melawan Monza di Stadio Brianteo.
Jalannya Pertandingan
Pesta kemenangan Cosenza bermula ketika laga berjalan tujuh menit, Andre Rukavina yang menerima sebuah terobosan sempurna dari Biagioni sukses menghujam gawang Monza yang dijaga David Bicik dengan tendangan jarak jauh di luar kotak pinalti. Tertinggal gol cepat membuat Monza tampil terbuka dan beberapa kali menebar ancaman sepanjang babak pertama. Hanya saja, sebuah kelengahan bek Monza Portadillo dalam melepaskan umpan pada menit ke-33 berhasil dimanfaatkan striker opportunis Cosenza, Varicio untuk menggandakan keunggulan Cosenza.
Bahkan Cosenza yang di musim sebelumnya finish di peringkat 5 kian memimpin jauh di papan skor beberapa saat sebelum turun minum ketika sebuah umpan silang yang dilepaskan gelandang Cosenza, Pelicori berbuah kemelut di area kotak pinalti Monza. Dengan cerdik, Rukavina berhasil memanfaatkan kemelut dengan mencetak gol keduanya di pertandingan ini di menit 45.
Memasuki paruh kedua Monza tak patah arang kendati harus tertinggal jauh. Sepasang gol hiburan berhasil mereka bukukan melalui aksi Del Piano pada menit ke-65 serta tembakan terukur Santos yang meneruskan umpan Lukas Julis pada menit ke-71. Cosenza yang seperti kehilangan fokus permainan menjelang pertandingan berakhir pada akhirnya bisa menjaga fokus agar mereka tidak kebobolan gol lagi. Hingga peluit panjang dibunyikan wasit, keunggulan 3-2 Cosenza tetap bertahan.
***
Calcionews.com/Coppa-Italia /2000-09-6/Bologna-Cosenza/Match-Report
COSENZA BERHASIL MEMENANGI DUEL KETAT MELAWAN BOLOGNA DENGAN SKOR TIPIS 1-0 DAN LOLOS KE PUTARAN KETIGA COPPA ITALIA
Gol pertama Christian Silvestri, bek muda Cosenza untuk timnya menjadi gol kemenangan 1-0 atas Bologna, Selasa (9/6) di leg kedua putaran kedua Coppa Italia sekaligus mengantarkan Cosenza lolos ke putaran ketiga Coppa Italia untuk pertama kalinya dalam sejarah Cosenza.
Keputusan pelatih Bologna Francesco Guidolin mengistirahatkan sejumlah pemain pilar di pertandingan ini termasuk striker veteran Bepe Signori dari awal pertandingan terbukti adalah keputusan yang salah. Tomas Locatelli yang bermain apik di leg pertama, gagal menduplikasi performanya di pertandingan ini. Cosenza secara mengejutkan mengendalikan permainan dari awal, mereka bermain sabar meskipun tuntutan untuk segera mencetak gol mengemuka. Hanya saja meskipun Bologna menampilkan sejumlah pemain lapis kedua, mereka tetap tenang dan tidak terpancing keluar. Cosenza yang menurunkan duet striker Mateo Rocco dan Fabio Bazzani terlihat susah dalam mengembangkan permainan. Namun tepat sebelum jeda, Silvestri memecah kebuntuan skor dengan mencetak gol bagi Verona. Bek 18 tahun itu menyambut sepak pojok Federico Mussaco dengan tandukan keras yang langsung mengoyak gawang Bologna.
Selanjutnya, Bologna balas menyerang. Della Rocca nyaris menyamakan kedudukan di menit 65. Ia berhasil membawa bola hingga kotak penalti, tetapi tendangannya mampu diblok oleh Eros Pantanelli. Situasi ini terus berlanjut, tetapi Bologna gagal memaksimalkan peluang mereka. Bepe Signori yang turun di menit 80 sempat mendapat peluang emas lewat tendangan bebas yang melengkung tapi sayang hanya membentur tiang gawang. Situasi pertandingan tetap tidak berubah, Cosenza memainkan taktik memperlambat bola dan membuang-buang waktu dengan umpan-umpan pendek di lini belakang di 4 menit terakhir. Dan peluit panjang dari wasit Mondonico disambut gegap gempita oleh para pemain Cosenza dan sejumlah ultras Cosenza yang turut hadir di Stadio Dall’Ara.
“ONE WAY TO KEEP MOMENTUM GOING IS TO HAVE CONSTANTLY GREATER GOALS”
-Michael Korda-
=======
Bersambung..
Next Chapter
Deep Lying Forward #10 Ultras Cosenza : Ultras Vivere per Vivere (Ultras Cosenza : Living Ultras to Live )
No comments for "DLF #9"
Post a Comment