Featured Post

DLF #6

DEEP LYING FORWARD#6
STAI CALMO !! (STAY CALM !!)



Club Med Villas De Finolhu, Maldives, 22 July 2000


Setelah selesai makan malam di Muraka, restoran yang bernuansa rumah tradisional dan khusus menyediakan makanan seafood dengan pemandangan Samudera Hindia dan yang lebih menakjubkan adalah di tengah resto terdapat lantai yang terbuka sehingga pemandangan bawah laut dengan sorot lampu neon menambah nuansa makan malam terasa luar biasa. Kedua orangtua Daniela memutuskan ingin lebih lama berada di tempat tersebut dengan menikmati wine sambil melihat laut lepas. Kedua orangtua Daniela adalah sosok pasangan yang romantis bahkan setelah mereka menikah 30 tahun. Cesare Giovanto, 55 tahun, adalah seorang hakim senior di Kejaksaan Milan yang terbiasa menangani kasus-kasus kriminal berat. Seorang pria asli Italia Utara yang keras dan tegas tetapi bisa sangat lembut ketika berada di tengah keluarganya. Sedangkan istrinya bernama Paula Giovanto, 50 tahun seorang mantan model yang setelah menikah dengan Cesare berubah haluan menjadi fashion designer untuk Versace.

Dari hasil pernikahan mereka, 2 putri cantik lahir. Yang sulung bernama Monica Giovanto, 28 tahun, yang bekerja sebagai praktisi periklanan di Pane&Design, salah satu agen iklan terbesar di Italia. Monica memiliki tubuh yang lebih tinggi dan lebih bongsor dibandingkan adiknya Daniela. Monica yang memiliki garis wajah yang tegas tetapi tetap cantik alami dengan rambuh brunette dan tatapan mata yang sayu sehingga dia memiliki sex appeal yang tinggi. Monica adalah tipikal gadis Italia yang lahir dan tumbuh di kota fashion terbesar seperti Milan yang sangat memperhatikan fashion, doyan shopping dan bersenang-senang di klub malam. Dan Monica juga sangat menyukai seks, petualangan seksnya dimulai ketika dia kehilangan keperawanan di usia 15 tahun dengan guru olahraganya. Affair gelap tersebut berlangsung selama 1 tahun, dan berakhir ketika sang guru memutuskan menikah dan pindah ke Inggris. Monica yang terlanjur menikmati hubungan seks dan sedih akibat patah hati, melampiaskan segala sakit hatinya dengan menjalin hubungan dengan banyak pria. Dan setiap laki-laki yang menjadi kekasihnya pasti sudah merasakan tubuh Monica.

Ketika Monica sudah mulai menemukan titik jenuh karena gaya hidupnya, pada suatu hari Monica bertemu dengan pria yang manis, yang hangat dan bersikap sopan kepadanya. Berbeda dengan laki-laki lain yang berharap bisa menidurinya, pria ini bahkan tidak pernah mencoba untuk merayu atau melihatnya dengan tatapan “nafsu”. Setelah 1 bulan saling mengenal, pada suatu malam di tengah Piazza Duomo, pria ini berlutut dengan tangan kiri menggenggam tangan Monica erat dan dari balik bajunya, muncul kotak merah berbentuk hati yang berisi cincin emas berlian Swarovski, lalu berkata

“Monica, Mi vuoi essere sposato…will you marry me ?” Monica menangis terharu mendengarnya.

1 minggu kemudian Monica menikah dengan pria tersebut. Pria tersebut bernama Sammuel “Sammy” Hernandes, pria Italia keturunan Meksiko yang bekerja di klub AC Milan sebagai salah satu bagian staf Public Relation. Ketika Monica memutuskan menerima pinangan Sammy, banyak teman-teman Monica yang heran karena sosok Sammy yang “biasa” jika dibandingkan sederetan mantan kekasih Monica yang lebih tampan, lebih kaya maupun lebh terkenal. Monica hanya tertawa dan dengan gaya cuek berkata bahwa suaminya tersebut seperti kuda jantan Stallion Italia di ranjang dengan penis paling dahsyat yang pernah dia temui. Setelah menikah keduanya tetap tinggal di rumah Cesare yang besar dan megah di kawasan elit Barregio. Meskipun sampai sekarang setelah menikah 3 tahun, mereka belum juga dikaruniai seorang anak, tetapi hal itu bukan menjadi hal yang besar buat mereka maupun buat Cesare dan Paula yang sebenarnya sudah mengidamkan seorang cucu.

