DLF #5
DEEP LYING FORWARD #5
NESSUN DOLORE, NESSUN GUADAGNO (NO PAIN, NO GAIN)
Sesi latihan pagi - Pontevalleceppi, 6 July 2000
Setelah kemarin mendapat 1 hari libur latihan selepas pertandingan ujicoba melawan Perugia, ke 30 Pemain Cosenza yang terdiri dari 20 pemain senior dan 10 pemain Primavera yang dipilih untuk mengikuti pemusatan latihan di Pontevalleceppi, kembali berkumpul pada pukul 8 pagi untuk memulai sesi latihan pagi hingga pukul 10 pagi nanti. Sementara pelatih kebugaran Cosenza Giorgio Sterchele didampingi 2 fisioterapist Marco Toni dan Giuseppe Arandi memimpin sesi latihan pemanasan ringan dan akan dilanjutkan dengan joging mengelilingi track lari di dalam Pontevalleceppi Stadium sejauh 3 x putaran, allenatore Cosenza signor Bartolo Muti terlibat diskusi dengan assisten pelatihnya Alberto Malusci, Pelatih Kiper Sergio Fascone, Pelatih Serangan Alesandro Calori, Pelatih Pertahanan Alfredo Di Santo, Pelatih Fitness Salvatore Monaco, Pelatih Teknik Christian Statella di tengah lapangan.
“Pagi tadi signor Roberto Ansaldi menelpon saya dan bertanya tentang kebutuhan pemain baru yang dibutuhkan oleh tim sebelum dia bergerak secara serius di calciomercato. Dengan budget sebesar 1,5 Juta Euro dia bilang akan berusaha semaksimal mungkin mencarikan pemain baru yang sesuai. Saya bilang dalam beberapa hari ke depan saya baru bisa memberikan jawaban, maksimal setelah kita selesai bertanding melawan Modena tanggal 10. Bagaimana menurut kalian ??” Tanya signor Muti kepada para staf pelatihnya.
“saya setuju dengan sikap anda signor, menurut saya kita memang tidak perlu terburu-buru untuk mendatangkan pemain baru karena kita baru 1 minggu berkumpul untuk berlatih. Biarkan anak-anak tunjukkan kemampuan mereka disini semaksimal mungkin, baru setelah kita menyelesaikan pemusatan latihan di sini, kita akan mendapatkan gambaran secara menyeluruh tentang kelebihan dan kekurangan skuad kita saat ini, posisi-posisi mana saja yang membutuhkan suntikan pemain baru.” papar sang asisten pelatih Alberto Malusci.
Alberto Malusci, mantan pemain belakang sekaligus kapten Cosenza di era 90an dimana setelah memutuskan gantung sepatu di usia 35 tahun, lantas bergabung dengan staf kepelatihan Cosenza di bawah Bartolo Mutti. Pria asli Calabaria ini memiliki watak yang keras dan sangat menjunjung tinggi kedisiplinan di atas segalanya. Malusci bahkan tidak segan untuk mengeluarkan pemain dari tempat latihan jika dinilai tidak serius dalam berlatih.
Signor Bartolo Mutti manggut-manggut mendengar penjelasan Malusci.
“Saya juga berpikir seperti itu, hanya saja jika kita menunggu 2 minggu lagi sampai pemusatan latihan disini selesai, saya khawatir waktu untuk signor Ansaldi mencari pemain yang sesuai dengan yang kita inginkan terlalu mepet. Jadi ya setelah kita bertanding melawan Modena, kita harus sudah tahu area mana saja yang perlu kita tingkatkan dengan membeli pemain baru. Oke semuanya ?? Tanya signor Mutti kepada para orang-orang kepercayaannya.
“oke signor !” jawab para staf pelatih serempak.
“Bagus untuk masalah ini akan kita bahas lagi nanti. Untuk latihan pagi ini, saya ingin anak-anak fokus latihan fisik tanpa bola dulu, karena dengan sistem 3-5-2 menuntut stamina dan daya tahan tetap prima selama 90 menit, jika stamina anak-anak bagus maka daya konsentrasi mereka akan tetap terjaga selama pertandingan. Monaco, coba adakan Cooper Test pagi ini, apakah setelah 2 minggu latihan, Vo2max anak-anak sudah mengalami peningkatan karena hasil tes Vo2max sebelumnya hasilnya sangat mengecewakan sehingga fisik mereka kedodoran kemarin. Untuk sesi latihan sore, kita fokuskan di latihan pendalaman taktik dimana para pemain akan terbagi menjadi 4 grup. Grup 1 adalah khusus para penjaga gawang dipimpin oleh Fascone, tolong anda fokuskan latihan dalam hal handling bola dan antisipasi bola-bola liar. Grup 2 adalah khusus untuk para pemain belakang. Untuk grup 2 ini fokuskan latihan dalam hal koordinasi di lini belakang dan melakukukan pressing terhadap lawan. Oh iya Di Santo, masukkan Imbriani ke dalam grup 2 karena kemampuan bertahan dia sangat payah sekali jadi masih harus kita asah terus kemampuan bertahannya.
