DLF #11
DEEP LYING FORWARD #11
ME vs BUFFON
Calcionews.com/Serie-B/Stagione-2/2000-09-10/Cosenza-Cittadella/Match-Report
BERMAIN BURUK, COSENZA TERTAHAN DI KANDANG SENDIRI
Cosenza gagal mempertahankan keunggulannya dan harus puas bermain imbang 2-2 melawan 10 pemain Cittadella di giornata ke-2 Serie-B Italia, Minggu (09/10) malam.
Bermain di Stadio San Vito, anak asuh Bartolo Mutti berhasil mencetak gol terlebih dahulu di menit ke-24 melalui Fred yang melakukan overlap hingga ke kotak pinalti Cittadella dan y dengan tenang menuntaskan umpan Rukavina. Akan tetapi winger Cittadella, Ricardo Chavez mampu menyamakan skor 15 menit berselang lewat tendangan keras kaki kiri dari luar kotak penalti. Cittadella kehilangan satu pemain sejak menit ke-41 setelah wasit mengusir gelandang Joaquin yang menerima kartu kuning kedua.
Di babak kedua, Cosenza yang sadar unggul jumlah pemain, mengurung pertahanan Cittadella. Tetapi pertahanan yang solid dan strategi zonal marking yang ketat membuat Cosenza seperti kehilangan akal mencari celah. Bahkan di menit ke-72, justru Cittadella yang merubah papan skor. Adalah striker Cittadella, Samuel Livino yang sukses mencuri bola dari bek Cosenza Di Sole yang kurang sigap mengontrol bola. Samuel Livino dengan 1 tendangan keras sukses mengirim bola ke dalam gawang Pantanelli. Skor 1-2 untuk Cittadella.
Ketika nampaknya tim tamu akan sukses mencuri 3 poin di kandang Cosenza, petaka untuk Cittadella hadir ketika di menit 90+1 , tendangan bomber Cosenza Mateo Rocco mengenai tangan bek Cittadela, di dalam kotak pinalti dan tanpa ragu Wasit menunjuk titik putih. Pelicori yang menjadi algojo sukses menuntaskan tugasnya. Dan pertandingan pun berakhir dengan skor 2-2.
Cosenza yang kini mengoleksi poin 4 berada di peringkat 7 dan jadwal ketat menunggu mereka karena minggu depan, San Vito akan kedatangan tim besar AC Parma di leg 1 babak ketiga Coppa Italia dan 4 hari kemudian akan melawat ke Turin. Sementara bagi Cittadella dengan raihan 1 poin, kini mereka naik 1 strip ke peringkat 19.
***
Parking Lot, Stadio San Vito, Cosenza - Settembre 15, 2000, 6:15 PM
“Hallo sayang, kamu dimana ya?kok tempat latihan sudah sepi?”
“Loh memang lagi dimana sekarang? Bukannya kamu ada kuliah jam 5 sore?” Tanya Mateo.
“Hehehe aku di San Vito nih. Tadi dosennya gak bisa datang karena masih di luar kota. Ya karena aku bingung mau kemana, akhirnya aku iseng datang ke San Vito, pengen lihat kamu latihan. Lagian nanti malam kan kita janjian ya sekalian aja lah aku kesini. Kamu masih di sekitar sini kan?”
“Wooo, aku lagi di rumah nih, baru saja mengantar kakek ke bandara. aku latihan tadi pagi, yang sekarang pakai lapangan latihan tu Parma, harusnya sih uda selesai jam segini. Yawdah aku jemput, kamu tunggu di lobi utama saja. Biasanya masih ada staf di situ.oke?”
“upss kamu udah latihan tadi pagi ya? Duh aku lupa, padahal tadi pagi sudah baca koran tentang persiapan tim Cosenza.. Oia kakek pergi kemana?
“Kakek pergi ke pesta pernikahan anak dari temannya di Sardinia untuk beberapa hari ke depan.”
“oh enaknya kakek bisa main ke Sardinia, yadah aku tunggu di lobi ya”
“tunggu ya Daniela cantik”
“iyaa.”
Setelah menutup telepon, Daniela bergegas menuju lobi. Dari jarak 50 meter, Daniela melihat puluhan orang yang memakai atribut baju kuning biru khas tim Parma berkerumun di depan pintu lobi utama. Nampaknya mereka sengaja menunggu para pemain Parma selesai berlatih untuk sekedar meminta tanda tangan atau foto bersama. Suasana makin riuh ketika bus yang datang untuk menjemput tim tamu datang memasuki pelataran parkir Stadio San Vito dan bergerak perlahan ke depan pintu lobi utama. Security mesti sedikit bekerja keras mengamankan bus membelah kerumunan massa yang kini semakin banyak. Setelah bus sudah berhenti dengan sempurna, security kemudian bersiap membentuk pagar hidup agar para pemain dan staf Parma bisa leluasa menuju bus. Melihat keramaian tersebut, Daniela memutuskan untuk menunggu sampai keriuahan tersebut usai.
Daniela memaklumi para fans yang Daniela yakin mayoritas adalah supporter lokal Cosenza nampak begitu antusias dan tidak segan-segan memakai jersey Parma menyambut kedatangan tim sebesar Parma ke Cosenza. Sepanjang ingatan Daniela yang sudah 2 tahun terakhir ini tinggal di Cosenza, sebuah kota kecil yang sangat fanatik dengan sepakbola, publik Cosenza sudah lama tidak kedatangan tim besar dari Serie-A dalam pertandingan resmi. Daniela kemudian duduk di salah satu kursi panjang yang ada di dekat areal parkir. Daniela melihat NuovaCosenza, koran lokal terbitan hari ini yang memasang headline Cosenza vs Parma, tergeletak di kursi. Daniela kemudian mengambil koran tersebut dan membaca beberapa artikel tentang pertandingan besok. Ada salah satu artikel yang mengulas sedikit perjalanan Parma dari mulai promosi ke Serie-A hingga menjadi klub besar seperti sekarang. Daniela tertarik untuk membacanya.
PARMA’S FAIRYTALES
![]() |
AC PARMA 1989/1990 Squadra |
Sejarah Parma bagaikan cerita dongeng yang membius bukan hanya seantero Italia tetapi juga seluruh dunia saat ini. Berkat dukungan finansial dari Parmalat, perusahaan keju lokal di Emilio-Romagna, Parma memiliki kestabilan yang menjadi pondasi tim untuk terus berkembang. Ketika berhasil meraih tiket promosi ke Serie-A untuk pertama kalinya dalam sejarah klub di akhir musim 1989/1990, di musim perdana mereka berlaga di kasta tertinggi Italia, Gialloblu secara mengejutkan berhasil finish di peringkat 6 liga. Parma bermain bak tim kawakan di Serie-A dengan formasi 5-3-2 di bawah asuhan allenatore Nevio Scala.