Sementara putri kedua dari Cesare dan Paula, bernama Daniela Giovanto, 20 tahun. Daniela memiliki sifat yang sangat berbeda dengan kakaknya, Monica. Jika Daniela adalah fashion freak, maka Daniela adalah gadis yang cuek dengan penampilan serba tomboy dan sangat menyukai olahraga seperti berselancar, hiking dan karate. Dalam hal asmara, Daniela masih hijau karena dia belum pernah pacaran, banyak laki-laki yang coba mendekatinya tetapi entah kenapa dia masih malas berurusan dengan percintaan. Ketika lulus SMA Daniela memutuskan ingin kuliah di Universits Calabria yang berada di Italia Selatan yang terkenal dengan pantai dan pegunungannya yang mempesona, Cesare maupun Paula memakluminya. Terlebih lagi Daniela  mengambil jurusan Ilmu Hukum, sehingga membuat Cesare senang salah satu anaknya mau mengikuti jejaknya di bidang hukum.

Di liburan musim panas kali ini, keluarga Giovanto berlibur di Maldives, negara tropis di Asia Selatan yang terkenal dengan resort pantai yang ekslusif. Selain Cesare, Paula, Monica, Sammy dan Daniela ada 1 anggota keluarga lain yang ikut berlibur di Maldives yakni Toni Giovanto, 42 tahun, adik kandung Cesare yang juga paman dari Monica dan Daniela. Setelah memutuskan bercerai dari istrinya 2 tahun lalu, Toni menjadi depresi sehingga mengakibatkan usaha restonya di Parma mengalami kemunduran dan kemudian bangkrut. Cesare yang sangat sayang dengan adiknya tidak ingin adiknya terus terpuruk dalam kesedihan, kemudian mengajak Toni pindah ke Milan dan ikut tinggal bersama rumahnya. Bahkan Cesare memberikan modal kepada Toni agar memulai usaha kembali. Toni setuju dan dengan modal yang diberikan kakaknya, Toni merintis usaha pub dan café yang tampaknya disukai para pengunjung. Sifat Toni yang periang, supel dan bisa masuk ke pergaulan manapun membuatnya mudah mendapat kenalan dan teman baru. Di usia 42 tahun, paman Toni yang mudah tersenyum dan badannya yang tambun malah membuatnya masih nampak lebih muda dari usia sebenarnya. Setelah usahanya tersebut berjalan dengan baik dan memberikan pendapatan yang bagus, Toni tetap tidak diperbolehkan oleh Cesare pindah. Cesare hanya mengijinkan Toni pindah rumah jika dia telah menikah lagi. Toni yang tampaknya masih malas menjalin kembali sebuah biduk rumah tangga, akhirnya mengalah dan tetap tinggal di rumah Cesare.

Keputusan yang tanpa Cesare, Paula dan Daniela sadari akan berdampak kepada kehidupan rumah tangga Monica dan Sammy.