Selanjutnya Grup 3 untuk para pemain tengah yakni gelandang bertahan, gelandang serang dan pemain sayap. Masukkan Musacco ke grup ini karena kemampuan dia dalam membantu serangan masih perlu diasah lagi. Grup 3 ini akan dipimpin oleh Statella dimana fokus dalam hal peningkatan kualitas teknik meliputi kontrol bola, passing, crossing, shooting dan ball possession. Dan grup 4 untuk para pemain depan akan dipimpin oleh Calori. Fokus latihan grup 4 adalah pergerakan tanpa bola, antisipasi umpan-umpan daerah, dan finishing di dalam kotak pinalti. Grup 1 dan 2 menggunakan lapangan A dan akan didampingi 1 fisioterapis Marco Toni. Sedangkan Grup 3 dan 4 menggunakan lapangan B didampingi 1 fisioterapis Giuseppe Arandi. Okey itu saja yang perlu saya sampaikan. Jika ada yang perlu dengan saya, silahkan cari di ruang meeting karena hari ini saya dan Malusci akan menyusun ulang jadwal dan menu latihan di sisa 2 minggu pemusatan latihan. Semua mengerti? oke jika sudah mengerti, silahkan menyiapkan hal-hal apa saja yang diperlukan dalam latihan hari ini ” papar signor Muti mengakhiri diskusi.
***
Cara menilai stamina seorang pemain adalah dengan mengukur Vo2max pemain tersebut. Vo2max adalah kemampuan maksimal tubuh seseorang untuk menyalurkan dan menggunakan oksigen saat melakukan olah raga berat. Semakin besar kemampuan seseorang menyerap oksigen semakin bagus pula kondisi fisik seseorang khususnya dalam hal endurance (daya tahan). VO2Max diukur dalam banyaknya oksigen dalam liter per menit (l/min) atau banyaknya oksigen dalam mililiter per berat badan dalam kilogram per menit (ml/kg/min). Tentu, semakin tinggi VO2 max, pemain yang bersangkutan juga akan memiliki daya tahan dan stamina yang istimewa.
Salah satu cara untuk mengukur berapa Vo2max seorang pemain adalah dengan Cooper Test, yakni seorang pemain diminta untuk berlari secepat dan sestabil mungkin dalam kurun waktu 12 menit di lintasan lari sepanjang 400 meter dimana setiap 50 meter akan ditandai dengan cone. Jadi setelah selesai pemanasan, dibawah pengawasan Pelatih Fitness Salvatore Monaco satu persatu pemain Cosenza menjalani Cooper Test. Dengan stopwatch di tangan untuk menandai waktu 12 menit dan mencatat jarak tempuh yang dibukukan oleh semua pemain. Semua pemain menjalani cooper test dengan sungguh-sungguh dengan berlari sekuat dan sejauh mungkin karena tim pelatih mempunyai standar minimal indeks Vo2max sesuai dengan posisi pemain di lapangan. Cooper test berlangsung hingga jam 11 pagi, setelah dilakukan pendinginan sesi latihan pagi selesai. Para pemain akan berkumpul kembali nanti sore jam 15.00 untuk kembali melakukan sesi latihan sore. Sementara para pemain membubarkan diri, 2 pelatih kebugaran Cosenza mengolah data pencatatan waktu ke dalam komputer agar diperoleh indeks Vo2max para pemain. 1 jam kemudian, Monaco sudah mendapat hasilnya. Setelah selesai di print, Monaco segera ke ruang meeting untuk melaporkan hasil test Cooper kepada signor Muti.
Tok..tok…tok…
“ya masuk” terdengar suara signor Muti dari dalam, Monaco segera masuk ke dalam.
“Signor, hasil Vo2max para pemain sudah ada. Silahkan bisa dilihat” kata Monaco sambil menyerahkan 2 lembar kertas kepada signor Muti dan Alberto Malusci.