3 stranieri (pemain asing) di Parma memiliki peran yang sangat vital sepanjang musim 1990/1991, kiper dari Brazil Claudio Taffarel, bek berpengalaman dari Belgia Georges Grun dan striker mematikan asal Swedia Tomas Brolin. Di musim 1991/1992 Parma secara brilian berhasil mendatangkan 2 pemain yang membuat mereka semakin solid, bek kanan Antonio Bennarivo dan bek kiri agresif dalam diri Alberto Di Chiara, membuat formasi 5-3-2 berubah menjadi 3-5-2 yang lebih atraktif. Hasilnya mereka kembali mengulangi prestasi finish di peringkat 6, pesona Parma lebih moncer di ajang Coppa Italia. Parma berhasil meraih trofi pertama dalam sejarah klub di pentas final Coppa Italia mengalahkan Juventus, tetapi kemudian kalah melawan AC Milan di final Super Coppa Italiana 2-1 di Stadion San Siro.
Berselang 1 tahun kemudian, Parma membuat seluruh dunia geleng-geleng kepala, selain berhasil finish di peringkat 3 liga Parma berhasil menumbangkan tim kuat dari Belgia, Royal Antwerp di partai puncak Piala Winner yang dihelat di “kuil suci sepakbola” Stadion Wembley Inggris dengan skor meyakinkan 3-1. Piala Winner adalah kejuaraan di mana pesertanya adalah para pemenang kompetisi piala di masing-masing liga, Parma sebagai kampiun Coppa Italia menjadi wakil dari Italia. Belum selesai seluruh dunia dibuat terkejut akan prestasi Parma meraih piala Winner, Parma menancapkan hegemoninya di Eropa dengan menggondol piala Super Eropa setelah mengalahkan tim paling ditakuti pada saat itu yang juga berasal dari Italia yakni AC Milan dengan agregat 2-1 dalam sistem pertandingan 2 leg kandang-tandang. Keunggulan AC Milan 0-1 di Ennio Tardini dalam pertandingan final Super Eropa leg 1 seolah tidak berbekas ketika Parma berhasil membalikkan keadaan dan menang 0-2 di San Siro. Parma berpesta, mereka berhasil membalas kekalahan mereka di final Super Coppa Italia di tempat yang sama setahun lalu. Tidak terbayangkan apa yang ada dalam benak para supporter Rossoneri melihat seluruh pemain Parma dan supporter Parma berpesta pora di rumah mereka, di Stadion San Siro.
Daniela kemudian sejenak melepaskan perhatiannya dari artikel tersebut dan tersenyum, Daniela tahu seperti apa rasanya betapa pahitnya kekalahan tersebut. Daniela yang kala itu masih berumur 13 tahun dan ayahnya berada di San Siro menyaksikan langsung pertandingan final tersebut dan dalam benak mereka dan jutaan supporter Rossoneri lainnya, tangan mereka sudah menggengam separuh piala Super Eropa. Akan tetapi keinginan Daniela melihat pemain favoritnya Paolo Maldini mengangkat piala tinggi-tinggi di akhir laga, masih kalah kuat dibandingkan dengan determinasi para pemain Parma di atas lapangan, selepas pertandingan Daniela kecil menangis terisak-isak di dalam pelukan ayahnya.
Daniela lalu kembali melanjutkan membaca artikel di koran tersebut.
Musim 1993/1994, di Serie A Parma finish di peringkat 5, gugur di semifinal dalam ajang Coppa Italia, tetapi di kompetisi Eropa Parma memiliki kesempatan mempertahankan gelar Piala Winner setelah berhasil melaju sampai final untuk bertemu dengan Arsenal di Parken Stadium, Copenhagen Denmark. Tetapi gol dari striker andalan Arsenal Alan Smith di babak pertama memupus harapan Parma.
Musim 1994/1995, Parma berhasil mengulangi prestasi di 2 musim sebelumnya dimana mereka berhasil finish di 3 besar kompetisi Serie-A. Pada masa itu Parma nampaknya memang berjodoh sekali dengan kompetisi Eropa. Parma yang berlaga di kompetisi piala UEFA secara meyakinkan menantang musuh besar mereka dari Italia yakni Juventus di final setelah di partai semifinal Parma secara meyakinkan menghabisi wakil dari Jerman Bayer Leverkusen dengan skor agregat 5-1. Partai final yang dihelat dengan format kandang-tandang, Parma berhasil memenangi leg I di Ennio Tardini dengan skor tipis 1-0 lewat gol semata wayang gelandang Dino Baggio.
Di leg II yang digelar di stadion Delle Alpi, Juventus tampil bak kesetanan membombardir benteng pertahanan Parma lewat trio attacante maut timnas Italia Fabrizio Ravanelli, Giuseppe Vialli dan Roberto Baggio. Stadion Delle Alpi bergemuruh ketika Vialli berhasil memecah kebuntuan di menit 34. Di tengah dominasi Juventus, Dino Baggio tampil sebagai pahlawan Parma lewat gol penyeimbang di menit 54 sekaligus menjadi gol terakhir yang terjadi di pertandingan. Skor agregat 2-1 sudah cukup membuat klub asal Emilia-Romagna berpesta sekali lagi di kejuaraan Eropa. Di ajang Coppa Italia, Parma kembali bertemu dengan Juventus di partai final yang kembali digelar dengan format kandang-tandang, Juventus yang dilanda dendam kesumat akibat kekalahan di ajang Final Piala UEFA 1 bulan sebelumnya, menghancurkan Parma baik pertandingan tandang maupun kandang dengan skor agregat 3-0.
Musim 1995/1996, Parma mengalami penurunan meskipun tetap bisa finish di 6 besar, hanya saja perfoma mereka di Coppa Italia yang gugur di putaran kedua dan kalah di quarter final Piala Winner berujung pada pengunduran diri Allenatore Nevio Scala di akhir musim setelah di pertengahan musim memprotes keras kebijakan manajemen yang menerima tawaran 5,5 juta Euro dari Chelsea untuk Gianfranco Zola yang menyudahi kiprah sang pemain di Parma dengan torehan 49 gol dalam 102 pertandingan selama 3 tahun di Parma.