Setelah selesai makan malam, kedua orang tuanya masih ingin berlama-lama di Muraka, sementara kakak dan suaminya malah buru-buru kembali ke Paviliun dan paman Toni juga pergi sendirian mencari pub untuk minum-minum. Tinggal Daniela yang bingung mau kemana lagi akhirnya memilih berjalan-jalan di sekitar resort menikmati pemandangan malam dari pinggir pantai. Daniela merasa kesepian dia tersiksa karena di tempat seindah seperti ini, dia sendirian. Daniela merasakan kerinduan yang amat sangat kepada kekasihnya, Mateo Rocco seorang pemain bola yang baru merintis karir di sepakbol professional. Meskipun lebih tua 2 tahun, tetapi Daniela merasakan bahwa Mateo lebih dewasa dibanding dirinya. Sudah hampir 3 minggu mereka belum bertemu. Sebenarnya Daniela ingin memperkenalkan Mateo kepada keluarganya dan mengajaknya ikut berlibur bersama. Tetapi tuntutan seorang pemain sepakbola dimana liburan musim panas hanya berlangsung kurang dari 1 bulan dan mesti segera mengikuti pemusatan latihan selama pramusim membuat keinginan Daniela urung terlaksana. Setengah jam kemudian, Daniela memutuskan untuk segera balik ke paviliunnya dan segera menelpon Mateo.

Sambil berjalan menyusuri jembatan kayu, Daniela merasa kagum dan senang sekali dengan pilihan libur musim panas di Maldives. Daniela bosan berlibur ke wilayah Eropa. Jadi ketika ayahnya memberi tahu mereka akan berlibur ke Maldives, Daniela yang sangat menyukai pantai begitu antusias. Dan keindaahan yang dia temukan disini sangat jauh melebihi bayangannya. Giovanto sekeluarga berlibur 1 minggu penuh di Maldives. Dan mereka menginap di Club Med Villas De Finolhu, sebuah resor yang berada di salah satu pulau kecil di Maldives, lebih tepatnya di pulau Gasfinolhu. Club Med Villas De Finolhu adalah resor yang terdiri dari 22 villa di pinggir pantai dan 30 paviliun yang berkonsep ramah lingkungan dengan desain interior mewah dilengkapi kolam renang pribadi, pemandian air panas pribadi dengan pemandangan langsung Samudera Hindia yang luar biasa. Kedua orang tua Daniela memilih menginap di villa pinggir pantai, sedangkan Daniela, Paman Toni, Monica dan Sammy memilih menginap di Paviliun. Monica dan Sammy menempati Paviliun paling ujung, Daniela di Paviliun seberangnya sedangkan Paman Toni berada di deretan tengah.

Daniela melihat semua paviliun telah terisi penuh dan sebagian besar diisi oleh pasangan yang menikmati bulan madu. Setiap teras depan pavilion memiliki 1 tirai bambu sehingga privasi para penghuninya tetap terjaga. Tetapi ketika Daniela melewati salah satu Paviliun yang tirai penutup terasnya terbuka, tanpa sengaja Daniela melihat 1 pasangan sedang bercumbu di dalam paviliun, Daniela yang malu melihatnya segera mempercepat langkah. Dilihatnya paviliun yang ditempati Paman Toni, lampu kamarnya mati berarti pamannnya masih berada di luar mencari hiburan sendiri. Setelah sampai di ujung jembatan, Daniela menengok paviliun yang ditempati kakaknya lampunya menyala dan sekilas terdengar tawa kakaknya, aih mereka juga pasti sedang bermesraan ahhhh, pikir Daniela antara perasaan kesal dan mupeng bercampur jadi satu. Daniela segera masuk ke paviliun dan duduk di sofanya yang nyaman. Udara malam itu dingin sekali, apalagi angin malam yang berhembus lansung dari Samudera Hindia membuat Daniela kedinginan, kemudian Daniela beranjak menutup pintu kaca di teras belakang. Daniela segera berganti pakaian, kini dia mengenakan dress putih yang longgar.

Daniela melemparkan tubuhnya ke tempat tidur , tangannya meraba-raba mencari handphone di bawah bantal dan di sekitarnya. Setelah 5 menit mencari handphone yang tidak kunjung ditemukan, Daniela baru teringat kalau tadi sebelum pergi makan malam, dia kebelet pipis dan handphone nya dia letakkan di meja dapur. Setelah selesai pipis, Daniela langsung pergi.