Nume---Nome---Eta---Posizione---Corrente Vo2max---Minimo Vo2max
22. Pantanelli – 29 anni – Portiere – 50,1 - 51
1. Vangioni – 27 anni – Portiere – 50,3 – 51
32. Cruscito – 19 anni – Portiere – 50,2 – 51
2. Pascetta – 26 anni - Difensore – 54,3 – 56
3. Pavone – 24 anni - Difensore – 54, 5 – 56
18. Silvestri – 20 anni - Difensore – 54, 9 – 56
4. Colle – 23 anni – Difensore – 55 – 56
14. De Angelis – 30 anni - Difensore – 54,6 – 56
6. Di Sole – 22 anni - Difensore – 54,9 – 56
21. Parisi – 19 anni - Difensore – 54,3 - 56
11. Imbriani – 23 anni – Ala- 60,5 – 62
13. Mussaco – 25 anni – Ala – 61 – 62
16. Zappa – 23 anni – Ala - 60,9 – 62
20. Fiore – 20 anni – Ala - 61-62
19. Giandebiaggi – 30 anni – Ala - 61,7 – 62
25. Strada – 20 anni – Ala - 60,6 – 62
30. Stefano – 19 anni – Ala - 60,1 – 62
8. Biagioni – 33 anni – Centrocampista – 61,5 – 62
29. Altomare – 27 anni – Centrocampista – 60,8 – 62
10. Pelicori – 26 anni – Centrocampista – 60 – 62
12. Scarlatto – 22 anni – Centrocampista - 61,3 – 62
5. Cribari – 25 anni – Centrocampista - 60 – 62
23. Bachini – 20 anni - Centrocampista – 59 – 62
24. Bartolomeus - 19 anni – Centrocampista - 59,8 – 62
26. Mario – 18 anni – Centrocampista - 60,2 – 62
9. Varicio – 25 anni – Attacante – 58,4 – 60
7. De Francesco – 29 anni - Attacante – 58, 2 – 60
17. Savoldi – 25 anni – Attacante – 59 – 60
31. Lentini – 20 Attacante – 58,1 - 60
27. Rocco – 18 anni – Attacante – 57,8 – 60
“Dari hasil Cooper test tadi pagi, Vo2max semua pemain mengalami peningkatan hanya saja memang belum mencapai ke batas minimal Vo2max, tetapi kita masih memiliki waktu 2 minggu lagi di sini. Saya optimis seluruh pemain selepas menjalani pemusatan latihan dan latihan rutin selama pre-season kurang lebih 1 bulan, semua pemain sudah mencapai level kebugaran yang saya prediksi bisa meningkat 10 % dari indeks yang mereka miliki sekarang ini dan siap untuk menghadapi 2 kompetisi yang akan kita lakoni.” Jelas Monaco kepada singnor Muti dan Malusci.
Vo2max sangat penting untuk ditingkatkan, karena 10% saja peningkatan Vo2max berarti katakanlah seorang pemain yang memiliki Vo2max 50 ml/kg/min. Lalu meningkat 10 % menjadi 55 ml/kg/min. Seorang pemain yang tadinya rata-rata berlari sejauh 8 km/pertandingan, melakukan 10 sprint dan 40 kali terlibat selama pertandingan, kini (dengan Vo2max yang lebih baik 10% ) berlari sejauh 9,6 km, melakukan 20 sprint dan terlibat 50 kali selama petandingan. Apabila perkembangan diatas dialami oleh semua pemain bisa dibayangkan betapa besar pengaruh peningkatan Vo2max pada jalannya (juga hasil) pertandingan. Sedangkan 2 kompetisi yang dimaksud oleh Salvatore Monaco adalah Lega Calcio Serie-B dan Coppa Italia. Sebelum liga Serie-B dimulai tanggal 3 September 2000, Cosenza akan menjalani putaran pertama Coppa Italia yang akan dibagi menjadi 8 grup terdiri dari 4 tim dimulai tanggal 13 Agustus 2000.
“ hmmm,ya ya..berarti secara fisik, anak-anak sudah mendapat porsi latihan yang tepat, tinggal bagaimana kita memoles teknik dan pemahaman taktik. Saya dan Malusci baru saja menyusun menu latihan yang baru, coba kamu lihat dan berikan pendapat” kata signor Muti meletakkan hasil Cooper Test lalu mengambil kertas yang berisi coret-coretan menu latihan yang baru dan menyerahkan kepada Salvatore Monaco, pelatih kebugaran Cosenza.
Monaco yang sudah bekerjasama dengan signor Mutti selama 4 tahun di Cosenza, melihat menu latihan secara serius.
“Tampaknya signor ingin memberikan fokus latihan yang lebih dalam hal taktikal dan teknik dasar tanpa melupakan sisi latihan fisik, tetapi akan lebih baik jika semua latihan tentang teknik dan taktikal dilakukan di sesi latihan sore sedangkan latihan sesi pagi fokus kepada peningkatan endurance, speed, speedendurance, flexibility, agility, power & koordinasi. Dan saya juga setuju ada masa off latihan 1 hari penuh setelah 5 hari latihan, hanya saja karena ini masih pre-season, setiap mereka seleai bertanding, saya sarankan tetap ada latihan di sore hari, tidak usah lama-lama cukup 30 menit untuk latihan dengan intensitas rendah seperti peregangan ringan secara statis, dribbling bola dengan kecepatan rendah, juggling bola, skipping, sprint-sprint pendek dengan 2/3 kecepatan normal dan jogging ringan. ”
“Apa para pemain tidak akan overtraining jika sehari setelah bertanding mereka masih berlatih?” Tanya Malusci kepada Monaco.
“Sangat normal untuk merasa nyeri pada otot sehari setelah pertandingan. Itulah kenapa penting untuk melakukan latihan intensitas rendah sehari setelah pertandingan, sementara tubuh terus melakukan pemulihan. Dengan cara ini, para pemain bisa tetap aktif sambil menghindari risiko kelelahan fisik dan mental.”
“Oke lah. Coba untuk sesi latihan pagi tolong anda susun untuk 2 minggu ke depan anda detilkan lagi, nanti malam berikan ke saya jadwal lengkapnya,bisa” Tanya signor Muti kepada Monaco.
“Si..iya signor. Kalau begitu saya mohon diri dulu, saya akan diskusikan sesi latihan pagi ini dengan Sterchele dan boleh saya bawa catatan ini agar jadwal latihan pagi bisa selaras dengan sesi latihan sore ??”