![]() |
Gianfranco Zola |
Musim 1996/1997, Parma menunjuk Carlo Ancelotti sebagai suksesor Nevio Scala, sadar akan beban berat yang akan diusung oleh Ancelotti, presiden Parma Calisto Tanzi berinvestasi besar-besaran di bursa transfer. Striker asal Kolombia Faustino Aprillia, bek Portugal Fernando Couto, Winger lincah Bulgaria Hristo Stoichkov di jual dengan pemasukan total 15 Juta Euro. Dana sebesar itu digunakan untuk membeli pemain baru seperti Hernan Crespo, Enrico Chiesa, Lilian Thuram. Kebijakan transfer dan kejelian Ancelotti meramu taktik berujung pada finish tertinggi yang pernah dicapai oleh Parma yakni Runner-Up di bawah Juventus yang hanya berjarak 2 poin.
Dalam rentang 7 tahun setelah Parma mengawali kiprahnya di Serie-A, rentetan piala baik di kompetisi domestik maupun kompetisi Eropa menghiasi kabinet Parma, membuat publik mengakui bahwa Parma bukanlah klub sembarangan yang hanya sekedar bertahan di liga tetapi juga berambisi meraih gelar. Scudetto yang secara tradisi hanya diperebutkan oleh 6 klub besar seperti Juventus, AS Roma, Lazio, AC Milan, Inter Milan, Fiorentina kini bertambah 1 pesaing lagi yakni Parma. Ketujuh klub tersebut kini disebut sebagai Le Sette Sorelle atau “The Seven Sisters”. Prestasi terakhir yang berhasil diraih oleh Parma adalah juara Coppa Italia dan juara piala UEFA di musim 1998/1999 di bawah asuhan Alberto Malesani.
Parma menjelma menjadi klub favorit kedua semua orang di Italia. Berbagai gelar piala domestik dan kompetisi Eropa pernah Parma raih tetapi impian mereka untuk meraih Scudetto masih belum juga mereka genggam. Godaan uang dari klub lain dan ketidakberdayaan Parma menahan para pemain bintang mereka, membuat manajemen Parma melepas beberapa pemain terbaik mereka dalam 2 musim berturut-turut yang tragisnya dilepas ke sesama klub Italia. Juan Sebastian Veron dan Nestor Sensini menyebrang ke Lazio dengan total transfer 35 Juta Euro, Enrico Chiesa ke Fiorentina dengan harga 10 Juta Euro, Stefano Fiore ke Udinese 8,5 juta Euro. Parma kemudian mendatangkan Ariel Ortega dari Sampdoria dengan harga 4 juta Euro dan memecah rekor transfer pemain termahal yang pernah Parma beli adalah striker maut dari Brazil yang sebelumnya bermain untuk Udinese yakni Marcio Amoroso dengan nilai transfer mencapai 27 Juta Euro. Dan puncaknya ketika bursa transfer musim panas ini, Parma memutuskan menerima tawaran dari Lazio untuk mendapatkan Hernan Crespo dengan mahar 55 juta Euro sekaligus menjadi rekor transfer termahal di Italia. Sebagai gantinya, musim ini Parma menggaet bomber jangkung asal Yugoslavia Savo Milosevic dengan nilai 25 juta Euro dari Real Zaragoza.
Meskipun telah kehilangan Hernan Crespo, skuad Parma di bawah Alberto Malesani dinilai tetap kompetitif untuk bersaing di jalur Scudetto. Di bawah mistar, wonderkid Gianluigi Buffon semakin matang, Paolo Cannavaro dan Lilian Thuram kokoh seperti batu karang menjaga pertahanan, Dino Baggio berduet dengan Matias Almeyda di lini tengah, pemain sayap lincah seperti Junior, Sergio Conceicao, para kreator serangan seperti Sabri Lamouchi, Johan Micoud siap menyokong para striker Parma yang mewah seperti Marcio Amoroso, Savo Milosevic, Patrick Mboma dan calon top skor Parma dalam diri Marco Di Vaio. Jadi menarik untuk ditunggu kiprah Parma di musim ini. Publik Cosenza, bersiaplah menyambut Gialloblu dan Cosenza sambut tantangan ini dengan kepala Tegak !!****
Tepat Daniela selesai membaca artikel tersebut, terdengar teriakan histeris dari arah kerumunan. Daniela melihat satu persatu para pemain Parma keluar dari lobi, ada beberapa pemain Parma yang berbaik hati berhenti sejenak untuk memberikan tanda tangan, Daniela tidak hapal wajah dan nama-nama para pemain Parma. Hanya ada beberapa pemain Parma yang dia hapal, yakni Fabio Cannavaro, Gigi Buffon dan Marco Di Vaio, selain terkenal Daniela mengagumi mereka juga karena memiliki wajah rupawan dan tubuh yang bagus khas atlet professional. Ketika Cannavaro dan Buffon yang masih muda tinggi tegap nampak, beberapa fans wanita berteriak makin kencang, mau tak mau Daniela juga tertarik untuk mendekat, tetapi kerumunan yang makin padat membuat Daniela malas untuk mendekat. Ketika Daniela hampir meletakkan koran tersebut, dia melihat artikel singkat yang sangat menarik perhatiannya ada di halaman paling belakang.
SEKS ADALAH DOPING ALAMI TERBAIK BAGI ATLET SEBELUM BERTANDING
Melakukan hubungan seks sebelum pertandingan yang sebelumnya dianggap memberikan efek negatif, ternyata malah dapat meningkatkan performa atlet untuk memberikan prestasi terbaiknya saat bertanding. Beberapa pelatih menetapkan larangan berhubungan seks bagi para atlet sebelum bertanding dalam sebuah kejuaraan besar. Mereka berpendapat hubungan seks sebelum bertanding akan menguras stamina yang membuat performa seorang atlet saat bertanding tidak maksimal karena kebugaran fisiknya menurun.
Teori yang menghubungkan seks dengan performa atlet sudah lama didengungkan sejak jaman Yunani Kuno. Mereka percaya bahwa menahan sperma sebelum bertanding bisa membuat pria menjadi agresif dan garang saat bertarung di arena. Pendapat ini memang rasional, namun sejumlah pakar kesehatan tidak sepenuhnya setuju membenarkannya. Bahkan sejumlah ahli kesehatan menemukan sejumlah fakta yang menentang teori tersebut.
Bahkan seorang bintang sepakbola Brasil Ronaldo yang kini bermain untuk Inter Milan membenarkan hal tersebut dan mengaku telah membuktikannya.
"Saya sering melakukan hubungan seks sebelum pertandingan dengan istri saya. Kebiasaan itu tidak hanya menjadi masalah, tapi juga mendatangkan keuntungan, karena membuat saya lebih bahagia sebelum bertanding," ujar Ronaldo seperti dilansir 101 Great Goals.