“Duhh mana handphone pakai acara tertinggal lagi, ambil sekarang atau ambil besok ya? Kalau di ambil sekarang, takut ganggu kakak. Tapi kalau diambil besok, aku sudah kangen banget sama Mateo malam ini, uda janjian mau telpon tadi sore mumpung hari ini Mateo ada waktu libur latihan” pikir Daniela kesal dan bimbang. Akhirnya Daniela memberanikan diri mengambil handphone di pavilion kakaknya.

“Semoga mereka sedang tidak aneh-aneh dulu malam ini, setelah aku ambil handphone terserah kakak mau ngapain” harap Daniela dalam hati.

Sesampai Daniela di depan pintu pavilion, tidak terdengar suara kakaknya.

“kok malah sepi sih suaranya, wah jangan-jangan mereka sedang bercinta di dalam”rutuk Daniela.

Ahh bodo amat, yang penting aku bisa cepetan ambil handphone dan pergi, batin Daniela memberanikan diri untuk mengetuk pintu depan.

Sesaat sebelum Daniela mengetuk pintu, dari dalam tiba-tiba terdengar suara lenguhan seorang wanita yang kerass. Daniela yang kaget, entah kenapa malah bereaksi dengan segera jongkok bersembunyi di bawah pintu.

“Tuhaaaann, nikmat sekali papah

Itu suara kakak, sial mereka berdua beneran lagi bercinta, Daniela sesaat ingin segera pergi, tetapi setelah melihat suasana malam itu yang sepi, paviliun mereka yang terletak paling ujung membuat rasa penasaran Daniela muncul.

Jadi penasaran seperti apa kakak kalau bercinta, hhihihihi”

Jarak 8 tahun dengan kakaknya membuat keduanya tidak terlalu dekat, tetapi Monica sering membelikan hadiah untuknya. Tetapi sebatas kedekatan itu saja, untuk urusan pribadi mereka tidak pernah saling curhat. Sebagai adik, Daniela tahu kakaknya sering bergonta-ganti pasangan. Sebelum kakaknya menikah, Daniela sudah tahu reputasi sang kakak sebagi salah seorang Sosialita kelas atas di Milan, selalu ada saja kakaknya pergi dari satu pesta ke pesta lain. Beberapa hari tidak pulang lalu kemudian pulang dalam keadaan mabuk. Hal yang sering membuat ayahanya sering marah besar kepada kakaknya. Cap gadis pesta membuat reputasi sang ayah sebagai salah seorang hakim senior sedikit tercoreng, dan Daniela sudah sering melihat ayah dan kakaknya bertengkar hebat sementara ibunya terus menerus membela kakaknya. Hingga ketika puncak kesabaran ayahnya mulai habis dan mengancam akan mengusir Monica dari rumah jika dia tidak segera berubah, Sammy datang ke kehidupan kakaknya dan merubah 180 derajat sifat kakaknya. Sammy, Daniela sangat meyukai kepribadian kakak iparnya tersebut. Terkesan pendiam, tetapi baik sekali dan hangat terhadap keluarga pokoknya menyenangkan.

Daniela yang memutuskan akan mengintip sebentar saja aktivitas prbadi kakaknya, kemudian berjalan mengendap-endap di samping lorong paviliun yang langsung tembus ke teras belakang. Di tengah lorong, Daniela melihat lubang kecil di dinding paviliun yang terbuat dari kayu, tepat di bawah jendela yang mengarah langsung ke kamar tidur kakaknya. Lampu lorong paviliun yang tidak dinyalakan membuat Daniela yakin kehadirannya tidak akan diketahui oleh keduanya.
Dari lubang sebesar jari telunjuk, dengan posisi berjongkok Daniela mengintip apa yang terjadi di dalam.

10 detik yang Daniela lihat, menjadi 10 detik paling mengejutkan dalam hidupnya. Semuanya bisa ia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Sesuatu yang seharusnya tidak perlu Daniela saksikan.

Namun terlambat sudah.

Daniela melupakan keinginannya untuk mengambil handphone yang tertinggal.

Daniela melupakan niatnya untuk menelepon Mateo kekasihnya.