“ya gapapa silahkan bawa saja. Malusci sudah punya salinannya.”
“Grazie signor.ciao”
Setelah Monaco pergi, signor Muti dan Malusci kembali berdiskusi tentang kondisi tim terutama dalam hal penerapan taktik sambil melihat laporan Vo2max untuk perbandingan.
Semua staff pelatih Cosenza sangat serius dalam persiapan pra-musim kali ini di Pontevalleceppi, target tinggi yang diusung oleh manajemen membuat mereka tidak bisa bersantai dan terus menuangkan ide-ide membuat grand design untuk Cosenza di musim 2000/01.
***
Sesi latihan Sore - Pontevalleceppi, 6 July 2000
Sesi latihan sore sudah dimulai 15 menit yang lalu, kompleks pelatihan Pontevalleceppi selain memiliki 1 stadion sepakbola yang menyediakan tribun untuk 5.000 penonton, juga memiliki 2 lapangan rumput berukuran standar liga, 1 lapangan outdoor. Selain itu kompleks latihan ini juga memiliki tempat gym, lapangan tenis, kolam renang, spa, sauna, perpustakaan dan penginapan khusus untum tim yang mengadakan pemusatan latihan di sini. Grup 1 dan 2 menggunakan lapangan A. Masing-masing menggunakan setengah lapangan. Signor Muti dan Alberto Malusci melihat dan memantau latihan masing-masing grup. Di grup 1, 3 kiper Cosenza di bawah pelatihan pelatih kiper Sergio Fascone sedang berlatih memperbaiki handling atau kontrol bola baik saat menghadapi tendangan ataupun menangkap bola saat lawan mengirim umpan lambung ataupun umpan crossing ke dalam kotak pinalti. Ketiga kiper secara bergantian masing-masing 10 menit berdiri di depan M-Station, alat yang berbentuk seperti gawang yang terbuat dari stainless steel dan aluminium ringan, permukaan string menghasilkan rebound maksimum bola dan memiliki tiang penyangga di belakangnya yang bisa diatur sudut kemiringannya. Semakin dekat dan semakin kencang bola ditendang ke arah M-Station maka akan semakin kencang pula pantulan bola dan efek acak pantulan bola yang akan dihasilkan inilah yang saat ini sedang dihadapi Pantanelli, Vangioni dan Cruscito.
Fascone berdiri agak ke samping kiri menghadap M-Station dan menendang bola dari mulai jarak 12 meter, 10 meter, 8 meter, 6 meter dan 4 meter. Semakin dekat jarak, kekuatan tendangan bola akan semakin keras. Para kiper diperintahkan untuk berdiri di tengah dari jarak 5 meter dan menangkap bola hasil pantulan selengket dan sesempurna mungkin. Situasi ini untuk melatih reflek, antisipasi dan handling kiper ketika ada kemelut di kotak pinalti dimana bola bisa ditendang dari berbagai macam situasi. Dari jarak 12 meter, semua kiper masih bisa menangkap 10 bola dengan sempurna dari 10 kali tendangan. Dari jarak 10 meter dan kekuatan tendangan mulai bertambah, Pantanelli masih sigap menangkap kesemua 10 percobaan tendangan, Vangioni lepas bola 1 kali sedangkan Cruscito hanya bisa menangkap 7 bola. Kemampuan handling kiper benar-benar di uji ketika bola ditendang dari jarak 8 meter, laju bola yang kencang menghasilkan pantulan bola yang lebih liar. Pantanelli lepas 2 bola, Vangioni lepas 3 bola, Cruscito lepas 5 bola.
“Ayoo konsentrasi, perhatikan bola, CRUSCITOO !! turunkan pinggangmu sedikit !!. buka matamu, jangan takut terhantam bola, kamu ini kiper bukan penari balet !! VANGIONII jangan mau kalah sama Pantanelli, dia yang menghalangi jalanmu menjadi kiper utam Cosenza. PANTANELLI saya menuntut kesempurnaan dari seorang kiper no 1 klub. FOKUS !” teriak Fascone tanpa ampun kepada para kiper.
Setelah mengamati progress latihan para kiper yang mesti siap terhantam bola jika mereka tidak sigap menangkap bola, signor Mutti dan Alberto Malusci kemudian berpindah ke sisi lapangan dimana ada Grup 2 yang diisi oleh 7 pemain belakang plus winger Carmelo Imbriani. Pelatih khusus pertahanan, Alfredo Di Stefano sedang memberikan instruksi tentang betapa pentingnya para bek menjaga jarak satu sama lain dimana maksimal jarak antara bek yang berdekatan tidak boleh lebih dari 5 meter. Hal ini penting untuk dimengerti oleh para pemain karena hanya dengan jarak antar-pemain yang relatif berdekatan seperti ini pertahanan akan menjadi ketat (compact) sehingga sulit untuk ditembus oleh kombinasi-kombinasi yang dilakukan oleh lawan.
Prinsip jarak antar-pemain yang relatif dekat ini mutlak harus dipertahankan ke mana pun bola dimainkan oleh lawan. Komando di lini belakang akan diatur oleh 1 bek yang ada di tengah, yang akan bermain sebagai sweeper. Dia yang akan mengingatkan rekan-rekannya agar tetap disiplin.