Teori bahwa frustrasi seksual membuat orang lebih agresif, dan seks dapat menguras testosteron dan menurunkan kinerja otot atletik akibat pelepasan hormon yang keluar dari tubuh, belum pernah terbukti secara ilmiah.Bahkan sejumlah penelitian menemukan bahwa kadar testosteron dapat meningkat dengan melakukan hubungan seks.
Pada tahun 1999, Clinical journal of Sport Medicine kembali mempublikasikan beberapa artikel studi yang menguji secara luas parameter psikologi dari performa atlet. Studi ini menampik keyakinan yang sudah berkembang luas termasuk dugaan bahwa seks menyebabkan kelemahan otot. Studi lain menambahkan, hubungan seksual hanya membutuhkan 25 – 50 kalori atau setara dengan energi yang dibutuhkan untuk naik tangga bangunan dua lantai dan seandainya hubungan seksual dilakukan sangat agresif hanya membutuhkan 250 kalori.
Oleh sebab itu para pakar menolak anggapan bahwa seks menjelang pertandingan menimbulkan efek kelelahan yang dapat melemahkan otot-otot.Terbukti bagi banyak atlet, bercinta sebelum pertandingan menjadi penting karena mengurangi stres dan membuat tidur lebih lelap sehingga saat bangun tubuh menjadi lebih bugar.
Menurunkan Kecemasan
Kecemasan adalah situasi dan kondisi yang umum dihadapi dan dialami oleh setiap atlet yang akan tampil dalam sebuah pertandingan.Seorang atlet biasanya dihadapkan dengan kecemasan terhadap lawan yang lebih tangguh, tidak percaya diri dengan kondisi fisik, atau level pertandingan yang baru di hadapi. Melakukan hubungan seks sebelum bertanding diyakini dapat menekan dan mengurangi kadar kecemasan dan meningkatkan rasa percaya diri.
Pasalnya aktivitas seks berperan penting dalam menjaga keseimbangan kondisi fisik dan emosi. Seperti latihan fisik lainnya maka seks juga menjaga level kadar kolesterol dan meningkatkan sirkulasi darah. Dari sisi klinis, bila seseorang terangsang secara seksual maka terjadi peningkatan kerja jantung dan pernapasan. Selanjutnya rangsangan seksual yang meningkat akan berujung pada orgasme maka saat itu juga terjadi pengeluaran beberapa hormon antara lain adrenalin, noradrenalin, prolactin, DHEA (dehydroepiandrosterone) dan testoteron.Pelepasan hormon-hormon tersebut secara psikologis diyakini sangat membantu merelaksasi dan mengurai stres seorang atlet saat menghadapi sebuah pertandingan. ****
Daniela tersenyum membaca artikel tersebut, jadi anggapan orang dan termasuk juga anggapan dirinya bahwa melakukan hubungan seks sebelum seorang atlet bertanding malah membawa dampak kurang baik karena akan mengurangi stamina dan membuat fokus atlet susah untuk berkonsentrasi. Artikel ini membuat Daniela berpikir, bagaimna jika misalnya Mateo bercinta berhubungan seks dengannya sebelum bertanding melawan Parma besok, akan membuat permainan Mateo di lapangan akan semakin impresif atau justru malah sebaliknya membuat Mateo loyo karena kecapekan bercinta dengannya. Karena Daniela mengakui bahwa dia mempunyai nafsu yang sangat besar.
Senyum Daniela perlahan menghilang ketika dia teringat adegan threesome antara kakaknya dengan suami dan paman mereka sendiri, bayangan 2 kontol besar yang memasuki vagina dan lubang anal kakaknya secara bersamaan membuat Daniela bergidik antara ngeri, sakit tetapi ekspresi kakaknya terlihat merasakan kenikmatan yang membuat Daniela penasaran. Hanya saja fakta bahwa mereka masih memiliki hubungan keluarga membuat Daniela sendiri merasa terpukul. Dalam 1 tahun biasanya Daniela rutin pulang di libur musim panas dan libur natal, selebihnya Daniela pulang ke Milan ketika ada acara keluarga. Jadi boleh dibilang paling lama 3 bulan sekali Daniela pulang. Selebihnya dia tidak tahu apa yang terjadi ketika Daniela tidak berada di rumah.
Perasaan kaget, terpukul bercampur sedih membuat Daniela tidak bersemangat menghabiskan sisa liburan musim panas bersama keluarganya di Maladewa bulan lalu. Daniela menjadi sedikit menjaga jarak dengan kakak, kakak iparnya dan pamannya. Daniela menjadi lebih sering melamun dan tidak sabar untuk segera kembali ke Cosenza. Maka begitu mereka sudah kembali ke Milan, Daniela segera berkemas dan menyudahi masa liburan musim panas 1 minggu lebih cepat. Orang tuanya bingung melihat perubahan sikap Daniela. Setiap mereka bertanya, Daniela hanya bilang bahwa ada tugas kuliah mendadak yang perlu segera dia selesaikan. Orang tua Daniela yang sudah hapal dengan sikap keras kepalanya hanya bisa memaklumi sikap putri bungsu mereka tersebut.
Daniela kemudian melihat bus yang membawa para pemain dan staf Parma mulai bergerak meninggalkan pelataran parkir dan setelah bus tersebut sudah berada di jalur jalan raya lantas berangkat menuju hotel tempat mereka menginap, puluhan orang perlahan-lahan membubarkan diri. Ada beberapa fans yang berwajah cerah, senyum mereka selalu menyungging, Daniela menebak pasti mereka cukup beruntung untuk berfoto bersama atau mendapat tanda tangan pemain Parma favoritnya. Tetapi tidak sedikit fans yang berwajah masam karena tidak bisa mendekat karena suasana yang ramai.
Daniela tiba-tiba merasakan ponsel di kantongnya bergetar, ada SMS masuk. Dari Mateo.
“Sayang, aku sudah di depan pintu masuk stadion cuma aku belum bisa masuk karena masih ramai banget ini orang-orang pakai atribut Parma. Kamu dimana?”
Daniela kemudian mengetik SMS balasan dengan cepat,
“Kamu tunggu di depan saja, biar aku yang kesana.Oke.”