Daniela shock berat…

***


Presidente Ufficio - San Vito Stadium, 2 Agustus 2000


Pagi ini presidente Cosenza, Alex Paoletti sedang berada di ruangannya, membaca laporan progress tim selama pramusim yang tadi malam di e-mail oleh Luca Sansone tapi baru sempat dibukanya pagi ini. Baru 10 menit membaca laporan tersebut, raut mukanya terlihat masam melihat deretan hasil pertandingan uji coba, 6 kali bertanding dan semuanya menelan kekalahan.
  
Cosenza Incontro Amichevole Risultati :

5 July, Perugia 4 - 0 Cosenza
10 July, Modena 2 – 0 Cosenza
15 July, Folignano 2 - 1 Cosenza
21 July, Cosenza 1 – 3 Massese
25 July, Cosenza 0 – 1 Savoia
29 July, Cosenza 2 – 3 Salernitana

Segera ditutupnya laporan tersebut, dia sudah tidak berminat membaca keseluruhan laporan tersebut. Dia ingin mendengar perkembangan tim langsung dari allenatore Bartolo Mutti, pergerakan tim di calciomerato dari Roberto Ansaldi dan info dari Luca Sansone tetntang pengumuman pembagian grup putaran pertama Coppa Italia yang dimulai 11 hari lagi atau lebih tepatnya tanggal 13 Agustus. Paoletti merasa kesal sekali. eksperimen Bartolo Muti merubah gaya permainan menyerang dengan formasi 4-3-3 menjadi 3-5-2 yang cenderung bertahan tampaknya tidak berjalan baik. Di tengah rasa kesalnya, pintunya diketuk dan 3 orang yang ditunggunya sudah datang. Kemudian ketiganya segera duduk berjejer di depan meja Paoletti.

“Buongiorno signor “ sapa Ansaldi berbasa-basi.

“Mattina....”

Dari nada suara yang dikeluarkan oleh Alex Paoletti, ketiga orang terebut tahu bahwa suasana hati sang presiden sedang buruk dan mereka sudah tahu apa penyebabnya.

“Sudah tidak usah basa-basi, segera ke pokok permasalahan, Mutti berikan saya penjelasan kenapa tim kalah terus selama pramusim?? Saya tahu itu cuma pertandingan uji coba. Tetapi kok ya kalah terus?? Okelah, Perugia dan Modena adalah tim yang memiliki level lebih baik, tetapi melawan tim yang setara dengan kita seperti Folignano dan Salernitana kita juga kalah, dan yang lebih buruk melawan tim dari Serie-C1 seperti Savoia dan Masesse kita juga kalah !! 6 pertandingan kita kemasukan 15 gol dan hanya mencetak 4 gol !! “ sembur Paoletti lalu meneguk 1 sloki vodka dengan cepat. Meskipun hari masih terlalu awal untuk minum vodka, tapi jika sang presiden sudah marah besar, hanya vodka yang bisa membuatnya tenang.

Bartolo Mutti yang menjadi sasaran utama kemarahan Alex Paoletti tetap terlihat tenang.

“Justru saya malah bersyukur tim kalah selama pramusim….” jawab Mutti santai.

Bukan cuma Alex Paoletti yang kaget mendengar jawaban Mutti, bahkan Roberto Ansaldi dan Luca Sansone juga kaget mendengar jawaban signor Mutti yang malah seperti menuang 1 drum bensin ke dalam kobaran api.

“Apa maksudmu ?? kamu kira saya bercanda ?? target kita di musim ini tidak main-main !”

“Saya juga serius signor Paoletti. Anda tetap tenang saja. Stai calmo..Saya masih ingat dengan target yang dipasang manajemen.” Ucap Mutti percaya diri.

“Bagus kalau kamu masih ingat. Lalu apa saja yang kalian lakukan selama pramusim? Apapun yang kalian lakukan nampaknya formasi 3-5-2 tidak berjalan baik.”sindir Paoletti.