“Dengan bermain menggunakan 3 bek, kalian akan bermain menggunakan zona marking. Pemain sayap kita akan melakukan pressing kepada lawan yang menyerang via sayap, lakukan double cover, 1 pemain tengah juga akan dituntut untuk menutup gerakan lawan jika dia membawa bola ke tengah. Double cover ini kalian lakukan jika pemain tersebut bisa melewati 1 pemain sayap atau pemain tengah kita. Jadi intinya, kita hindari situasi 1 lawan 1 karena situasi ini akan sangat berbahaya jika lawan mempunyai skill bola di atas rata-rata. TIGA KELOMPOK SEKARANG !! PALING LAMBAN PUSH-UP 10 KALI!” teriakan Di Stefano akhir kalimat membuat 9 pemain secara reflek membentuk tiga kelompok tanpa sempat memilih-milih rekan.
Hal ini adalah salah satu cara mengakrabkan pemain satu sama lain, biasanya kelompok yang paling akhir terbentuk mendapatkan hukuman, tetapi kali ini semua pemain terlihat sangat fokus sehingga 3 kelompok terbentuk secara bersamaan.
“BAGUS !! saya suka respon kalian. Setiap kelompok yang terdiri 3 pemain ambil tali pinggang yang sekarang akan dikaitkan oleh tali karet sepanjang 5 meter sama lain. Dengan begini jika ada 1 pemain yang bergerak melebar mengikuti pergerakan lawan, makan 2 rekan lainnya akan mengikuti untuk menjaga “aturan 5 meter”. Tetapi jika kita akan melakukan perangkap off-side, 1 bek di posisi tengah akan menjadi komando memberikan perintah agar maju secara bersamaan, menjebak pemain. Dengan adanya tali karet yang menghubungkan kalian bertiga, maka pemain yang kurang sigap akan tertarik secara paksa jika kalian bergerak tidak kompak 1 sama lain. Sudah terpasang semua ? sip sudah terpasang. MARI KITA MULAI!! Pekik Di Stefano.
Signor Mutti dan Alberto Malusci suka dengan metode latihan terbaru yang dipraktekkan anak-anak.
“Kita lihat nanti hasil latihan ini. Ayo kita ke lapangan B” ajak signor Mutti kepada Alberto Malusci. Malusci menganguk. Keduanya segera bergegas ke lapangan B, yang di isi oleh grup 3 dan 4.
Grup 3 yang dipimpin oleh pelatih teknik Christian Statella terdiri dari 14 pemain tengah baik itu pemain gelandang maupun pemain sayap, sedang melakukan skill test di area 15 x 15 meter. Statella menginstruksikan para pemain untuk mendribel bola secepat mungkin tanpa melakukan kesalahan sedikitpun, mengitari cones ditengah lalu melakukan passing dengan kaki kanan ke arah gawang kecil 1 x 1 meter dari jarak 8 meter. Selanjutnya pemain sprint ke pojok berikutnya lalu berputar dengan bola, mendribel bola mengitari cones tengah dan melakukan passing dengan kaki kiri.
“Lakukan putaran pertama ke arah kanan terlebih dulu kanan lalu passing pakai kaki kanan. Kemudian kalian segera lari ke pojok lakukan hal yang sama tapi ubah arah putaran cones mulai dari arah kiri lalu umpan pakai kaki kiri. Saya akan catat kecepatan waktu, jumlah umpan berhasil tepat sasaran dan berapa kesalahan yang terjadi. 3 pemain dengan kecepatan waktu paling lambat, akurasi umpan paling buruk dan kesalahan dalam menangkap instruksi harus push-up 25 kali.” Beber Statela pelan tetapi tegas.
Skill test ini bertujuan untuk menilai kemampuan sprint, dribel speed, berputar dengan bola dan diakhiri passing secara bersamaan. 5 pemain tengah di formasi 3-5-2 akan menjadi jantung permainan, mereka dituntut untuk menguasai dan mengontrol lapangan tengah terutama 3 pemain sektor central. Komposisi 3 pemain tengah bisa terdiri dari 2 gelandang bertahan 1 gelandang serang atau bisa juga terdiri dari 1 gelandang bertahan 2 gelandang serang, tergantung situasi permainan di lapangan.
30 menit kemudian, Statela memanggil Strada sebagai pemain yang paling lamban, Cribari sebagai pemain dengan akurasi umpan paling jelek dan terakhir memanggil Stefano dengan panggilan “kakek tua” karena seperti orang yang bingung dalam melaksanakan instruksi. Setelah melaksanakan hukuman push-up 25 kali, mereka bergabung kembali dengan para pemain yang akan bersiap melakukan drill selanjutnya.
Drill kali ini Statela membagi 2 kelompok yang masing-masing terdiri dari 7 pemain. Di area 30 x 30 meter yang dilengkapi dengan 2 gawang kecil dimana 4 cones diletakkan di tengah-tengahnya. Aturan mainnya adalah setiap kelompok berusaha menjatuhkan cones yang ada. Tim yang terlebih dahulu menjatuhkan 4 cones menjadi pemenang, untuk tim yang kalah mendapat hukuman push-up 25 kali. Latihan ini dimaksudkan untuk mengasah tendangan menyusur tanah baik itu sebagai umpan-umpan terobosan, umpan langsung maupun sebagai tembakan ke arah gawang dengan teknik placing ball.