Setelah pesan sudah terkirim, Daniela segera beranjak meninggalkan koran yang tadi dibacanya di kursi lantas menuju ke pintu keluar yang tidak jauh dari pintu masuk yang berjarak sekitar 100 meter. Setelah sampai luar, Daniela melihat seseorang di atas motor biru merah, warna motor khas Augusta punya Mateo kekasihnya. Perlahan-lahan mendekati Daniela mendekati Mateo yang duduk di atas motor membelakanginya. Setelah dekat, Daniela langsung duduk di jok belakang dan memeluk erat Mateo. Mateo terkesiap kaget ada orang yang memeluknya tiba-tiba dari belakang. Reflek Mateo segera menengok ke arah belakang dan dilihatnya Daniela sedang tersenyum sambil menggelayut manja di punggungnya. Mateo yang mengenakan jaket tipis bisa merasakan sepasang payudara Daniela menekan punggungnya.
“Aih bikin kaget saja, kamu sudah lapar?” kata Mateo
“Aku belum terlalu laper sih, aku malah lagi gak pengen makan di luar, eh kamu mau aku masakkin ga?”
“Wah bisa masak ya nona putri, aku kira cuma bisa panjat tebing doang haha..ehhh iyaa iyaaa ,sakitttt,” jerit Mateo mengernyit kesakitan ketika pinggangnya dicubit keras-keras oleh Daniela.
“Rasainn, aku meskipun tomboy masih bisa masak donk. Udah yuk kita ke rumah.”
“Hehe maap sayang, ga mampir dulu kita ke supermarket beli bahan-bahan makanan?”
“Hmm kita kerumah saja dulu. Nanti aku lihat ke dapur, ada sayuran ato bahan makanan engga. Kalo ternyata sedikit dan gak lengkap, baru nanti kamu yang beli bahannya di supermarket.”,
“Oke, mari berangkat. Sayang, deketin lagi donk tubuhmu peluk yang erat, enak banget nih punggungku”
“Hehehe dasarrr.”
***
Setelah sampai di rumah Mateo, Daniela kemudian meletakkan tas di sofa lalu kemudian menuju ke dapur dan membuka kulkas. Karena sudah sering main ke rumah Mateo dan akrab dengan kakek Javier yang sering memasak khusus untuk Daniela dan Mateo, Daniela dengan gesit segera ke dapur. Daniela lantas membuka kulkas dan beberapa loker yang dia tahu biasanya kakek Javier menyimpan sayuran segar, buah dan bumbu-bumbu dapur.
“Jadi bagaimana, ada sesuatu lagi yang kamu perlukan untuk memasak? Tanya Mateo.
“Gak usah, persediaan bahan makanan disini sudah lengkap banget. Kamu ga perlu beli apa-apa lagi di luar. Ada sayuran segar, telur, keju, pasta dan buah di kulkas, di lemari atas juga ada beberapa kaleng ham, kornet, bumbu-bumbu juga lengkap. Kakek memang rapi dan perfeksionis sekali.”.
“Iya, kakek setiap kali selesai masak dan makan, dia langsung pergi ke supermarket membeli sesuatu yang sudah habis. Oia kamu mau masak apa?kalau bisa yang banyak sayuran.”
“ Hmm kayaknya aku tahu aku mau masak apa, aku mau buat Tortellini saus krim jamur dan salad. Bagaimana?
“wah kamu bisa ya buat Tortelini?” kata Mateo kemudian menghampiri Daniela dan memeluknya.
“ihh bau. Sementara aku mau siap-siap masak, mending kamu mandi dulu sana terus kesini temani aku ngobrol sambil masak, oke?”
“Cium dulu” kata Mateo sambil memonyongkan bibirnya.
“Haha lucu banget sih, muuuahh” Setelah Daniela memberikan kecupan singkat di bibir Mateo, Mateo kemudian menuju ke kamarnya yang di lantai atas.
Setelah menggelung rambutnya yang hitam, Daniela yang masih mengenakan sweater lengan panjang berwarna pink dan celana jeans ketat warna hitam, kemudian melepas sweaternya tersebut karena kurang nyaman memasak memakai baju panjang. Kini Daniela hanya mengenakan tanktop berwarna hijau bergaris horizontal dengan potongan dada yang cukup rendah dan ujungnya menggantung di atas pusarnya sehingga menonjolkan payudara Daniela yang berukuran 34C beserta pinggul dan perutnya yang ramping.
“Nah, gini baru nyaman. Oke aku siap untuk memasak malam ini dan ayo kita buat dulu pasta Tortellininya,” gumam Daniela.
Sembari bersenandung, Daniela kemudian mengambil wadah berbahan stainless ukuran sedang di dekat wastafel dapur, setelah dicuci Daniela kemudian menuangkan beberapa gram tepung , 5 butir telor ayam, minyak goreng non-fat dan sedikit garam ke dalam wadah. Lalu dengan menggunakan tangan, Daniela mencampur adonan tepung tersebut. Kurang lebih 10 menit Daniela meremas-remas adonan tepung yang sudah tercampur dengan bumbu-bumbu dengan tenaga agar hasilnya merata dan memastikan tidak ada adonan yang menggumpal. Setelah puas dengan hasil adonan, Daniela kemudian membagi adonan besar menjadi beberapa bagian.
Karena sudah pasti di dapur tidak ada mesin penggiling otomatis, Daniela lantas membuka-buka lemari mencari rolling pin kayu. Setelah ketemu, adonan ditipiskan dengan rolling pin. Daniela memcoba membuat adonan tersebut tidak terlalu tebal maupun terlalu pipis. Setelah dirasa ketebalannya sudah pas, dengan menggunakan pisau bergerigi Daniela memotong adonan tepung menjadi lebih kecil-kecil dengan bentuk bulat. Setelah semua adonan sudah terpotong kecil-kecil, Daniela membentuk potongan-potongan adonan kecil tersebut menjadi mengulir seperti keong. Setelah Adonan sudah siap, Daniela kemudian menyiapkan wajan dan merebus air. Setelah air sudah mendidih, semua adonan pasta Tortellini dimasukkan ke dalam wajan. Sekitar 10 menit kemudian, adonan pasta mulai mengapung ke atas permukaan air yang itu menjadi tanda bahwa pasta sudah matang. Setelah semua adonan sudah mengapung, Daniela mengangkat pasta dan meniriskannya.
“Wuidihhh seksi banget koki yang satu ini dan hmmmm bau pastanya menggoda sekali. Kamu bikin tortellini ya ?” Kata Mateo yang sudah segar sehabis mandi dan berganti pakaian yang lebih santai berupa kaos dan celana pendek, menghampiri Daniela ke dapur.
“Iya, aku mau bikin Tortellini saus krim jamur sayang, ini pastanya sudah jadi, tinggal tunggu tiris. Sudah lapar ya?” kata Daniela yang masih membelakangi Mateo.