“Tentu saja kami berlatih dengan keras dan serius signor. Kami tidak membuang 1 sen pun uang anda dengan percuma. Kenapa saya tadi bilang kenapa saya malah tidak masalah kalau tim kalah karena dengan kekalahan tim menjadi tahu apa saja kekurangan-kekurangan tim sedari awal. Akan menjadi masalah besar jika selama pertandingan ujicoba kita terus menang, anak-anak akan merasa di atas angin dan menganggap permainan mereka sudah bagus. Dan ketika menghadapi pertandingan sebenarnya yang atmosfer pertandingannya jauh lebih berat dan katakanlah kita langsung kalah di pertandingan pertama, maka identitifikasi permasalahan kenapa kekalahan itu terjadi, akan sedikit terlambat karena tim sudah tidak ada waktu untuk bereksperimen.

Justru selama menggelar pertandingan ujicoba, saya selalu menurunkan pemain yang berbeda-beda menggabungkan pemain senior dengan pemain primavera, tujuannya agar saya mendapat bayangan pemain-pemain mana saja yang mampu beradaptasi dengan cepat. Hal yang saya rasa tidak mungkin dilakukan ketika musim sudah berjalan. Formasi 3-5-2 yang sedang kita latih ini memang terlihat tidak berjalan bagus jika kita hanya melihat dari hasil akhir. Ya saya tahu, bagi sepakbola italia hasil akhir adalah yang terpenting. Percuma main bagus jika hasil akhirnya kita tetap kalah. Semua tifosi selalu menuntut tim agar terus menang bahkan mereka tidak perduli jika kita menang dengan penampilan yang buruk sekalipun. Jujur saja, saya juga menyukai gaya permainan menyerang yang kita tampilkan sepanjang musim lalu yang membuat kita hampir lolos ke Serie-A. HAMPIR. Saya ulangi, HAMPIR LOLOS signor.

Jarak 5 poin saja. Jarak yang berarti 2 kali kemenangan lebih banyak sudah cukup membawa kita lolos. 5 poin yang selalu menghantui pikiran saya, kenapa kita kehilangan 5 poin yang mahal tersebut. Setelah saya melakukan review penampilan tim selama 38 pertandingan, melihat statistik, membandingkan data pertandingan ketika kita menang, ketika kita imbang, ketika kita kalah. 11 kali menang, 11 kali imbang dan 10 kali kalah dengan perbandingan mencetak 62 gol kemasukan 55 gol yang berarti surplus 7 gol. Kesimpulan penting yang saya ambil adalah tim kita tidak memiliki keseimbangan dengan bermain 4-3-3. Oke sektor penyerangan kita kuat, bahkan kita adalah tim no 2 tertinggi dari 20 tim dalam hal urusan mencetak gol, tetapi untuk sektor pertahanan kita menderita 55 gol atau urutan ke 16. Bahkan jika dibandingkan dengan tim Alzano Virescit yang terdegradasi, mereka hanya kemasukan 50 gol. Menurut signor Paoletti, jika 2 tim terbaik di dunia bertanding, maka berapakah skor akhir yang terjadi??  tanya Mutti.

“Kalau 2 tim terbaik di dunia bertanding ? ya jelas akan ada banyak gol tercipta. Bisa 3-2, 5-3 atau bahkan draw dengan skor 4-4.” Jawab Paoletti lugas.

Bartolo Mutti tersenyum mendengar jawaban signor Paoletti, seolah sudah tahu jawaban apa yang akan diberikan oleh sang presidente.

“Kalau 2 tim terbaik di dunia bertanding menurut saya maka skor yang tercipta adalah 0-0.”

“kok bisa ??”

“Karena 2 tim terbaik adalah tim yang sama-sama memiliki keseimbangan baik dalam bertahan maupun menyerang. Para striker dari kedua tim saling tidak bisa mencetak gol karena kesolidan lini belakang masing-masing. Jadi singkatnya, lini pertahanan akan menjadi fokus terbesar saya. Saya akan mengembalikan kodrat sepakbola khas Italia yang kokoh dalam bertahan namun efektif dan opportunis ketika mendapat peluang mencetak gol. Dan untuk memfasilitasi ide tersebut, formasi 3-5-2 adalah formasi yang saya pikir paling cocok.”