Sementara di grup 4, dibawah panduan pelatih penyerang Alesandro Calori, 5 striker berlatih melakukan shooting jarak jauh. 1 pemain depan mendapat 3 kali percobaan berlari menyambut bola yang di umpan oleh Calori dengan arah yang berbeda, kemudian langsung menembak bola pada sentuhan pertama ke arah gawang yang kini dibagi menjadi 3 spot. Samping kiri, tengah dan samping kanan. 3 x percobaan 3 x target tembakan. Para pemain depan dipacu melakukan shooting dengan tempo lari yang tinggi. Hasilnya, dari 5 striker hanya Varicio dan Mateo Rocco yang sukses 100 persen menembak bola ke tiga spot gawang yang berbeda. De Francesco, Savoldi dan Lentini semua bisa menembak bola masuk ke gawang hanya saja tidak bisa menempatkan bola sesuai dengan spot target.
Drill kedua di grup 4 ini adalah saling menguji kecepatan para penyerang. Calori berdiri di tengah sejauh 10 meter dari kotak pinalti, kemudian melakukan umpan daerah lurus ke kotak pinalti yang akan beradu lari dari jarak 10 meter arah samping kiri-kanan Calori mengejar umpan tersebut. Pemain yang lebih dulu mendapat bola harus melakukan shooting TEPAT ketika bola menyentuh garis kotak pinalti di sentuhan pertama. Selain saling mengadu sprint, mereka juga mesti beradu cepat dengan bola. Drill ini melatih respon dan kecepatan striker dalam menyambut umpan-umpan daerah ketika tim sedang melakukan serangan balik dengan cepat. Kenapa bola mesti di shooting tepat di garis kotak pinalti di sentuhan pertama tanpa boleh dikontrol adalah untuk menciptakan situasi kiper lawan telah maju untuk menyergap bola sehingga striker harus berlari secepat mungkin dan melakukan finishing dengan timing yang tepat. Hasil dari drill ini Varicio memenangkan 8 kali adu lari dan 6 kali melakukan shooting tepat di garis kotak pinalti. De Francesco menang 6 kali adu lari dan 5 kali shooting tepat. Savoldi menang 5 kali adu lari dan 3 kali shooting tepat. Sementara 2 striker muda Cosenza, Mateo Rocco dan Filipo Lentini sama-sama menang 3 kali adu lari dan 1 kali shooting tepat sasaran.
Semua pemain Cosenza berkeringat sama banyaknya, berjuang sama kerasnya. Para pemain Primavera Cosenza berjuang menembus skuat utama, meskipun masih minim pengalaman tetapi semangat dan jiwa muda membuat mereka semakin termotivasi. Sementara para pemain senior tidak mau kalah begitu saja memberikan tempat mereka kepada para pemain muda. besemua berjuang untuk menjadi pemain utama. Sehingga iklim kompetisi di dalam skuad semakin terasa dan akan memberika, Hanya pemain dengan mental pecundang yang betah setiap minggu berada di bench. Kegagalan musim lalu yang masih terasa menyakitkan ketika mimpi untuk bermain di kasta tertinggi sepakbola Italia hanya berjarak 5 poin menjadi pemacu utama semua pemain.
FORZA COSENZA CALCIO !!
***
“Wooiiy tumben kamu jam segini udah ada di kamar, biasanya kamu jam 10 malam baru balik ke kamar..huahhh capekkk bangettt.“ kata Christian Silvestri sambil merobohkan tubuhnya di tempat tidur. Bek belia berusia 20 tahun tersebut setelah makan malam langsung balik ke kamar tidurnya. Dan ternyata teman sekamarnya, Cruscito sudah berada di kamar tidur duluan.
“Iyaa, sampai gak selera aku tadi makan malam, mau langsung tidur saja malam ini !” jawab Tomasso Cruscito kiper Primavera Cosenza.
“Pas latihan sore tadi aku ga merasa capek sama sekali lho, adrenalinku terpacu melihat semua pemain semangat banget latihan. Eh tadi setelah makan makan malam, akumulasi letih langsung terasa banget. Omong-omong kamu tadi liat Mateo gak, tadi pas makan malam aku ga liat dia di ruang makan.”
“Gak tahu, paling abis mandi langsung tepar di kamarnya, ga kuat buat nyeret kaki ke ruang makan.”
Tok..tokk…tok…
Pintu kamar mereka diketuk dari luar, belum sempat Silvestri bangun untuk membuka pintu, pintu sudah dibuka terlebih dahulu dari luar oleh Altomare.
“Hey guys, aku, Colle, Scarlatto dan Savoldi mau jalan-jalan keluar nih cari angin, mumpung masih jam 8 malam, mau ikut gak?” ajak Altomare yang sudah terlihat segar.
“Edan masih pada punya tenaga ya buat jalan-jalan”
“yaelah baru latihan drill gitu aja uda pada keok, anak muda jaman sekarang payah” ejek Altomare sambil setengah tertawa.