“Tadi sih belum lapar, tapi aroma pasta yang harum buat aku mulai lapar juga nih. Apalagi setelah lihat kamu masak sambil memakai tanktop seksi begini, hmm makin lapar.” Desah Mateo di belakang kuping Daniela.
Daniela merasakan kedua lengan Mateo memeluk tubuh bagian atasnya, hembusan nafas Mateo di belakang kuping kirinya dan wangi tubuh Mateo yang segar beraroma cologne ringan yang khas, mau tak mau membuat Daniela mulai turn-on.
“ihh sayang, geli aku mau bikin saus tortellini nihh, jangan ganggu dulu.” Jawab Daniela sambil berusaha berontak.
“hohoho berarti nanti selesai masak dan makan, boleh di ganggu nih” kata Mateo menyeringai nakal dan malah semakin merapatkan tubuhnya ke tubuh Daniela.
“apaan sih. Udah sana, daripada iseng, mending kamu bantuin aku bikin salad buah sayur buat makanan pembuka.”
“Hehe iyaa..cup.” sebelum melepas pelukannya, Mateo mendaratkan ciuman ke pipi Daniela. Pipi Daniela lantas bersemu merah.
“Dasar. Eh kamu bisa buat salad kan? Tuh di kulkas ada buah dan sayuran. Krim mayonese ada di rak bawah.”
“Oke, bikin salad sih gampaaang.”kata Mateo lalu menghampiri kulkas dan membukanya.
Di dalam kulkas, Mateo melihat ada banyak buah segar yang sudah dalam bentuk potongan seperti apel, melon, alpukat, semangka, buah naga dan strawberry jadi dia sudah tidak perlu repot-repot memotong-motongnya. Daripada bingung memilih, Mateo kemudian memasukkan semua jenis buah ke dalam mangkok kaca ukuran sedang. Untuk sayurannya, Mateo mengambil wortel, lettuce, kubis ungu khusus untuk salad, wortel. Setelah mangkuk penuh, Mateo memgambil mangkok kosong satu lagi. Mateo lalu mencuci lettuce dan kubis di wastatfel, setelah dirasa bersih, Mateo memotong tipis-tipis sayuran tersebut kemudian memasukkan potongan sayuran ke mangkok kosong.
Untuk wortel, Mateo menyerutnya dengan alat serut keju. dan memarutnya langsung di atas mangkok. Setelah sayuran sudah berada di bagian bawah, Mateo mengatur potongan-potongan buah di atasnya dan menambahkan 1 bungkus nata de coco. Untuk saus salad, Mateo mengambil 1 mangkok kecil kemudian memasukkan 2 sachet mayones masing-masing sebanyak 100 gram, lalu menambahkan ke dalam mangkuk 2 sachet susu kental manis dan setengah potong jeruk nipis kecil. Setelah semua bahan saus sudah siap, Mateo mengocok mayonese tersebut dengan sendok kecil sampai teksturnya lembut. Mateo mencicipi sedikit sausnya dan rasanya sudah pas. Mateo lantas menuang saus ke dalam mangkuk yang berisi sayuran dan buah. Dengan gerakan memutar, Mateo menyiram saus tersebut sampai sausnya habis. Mateo lalu menambahkan nata de coco dan keju parut sebagai toppingnya. Dan Mateo tersenyum puas melihat salad sayur dan buah buatannya terlihat enak sekali.
![]() |
Salad buah ala Mateo |
“Nih sayang, saladnya sudah jadi. Kamu pasti suka dengan salad ala Mateo,” kata Mateo sambil mengangkat 1 mangkuk besar saladnya.
“Hehehe, iya makasih sayang sudah bantuin buat salad. Saladnya di masukkan ke kulkas aja dulu, makin dingin makin nikmat. Nih saus Tortellininya sebentar lagi juga sudah siap.” kata Daniela sambil memasukkan potongan-potongan jamur, freshcream, merica dan garam ke dalam wajah yang sudah ada tumisan bawangnya. Setelah semua bahan sudah masuk, Daniela mengaduk isi wajan secara merata dan bumbu-bumbu meresap ke dalam jamur.
“Siap tuan putri” kata Mateo lalu memasukkan salad siap santap tersebut ke dalam kulkas lalu mengambil kursi dan duduk di meja makan yang ada di dapur.
Daniela kemudian mencicipi bumbu saus dan potongan kecil jamur.
“Mamamia, sudah lezat. Sayang, tolong pasta Tortellininya di pindah ke mangkuk terus siapin di atas meja makan ya. Nih sausnya sudah jadi.”
Mateo lalu membantu menyiapkan pasta tersebut ke mangkok ke meja makan. Kemudian Mateo mengambil 2 piring kosong, 2 gelas dan mengisi teko dengan air dingin, menatanya sedemikian rupa di atas meja. Setelah meja makan sudah rapi, Mateo mengambil salad di dalam kulkas dan menaruhnya di atas meja lalu Mateo duduk manis menunggu Daniela.
“Yuhuuu, sausnya datang.” Dengan gesit Daniela mengangkat saus dari atas wajan lalu menyiramkannya ke pasta Tortellini yang sudah siap di atas meja makan.
“waahhh enak banget kayaknya nih. Sangat menggugah selera makan ni.” Kata Mateo berbinar-binar melihat Tortellini saus krim jamur buatan Daniela terlihat lezat dan sudah siap dimakan.
Setelah mengembalikan wajan ke wastafel dan mencuci tangan, Daniela menyusul Mateo ke meja makan.
“Sayang, coba kamu cicipin masakanku donk,” pinta Daniela sambil memangku dagu dengan kedua tangannya di meja makan.
“Aku rasain ya,” Mateo kemudian mencicipi Tortelini tersebut.
“hmmm nyamm, “sambil mengunyah dan menutup mata, mencoba meresapi tekstur Tortellini di mulutnya.
“ihh,kok sampai merem segala sih nyicipnya,gimana gimana rasanya?enak ga?” Tanya Daniela dengan nada suara penasaran kepada Mateo.
Setelah menelan Tortellini, Mateo membuka matanya dan dengan ekspresi datar, Mateo berujar,
“Sayang..tampaknya mulai hari ini aku akan berhenti makan Tortellini di luar, karena ini Tortellini paling lezat yang pernah aku makan !! delizioso, squisito, prelibato !!, ” jawab Mateo sambil membuat gesture mencium jempol dan jari telunjukknya tangan kanannya, gesture khas orang Italia untuk mengungkapkan sesuatu yang sangat enak.