“Kalau anda bilang lini pertahanan akan menjadi hal yang krusial bagi tim, hasil pertandingan ujicoba kita kemasukan 15 gol lho dari 6 pertandingan berarti rasio kemasukan 2,5/pertandingan. Dan rasio mencetak gol hanya 0,6/pertandingan. Ini tandanya kita tidak bisa bertahan dengan baik dan yang lebih buruk kita juga tidak bisa mencetak gol. Signor Mutti, tanpa gol bagaimana kita bisa meraih kemenangan?? Lini belakang yang kuat, sayangnya saya belum meihat hal ini, akan percuma jika kita tidak bisa membuat gol. Apa solusi anda dalam hal ini?”

“ya pertahanan kita memang masih jelek, tetapi 2 pertandingan terakhir saya sudah mendapat susunan inti pemain di lini belakang. Oke di pertandingan melawan Salernitana kita kemasukan 3 gol. Tapi perlu anda ketahui 3 gol tersebut lahir dari situasi bola mati, yang sayangnya kita masih lemah mengantisipasi bola-bola mati. Ini menjadi PR besar yang harus kami segera atasi sebelum musim benar-benar dimulai. Sisi positifnya adalah dalam hal open play, trio lini belakang kita sudah bermain bagus. Koordinasi lancar, pengertian antar lini sudah mulai ada. Sedangkan untuk dalam hal penyerangan, saya tidak terlalu khawatir. Tinggal masalah waktu para penyerang kita bisa mendapat sentuhan mereka.

Selain berlatih keras, ada beberapa posisi yang memang perlu kita tingkatkan dengan cara bergerak di jendela transfer musim panas kali ini. Saya sudah meminta 4 pemain baru kepada signor Ansaldi yakni 1 bek tengah, 1 pemain tengah, 1 wingback dan 1 striker. Dan saya meminta khusus kepada signor Ansaldi agar para pemain tersebut adalah pemain muda dan dibeli secara permanen bukan pemain pinjaman. Beberapa nama yang signor Ansaldi berikan, saya juga menyukai. Biar beliau sendiri yang menyampaikan sampai dimana proses negosiasi.
Oh iya karena saya ingin menetapkan program jangka panjang bagi pemain maka untuk pemain lapis kedua, saya percaya beberapa pemain Primavera kita sudah siap. Saya merekomendasikan 6 pemain Primavera untuk promosi ke tim utama. Cruscito kiper, 2 bek tengah Silvestri dan Parisi, 2 pemain gelandang Bachini dan Bartolomeus, dan terakhir 1 penyerang Mateo Rocco. Secara fisik mereka sudah siap, tetapi untuk urusan mental mereka masih hijau dan memerlukan kita untuk membimbing mereka. Untuk skill, dengan menit bermain yang banyak maka skill mereka masih bisa berkembang lebih baik lagi. Dari 6 pemain Primavera tersebut yang paling menonjol adalah Christian Silvestri dan Mateo Rocco. Mereka berdua sudah membuat penampilan debut di liga musim lalu.

Tim ini akan menggabungkan pengalaman bertanding dan kematangan mental para pemain senior dengan pemain muda yang siap berjuang sekuat tenaga dan motivasi yang membara. Jika kita bisa menemukan formula yang tepat. Saya yakin kita bisa mendapat hasil yang lebih baik dari musim lalu. Support dari anda dan manajamen yang sangat luar biasa membuat kami semakin terpacu. Grazie signor” urai Bartolo Mutti panjang.

Penjelasan dari Bartolo Muti yang meyakinkan nampaknya membuat suasana hati Alex Paoletti menjadi lebih baik. Dari semua orang di Cosenza, hanya dia yang paling mengenal karakter Bartolo Mutii yang tegas dan tidak meyukai intervensi untuk urusan tim, keras kepala namun juga sangat logis dalam menyampaikan ide dan pendapatnya. Seorang pelatih dan juga sabahat yang dia harap mampu membawa kesuksesan bagi klub Cosenza Calcio yang sangat dicintainya.