“Kalian pemain senior sih pasti sudah terbiasa latihan kayak gini, kami yang baru pertama kali ikut pemusatan latihan belum terbiasa inihh”
“hahahahaa hari ini memang lumyan berat sih, wajar kalau kalian langsung tepar malam ini. Kami sebenarnya juga lumayan lelah tapi mumpung masih ada waktu 2 jam, kita mau jalan-jalan malam buat nyegerin pikiran. Untuk urusan stamina kami masih tergolong bagus. Tetapi di atas kami masih ada yang lebih sadis lagi lho. Kalian gak tahu ya, Biagioni sedang ngapain malam ini?”
Tanya Altomare merujuk kepada pemain paling tua di skuad Cosenza, Maxi Biagioni.
“Gak tahu. memangnya dia lagi ngapain?”
“tuh dia lagi maen Tenis di lapangan berdua dengan Pantanelli.” Jawab Altomare enteng.
“MONSTER !!” jawab Silvestri dan Cruscito serempak sambil menampilkan ekspresi terkejut.
“Jangan heran, mereka berdua memang sports-freak. Yawdah lah kalau gak mau ikut, selamat malam dan selamat tidur nona-nona, bobok yang nyenyak hahahah” ledek Altomare lalu menutup pintu.
“cornuto!” umpat Silvestri kesal.
“huahhh, level pemain senior memang beda ya, bukan cuma urusan skill maupun mental bertanding, tetapi stamina mereka juga benar-benar keren.” gumam Silvestri sambil menengok ke arah Cruscito yang ternyata sudah tertidur sambil mendengkur pelan.
“Woo kampret ni bocah, di ajak ngobrol malah ngorok duluan.”
Melihat teman sekamarnya sudah tertidur pulas, membuat rasa kantuk Silvestri timbul kembali. Dan akhirnya dia mengambil posisi paling nyaman di tempat tidur lalu suara dengkuran pelan keduanya terdengar secara bergantian.
***
Orang yang dicari oleh Silvestri tadi yakni Mateo Rocco ternyata memang tertidur di kamarnya setelah selesai mandi. Dari yang hanya ingin berbaring sebentar setelah mandi, tetapi kombinasi badan segar setelah mandi dipadu dengan tempat tidur yang empuk dan hangatnya suasana kamar sukses membuatnya ketiduran dan melewatkan makan malam. Mateo Rocco yang menempati kamar berdua dengan Antonio Colle terbangun pukul jam 11 malam karena kelaparan. Dilihatnya Colle sudah meringkuk di tempat tidurnya.
“Arghh kenapa Colle tidak membangunkan ku sihh” gerutu Mateo.
Dalam hal ini Colle tidak bersalah karena setelah mandi dia pamit kepada Mateo, yang baru saja ingin mandi, untuk duluan pergi ke ruang makan untuk makan malam kemudian mau ketika di ajak Altomare pergi jalan-jalan. Pukul 10 malam ketika Colle sudah pulang dan kembali ke kamar, dia melihat Mateo sudah tidur pulas, Colle menyangka setelah makan malam Mateo segera kembali ke kamar dan tidur.
Mateo yang merasa lapar segera pergi ke bawah, berharap masih ada makanan di ruang makan. Tetapi ketika dia sampai di ruang makan, lampu sudah dipadamkan. Meja sudah bersih. Mateo yang kecele, melihat lampu dapur yang berada di pojok masih menyala dan terdengar suara seseorang sedang bernyanyi pelan. Mateo segera menuju ke dapur, dibukanya pintu dapur dan dilihatnya seseorang yang sedang bernyanyi tersebut adalah seorang gadis yang sedang mencuci setumpuk piring kotor di wastafel dan nampaknya juga sedang mengenakan headset di kuping sehingga dia tidak tahu ketika Mateo datang dan membuka pintu dapur.
1 hal yang membuat Mateo tetap terpaku di depan pintu dapur adalah karena pemandangan indah di depannya. Gadis tersebut mengenakan celana legging hitam yang membuat cetakan di pantatnya terlihat padat dan dipadu baju hitam tanpa lengan dengan bagian punggung yang menerawang sehingga terlihat tali bra berwarna senada. Rambut blonde yang disanggul ke atas memperlihatkan leher belakangnya yang putih jenjang membuat Mateo berdesir melihatnya. Sesekali gadis tersebut terlihat menungging ketika ingin meraih sabun cuci. Selama 10 menit Mateo menikmati bagian belakang gadis tersebut yang Mateo yakin tidak kalah seksi dengan bokong pacarnya Daniela. Gadis tersebut kemudian tersadar seperti ada orang di belakangnya kemudian menengok dan mendapati Mateo sedang memandang bagian tubuh belakangnya tanpa berkedip. Hampir saja wanita tersebut berteriak kaget, untung saja dia segera mengenali laki-laki tersebut adalah satu pemain bola yang sedang menjalani pemusatan latihan di Pontevalleceppi.
Mateo seperti orang tergagap ketika wanita tersebut tiba-tiba berbalik badan dan memergoki dia sedang menikmati pemandangan pantatnya.