“Aihhh, graziee, makasih sayang, “ jawab Daniela tertawa sambil menutup mulut dengan kedua tangannya.
“Mulai sekarang, kalau aku pengen makan Tortellini, harus kamu yang masak lho ya”
“haha siap sayang, kapan aja kamu mau, bilang saja ya. Yadah yuk kita makan dulu saladnya.”
Daniela kemudian gantian mencicipi salad buah dan sayur buatan Mateo.
“Wuah ini enak sekalii, sangat segar banget, duh ga nyangka pacar ku yang ganteng ini pinter juga membuat salad yang enak” puji Daniela.
“Hehehe aku juga ga menyangka calon pengacara seperti kamu pintar masak, hampir 6 bulan pacaran sama kamu, baru kali ini aku ngrasain makanan buat kamu. Cantik, pintar dan pandai memasak. Aku beruntung bisa memiliki kekasih idaman seperti kamu sayang. Perfetto. Ti amo,” Kata Mateo sambil menatap mesra Daniela.
“Aih sempat-sempatnya kamu merayu, hehehe uda yuk mari kita makan, sini piring dan mangkukmu, aku ambilkan salad dan Tortellini.”
Mateo lalu memberikan mangkuk dan piringnya kepada Daniela, Mateo tersenyum melihat kekasihnya tersebut dengan sigap mengambilkan makanan untuknya. Meja makan dari kayu yang berbentuk bulat dan makanan yang ada di tengah meja, membuat posisi Daniela yang duduk bersebrangan dengannya harus berdiri sambil menunduk mengambilkan makanan untuknya. Mateo yang duduk manis, sambil menopang dagu dengan tangan kanannya.
Malam itu dengan penuh canda tawa, mereka melewatkan waktu makan malam berdua. Mereka merasa itu adalah salah satu momen romantis yang pernah mereka habiskan bersama. Mateo melupakan tekanan pertandingan melawan Parma besok sore sedangkan Daniela bisa melupakan sejenak permasalahan di keluarganya. Sementara Daniela mencuci piring dan gelas kotor, serta membersihkan dapur, Mateo mandi di kamar mandi lantai 2.
Selesai mandi, Mateo lalu berbaring di ranjangnya yang berukuran sedang, sehingga kalau dipakai untuk tidur berdua harus saling berimpitan. Tapi jika harus tidur berimpitan dengan Daniela malam ini, rasanya pasti menyenangkan dan hangat. Sambil menunggu Daniela selesai mandi sesuai beres-beres dapur, Mateo mengambil koran hari ini lalu membacanya. Berita pertandingan Cosenza vs Parma menjadi headline koran lokal NuovaCosenza, Mateo lalu membaca tentang prediksi jalannya pertandingan, prediksi line-up terutama prediksi line-up Parma yang datang ke Cosenza membawa seluruh pemain terbaiknya dan persiapan terakhir kedua tim.
Mateo tahu kalau dia tidak masuk ke starting line-up melawan Parma besok karena allenatore Muti memainkan formasi 3-6-1 dimana Varichio dipatok sebagai striker tunggal. Dalam beberapa hari terakhir ini, tim intens berlatih memakai formasi 3-6-1 dengan varian 3-4-2-1 dengan fokus permainan serangan balik dari kaki ke kaki dengan 1-2 sentuhan melalui lapangan tengah. 2 pemain tengah yang berdiri tepat di belakang striker tunggal akan berusaha menjadi otak serangan akhir. 2 jatah posisi ini akan di isi oleh Pelicori yang memiliki skill olah bola paling baik di tim. 1 lagi oleh Fred yang biasanya bermain sebagai gelandang box-to-box karena memiliki keunggulan fisik, defend yang kuat dan sebagai pemain asal Brazil, Fred juga memiliki teknik yang mumpuni. Pelicori dan Fred akan melakukan pressing setinggi mungkin di lini pertahanan Parma, sehingga jika bisa mencuri bola, dari kaki kedua pemain tersebut Cosenza akan melancarkan serangan. Untuk posisi 1 striker tunggal akan diemban oleh Varichio, attacante Cosenza terbaik saat ini yang memiliki keunggulan dalam hal pergerakan tanpa bola, mampu menahan bola, opportunis dan memiliki ketenangan di depan kotak pinalti lawan. Itu adalah strategi yang dipersiapkan oleh timnya melawan Parma esok hari.
Mateo sendiri juga tidak menyangka Cosenza bisa melangkah hingga putaran ketiga Coppa Italia dan untuk di liga mereka juga mempunyai start bagus dalam 2 pertandingan awal. Hasil bagus ini membuat motivasi para pemain Cosenza merasa terangkat dan menatap pertandingan melawan tim sebesar Parma yang seolah menjadi contoh nyata bagaimana sebuah tim kecil bisa bertransformasi menjadi tim penantang Scudetto dan meraih banyak gelar di Eropa, dengan antusias. Mereka tidak takut melawan Parma, karena apapun bisa terjadi di pertandingan besok. Untuk perkembangan dirinya di Cosenza musim ini, Mateo sudah cukup puas karena mendapat menit bermain yang cukup banyak dan bisa mencetak 1 gol melawan Bologna di psutaran kedua Coppa Italia. Hanya saja, Mateo masih merasa banyak kekurangan. Dari latihan khusus yang diberikan oleh pelatih, Mateo masih mempunyai kekurangan di sisi stamina, kemampuan duel udara, power tendangan yang masih lemah dan seringkali mudah terpancing emosi oleh lawan.
Di tengah lamunan, Mateo mendengar suara langkah kaki di tangga menuju ke kamarnya, dengan hati berdebar-debar Mateo menunggu kehadiran Daniela.
“Sayang, uda mandi?” Tanya Daniela setelah masuk ke kamar dan kemudian menutup pintu kamar Mateo. Daniela terlihat segar, cantik sehabis mandi. Dia masih mengenakan tanktop hijau yang sama, tetapi entah apakah Daniela memakai bra atau tidak. Untuk bawahan, dia memakai celana putih yang dipilihkan oleh Mateo. Celana tersebut ternyata masih pas, malah Daniela mengenakan hotpant.
“Udah donk, wah celana ku lari jaman SMP ternyata masih pas dan seksi banget ya kamu pakai.”kata Mateo yang kini beringsut ke pojok kasur yang mepet dengan dinding kamar.