“oke baiklah kita lihat nanti bagaimana hasilnya di pertandingan sebenarnya. Karena sudah menyinggung tentang pemain baru, signor Ansaldi, siapa nama 4 pemain tersebut dan sudah sampai mana proses negosiasi”? Tanya Alex Paoletti kepada Roberto Ansaldi, transfer guru Cosenza.

“Karena signor Mutti meminta pemain dengan status transfer permanen maka untuk proses negosiasi berjalan agak lama, tetapi saya yakin ke empat pemain baru tersebut sudah resmi bergabung dengan kita sebelum Coppa Italia dimulai tanggal 13 bulan ini. Ke 4 pemain tersebut adalah:

1. Alesa Marcioni, Central Difensore, 22 Tahun, Italy, Club: Pistoise, Deal transfer 350ribu Euro. Progress negosiasi gaji sudah 70%.
2. Fred, Centrocampista, 19 Tahun, Brazil, Club: Udinses U-19, Deal transfer 250ribu Euro. Progress negosiasi gaji 60%.
3. Andrea Rukavina, Wingback, 23 Tahun, Kroasia, Club: Venezia, Deal transfer 550ribu Euro. Progress negosiasi gaji 50%.
4. Fabio Bazzani, Attacante, 22 Tahun, Italia, Club : Genoa, Deal transfer 200ribu Euro. Progress negosiasi gaji 80%.

Total biaya transfer untuk 4 pemain ini 1,35 juta Euro dari budget 1,5 juta Euro. Dan saya yakin signor Truci senang mendengar uang yang dia berikan tidak saya habiskan semua.”beber Roberto Ansaldi diselingi rasa humor yang semakin mencairkan suasana yang tegang sejak mereka baru datang.Tepat ketika Roberto selesai berbicara, Direttore Tecnica Luca Sansone datang membawa jadwal bertanding putaran pertama Coppa Itali yang sudah dikeluarkan FIGC. Signor Sansone segera mengambil tempat duduk.

“Selamat pagi signor Paoletti, signor Mutti dan signor Ansaldi. Jadwal Coppa Italia sudah ada di tangan saya. Dari 8 grup, kita berada di grup F tergabung bersama Pescara, Siena dan 1 tim dari Serie-C1 yakni Savoia, tim yang kemarin mengalahkan kita di pertandingan uji coba. Ini bukan grup yang mudah, Pescara dan Siena juga lawan yang berat. Dari 3 kali bertanding, kita mendapat 2 kali partai kandang melawan Savoia tanggal 17 dan melawan Siena di pertandingan terakhir di grup tanggal 20. Untuk pertandingan pertama dimulai tanggal 13 kita melawat ke Pescara. Hanya 1 tim yang lolos ke putaran kedua. Di putaran kedua berlangsung 2 leg tanggal 26 dan tanggal 9 September. Dan ingat kompetisi liga Serie-B dimulai tanggal 3 September kita melakukan partai tandang ke Monza. Itu saja dulu yang perlu saya informasikan. Saya pribadi berharap kita bisa lolos ke putaran kedua. Sesuatu yang belum pernah kita capai, karena kita selalu gagal di putaran pertama. Oia Chief scout Massimo Ciumento seperti biasa akan memberikan laporan detil tentang lawan di H-4.”

“Ya saya setuju dengan pendapat anda signor Sansone, untuk Coppa Italia jika tim bisa menembus putaran kedua Coppa Italia saya sudah cukup puas. Prioritas utama tetap liga. Tetapi saya minta tim tetap menampilkan yang terbaik di Coppa. Oke saya kira diskusi kita cukup sekian. Diskusi yang menarik dan saya harap bisa membawa arah kemajuan bagi kita semua.”

FORZA COSENZA CALCIO !!


  “BEWARE THE FURY OF PATIENT MAN”
-JOHN DRYDEN-

Bersambung

Next Chapter:

Deep Lying Forward #7 : La Coppa Italiana



No comments for "DLF #6"