“Oh anda ya. saya kira siapa. ada yang bisa saya bantu ?” Tanya gadis tersebut ramah seolah memecah suasana canggung di antara mereka.
“umm ma..aff..Saya mengagetkan anda, saya Mateo Rocco salah satu pemain Cosenza yang sedang menjalani pemusatan latihan disini” balas Mateo canggung.
“Tidak apa-apa. Iya saya mengenali anda kok. Ada yang bisa saya bantu Mateo?”
“Hmm saya lapar, saya tadi tertidur di kamar dan saya barusan terjaga karena perut saya terasa lapar, jadi apakah nona masih ada makanan?”
“duh kasian, coba saya lihat dulu di lemari.” Kata gadis tersebut sambil menuju lemari makanan.
“Di sini masih ada ikan, salad segar dan 1 potong sandwich keju. Apakah ini cukup buat makan malam anda Mateo?. Kalau kurang, saya bisa memasakkan sesuatu buat anda”
“oh gak usah. itu sudah cukup kok buat saya.”
“Baik, sementara saya menyiapkan makanan, lebih baik anda tunggu di meja makan, 5 menit lagi saya antarkan makanan ke meja”
Mateo menganguk lalu kembali ke ruang makan dan menghidupkan lampu. 5 menit kemudian, makan malam Mateo yang telat sudah tersedia. Mateo sebenarnya lapar tapi malu rasanya jika dia makan seperti orang kalap di depan gadis tersebut yang sedang menuangkan segelas air mineral atas meja. Sehingga ketika makanan sudah siap, Mateo memakannya perlahan.
“Jam segini anda masih sibuk di dapur? Oia nampaknya saya baru bertemu anda selama saya di Pontevalleceppi?” tanya Mateo membuka percakapan dengan gadis tersebut.
“Oh saya assistant signor Andre Pavarini, Chef disini. Wajar sih anda tidak pernah melihat saya karena saya lebih sibuk di dapur membantu Chef Pavarini dan para koki menyiapkan makanan yang sehat untuk tamu terutama untuk para atlet yang biasa menginap disini untuk menjalani pemusatan latihan” jawab gadis tersebut ramah sembari tersenyum.
“Baiklah silahkan anda lanjutkan makanan anda, saya tidak mau mengganggu. Oh iya nama saya Ilari, kalau ada perlu sesuatu cukup panggil saja saya. Saya ingin melanjutkan pekerjaan saya di belakang, Jika anda sudah selesai makan, anda tinggalkan saja piring dan gelas tersebut di situ. Selamat menikmati makanan anda. Buon pranzo Mateo.”
“Iya Grazie. Ilary.”
“Loh anda masih ada disini?? Saya kira sudah pergi.” Saat Ilary yang selesai beres-beres mendapati Mateo masih berada di meja makan.
“Baru saja selesai kok saya makannya, ini masih bersantai sejenak sambil menghabiskan air minum.”kilah Mateo lalu meneguk air di gelasnya hingga habis.
“Boleh saya ambil piring dan gelas anda sekarang ??, saya ingin semua piring gelas dalam keadaan bersih sebelum saya pulang.”
“Ya silahkan. Oke saya sudah kenyang sekarang, maaf merepotkan anda malam-malan, saya mau balik ke kamar dulu dan beristirahat. Selamat malam Ilary.Grazie.” kata Mateo tersenyum kemudian cepat-cepat berdiri dan bergegas meninggalkan ruang makan karena Mateo mulai merasakan sisa spermanya merembes turun. Alangkah luar biasa malunya dia jika sampai Ilary mengetahuinya. Setelah sampai di kamar, Mateo segera ke kamar mandi dan memutuskan mandi lagi untuk kedua kalinya malam itu.
“Hari yang melelahkan sekaligus mendebarkan, fiuhh“ batin Mateo setelah selesai mandi dan bersiap untuk segera tidur. Mateo mengambil handphone dan ternyata handphonenya dalam kondisi mati kehabisan baterai. Setelah di-charge, Mateo teringat kekasihnya Daniela yang sudah 3 minggu mereka tidak bisa bertemu karena sementara dia sibuk berlatih selama pre-season, Daniela pulang dan menikmati libur musim panas bersama keluarganya di Milan.
Bayangan akan kerinduan terhadap Daniela membimbing Mateo menuju ke alam mimpinya.
***
Sementara Mateo tertidur lelap, Ilary telah berganti baju dan bersiap untuk pulang, pekerjaannya sebagai asisten chief di Pontevalleceppi membuat Ilary terbiasa pulang malam karena dia seroang gadis yang perfeksionis dan ingin ‘meja kerja” selalu dalam keadaan bersih sebelum dia pulang. Dalam perjalanan menuju parkiran mobilnya, Ilary tertawa geli membayangkan pertemuannya dengan pemuda bernama Mateo.
Lucu juga tuh anak, batin Ilary sembari menyalakan mobilnya.
==================
Bersambung
Next Chapter:
Deep Lying Forward #6 : Stai Calmo !! (Keep Calm !!)
Next Chapter:
Deep Lying Forward #6 : Stai Calmo !! (Keep Calm !!)
No comments for "DLF #5"
Post a Comment