“hehehe, enak banget ni celananya, adem dan jatuhnya enak di kulit. “ kata Daniela yang kini merebahkan tubuhnya di samping Mateo dan memposisikan lengan kiri Mateo sebagai bantalnya. Tetapi ternyata kasur tersebut nampaknya tidak muat untuk mereka berdua. Akhirnya Daniela mengubah posisinya miring menghadap Mateo dan melingkarkan tangan kirinya memeluk tubuh Mateo. Mateo merasakan dada Daniela yang padat menempel di tubuhnya, dia lalu tersenyum menatap wajah Daniela dan kemudian mencium kening kekasihnya lembut. Mendapat ciuman mesra di keningnya, Daniela memejamkan matanya sembri tersenyum dan mengeratkan pelukannya.
“Besok kamu berangkat ke San Vito jam berapa sayang?”Tanya Daniela manja.
“Jam 8 pagi, aku berangkat latihan terus tetap di sana sampai pertandingan jam 4 sore. Kamu besok ada jadwal kuliah?
“Ada. Dari jam 9 pagi sampe jam 3 sore sayang.”
“Besok aku anterin kamu dulu ke asrama ya, eh kalau kamu kuliahnya sampe jam 3 sore, kamu datang donk ke pertandingan. “
“Hehehe tenang saja, aku uda punya tiket buat besok kok. Aku udah beli tiket di tribun VIP. “
“Wah luar biasa.”
“Iya donk, aku kan pengen dukung kamu langsung. Besok kamu main dari awal ga?”
“Enggak, besok aku duduk di bangku cadangan, signor Muti memulai pertandingan dengan menguatkan lapangan tengah dan hanya memasang 1 striker di depan.”
“Tetap semangat ya sayaaang, siapa tahu kamu besok mendapat kesempatan bermain. Kapan lagi kamu bisa 1 lapangan melawan Cannavaro, hihiih”
“Hm jangan-jangan kamu besok menonton langsung karena pengen melihat langsung Cannavaro ya?”
“hehehee aku kan datang khusus buat mendukung kamu…yah sekalian ngliat langsung Cannavaro yang ganteng, hhahaha.”
“Dasarr cewek. Kamu ngefans sama Cannavaro ya?”
“Bukan ngefans kok, Cuma suka dengan kegantengan Canna aja. Tapi dari sekian pemain Parma, aku paling suka dengan kipernya. Gianluigi Buffon. Tinggi, tegap, kulitnya kecoklatan, matanya biru, rambutnya fungky, macho bangett dan yang pasti dia adalah kiper terbaik Italia saat ini. Tinggal tunggu waktu Buffon mampu menggeser posisi Francesco Toldo sebagai kiper utama timnas Italia.”
Mendengar penuturan lengkap Daniela tentang Buffon, mau tidak mau membuat Mateo mulai cemburu. Mateo belum pernah bertemu maupun berhadapan melawan Buffon, tetapi dari sepak terjang Buffon yang dia saksikan di lapangan, Mateo tahu Buffon adalah kiper yang sangat, sangat tangguh di bawah mistar gawang. Dan Buffon bisa menjadi mimpi buruk bagi para lawannya terutama para striker ketika dia sedang berada dalam top performance. Buffon juga mendapat julukan yang cukup membuat para striker lawan gentar, yakni Superman.
Buffon memang sangat mengidolakan sosok superhero tersebut dan seringkali memakai kaos biru dengan logo khas Superman di balik jersey yang dia kenakan di atas lapangan. Tetapi julukan Superman semakin lekat kepadanya ketika di salah satu pertandingan bigmatch menjamu Inter Milan di Enni Tardini di musim 1997/98. Saat itu Inter Milan yang diperkuat oleh striker paling mematikan di Eropa dan peraih gelar Ballon D’Or, Ronaldo terus mengurung pertahanan Parma. Dengan kecepatan dan akselerasinya, Ronaldo meneror pertahanan Parma. Puncaknya ketika tusukan Ronaldo dari sayap kiri mampu melewati Fabio Cannavaro dan Lilian Thuram kerepotan mengejarnya, aksi Ronaldo menggiring bola terhenti di kotak pinalti ketika bek kanan Parma Benarivo menghentikan gerakan Ronaldo dengan kasar dan wasit tidak ragu menunjuk titik putih.
Eksekusi pinalti diambil sendiri oleh Ronaldo. Buffon kini berhadapan langsung dengan striker terbaik Eropa dan juga dunia. Kiper yang bermental lemah akan langsung gemetar dan sudah merasa kemasukkan bola duluan bahkan sebelum Ronaldo menendang bola. Tetapi lawan Ronaldo kali ini adalah Buffon. Ronaldo dengan berkacak pinggang dan menatap Buffon dengan percaya diri menendang bola ke arah pojok kiri gawang Buffon begitu mendengar wasit meniup peluit. Buffon dengan ketangkasan dan refleknya bergerak ke arah yang sama dengan arah tendangan Ronaldo. Bola berhasil ditepis oleh Buffon !! bola muntah hasil tendangan segera dibuang sejauh mungkin oleh Cannavaro yang secara luar biasa mampu bereaksi cepat melihat bola liar. Publik Ennio Tardini bersorak. Masih dalam kondisi adrenalin tinggi, Buffon kemudian merayakan keberhasilannya menepis bola pinalti Ronaldo dengan mengangkat jersey lalu menunjukkan kaos Superman di baliknya ke tribun pendukung Parma.
Sejak saat itu, publik Italia dan juga dunia ketika menuliskan nama Buffon di artikel, mereka selalu menambahkan julukan “Superman” di tengah nama Gianluigi Buffon.
“Hayoooo, kamu cemburu ya sayang kalau aku ngefans banget sama Buffon?”goda Daniela kemudian menyentil kecil ujung hidung Mateo.
“Ah siapa yang cemburu.” Jawab Mateo singkat.tetapi tidak bisa menyembunyikan perasaaan cemburu.
“Ihhh sayangku cemburuuu, hahaha,makanya buktikan bahwa kamu tuh gak mau kalah besok di pertandingan, lebih baik lagi kamu besok diturunkan terus bisa mencetak gol di gawang Buffon, hmm kamu pasti lebih ganteng maksimal, hihihiihi.”
“Yah kita lihat saja besok, aku ga main samasekali pun gak masalah, kan keputusan ada di tangan pelatih.”jawab Mateo tenang, tetapi dalam hati Mateo berharap dia besok main dan bisa membuat Daniela terkesan.
Gianluigi “Superman” Buffon...kita lihat besok...
“LOVE IS SIMPLY THE NAME FOR THE DESIRE AND THE PURSUIT OF THE WHOLE”
-Aristophanes-
========
Bersambung
Next Chapter:
Deep Lying Forward #12 : ME vs BUFFON part II
No comments for "DLF #11"
Post a Comment