DLF : #2
DEEP LYING FORWARD #2
SANGUE, SUDORE & LACRIM (BLOOD, SWEAT & TEARS)
Taman Nasional Ill Polino, Calabria, Musim Panas 2000.
Setelah mendaki dan menyusuri Taman Nasional Polino selama hampir 1 jam, Mateo dan Daniela sampai di puncak gunung Polino yang landai dan dipenuhi pohon, cemara. Sampai di puncak, Mateo melihat di tanah yang agak lapang berdiri beberapa tenda yang menandakan puncak Gunung Polino sedang ramai. Taman Nasional Polino adalah taman nasional terluas di Italia, tidak heran ketika liburan musim panas, polino begitu ramai. Mateo tidak tertarik untuk ikut mendirikan tenda di area tersebut karena terlalu ramai. Mateo kemudian mengajak Daniela untuk tetap menyusuri kawasan tersebut sampai menemui jalanan yang terjal.
“Wah naik lagi kita ya? “ sahut Daniela yang masih bersemangat tidak menunjukkan tanda letih.
“Hehe ga terlalu tinggi kok sayang, aku punya tempat spot kemah yang tersembunyi di atas sana, kamu pasti suka,” kata Mateo sambil tetap menggandeng Daniela erat. Tepat di antara dua buah batu berukuran besar, Mateo menyelinap di tengahnya yang hanya muat untuk satu orang.
“Tadaaaa..bagus kan tempatnya,” kata Mateo sembari membentangkan kedua tangannya ke atas.
“Huahh bagus sekali tempatnya,” sahut Daniela terkesima melihat pemandangan di bawahnya. Dari atas Daniela bisa melihat salah satu desa tua di Calabaria, yakni desa Civita Arbereshe. Spot yang Mateo pilih ini terletak hanya beberapa puluh meter saja dari bibir tebing, tempatnya terlindung dengan baik oleh pohon-pohon dan hawanya luar biasa sejuk.
“Sudah jam 6 sore, sebaiknya kita cepat dirikan tenda yuk,” kata Mateo sambil menurunkan tas camping.
“Buru-buru amat sih, santai dulu, kita nikmati suasana sore ini’ kata Daniela sambil merebahkan tubuhnya di tanah berumput. Sore itu Daniela memakai celana pendek model army yang menampakkan kakinya yang jenjang, dan jaket sporty berhoodie. Mateo lalu menumpukan kedua tangan di belakang kepala, berbaring di samping kanan Daniela. Daniela kemudian memeluk Mateo.
“Akhirnya kita bisa liburan bareng ya, susah banget kita dapetin quality time, tapi gak masalah kan ya? toh kita memiliki kesibukan yang berkualitas, aku sibuk dengan tugas akhir semester dan kamu bisa menjalani debut professional dan mencetak gol yang indah, terlebih kamu mulai mendapat kepercayaan dari Signor Muti dan bisa bermain bagus. Empat pertandingan tiga gol. Aku bangga sama kamu. Cupp,” kecupan kecil Daniela mendarat di pipi kiri Mateo.
“Hehe iya musim yang baik buatku dan terutama buat tim, kami nyaris promosi ke serie-A tapi standing ovation dari penonton di San Vito di pertandingan terakhir musim lalu membuat kami semua semakin termotivasi untuk memberikan yang terbaik buat fans di musim depan. Aku merasa sangat bersemangat!” ujar Mateo penuh semangat sambil mengepalkan kedua tangannya di udara.
Kedua lantas mendirikan tenda. Selesai urusan tenda, Daniela menyiapkan air panas lalu menyeduh kopi untuk mereka berdua. Peralatan camping yang mereka bawa sudah cukup lengkap. Sambil duduk berhimpitan, berbagi selimut tebal, Mateo dan Daniela bercengkrama seiiring dengan senja yang mulai tiba. Meski hanya camping satu malam, tapi itu sangat berarti bagi hubungan keduanya.
=====================
San Vito Meeting Room, 11 Juni 2000.
Pagi ini Presidente Cosenza Calcio, Alex Paoletti menggelar meeting dengan semua staff inti untuk melakukan review tim di musim 1999/2000 dan membahas persiapan tim untuk musim 2000/2001 dimana kick-off dimulai di awal September. Staff inti yang hadir adalah Direttore Tecnica Luca Sansone, Direttore Finanza Davide Truci, Direttore Mercato Roberto Ansaldi, Chief Scout Massimo Ciumento, Allenatore Bartolo Muti, Allenatore Assistente Alberto Malusci Dan Allenatore Junior Giovani Sanbatta.
“buon giorno rekan-rekan. Maaf jika saya mengatur pertemuan di tengah liburan musim panas. Tapi saya ingin mengumpulkan kalian karena saya ingin momentum bagus kita terus terjaga dan berlanjut sampai musim depan.Oke langsung saja kita mulai. Saya pribadi merasa bangga sekali dengan perjuangan tim di musim lalu. Sangat melebihi target yang kita usung di awal musim dari target bertahan di serie B menjadi finish di peringkat 5 dan hampir promosi ke serie-A ! bravo!” urai sang Presiden klub Cosenza, Alex Paoletti sambil mengangkat gelas anggurnya. Semua yang hadir bertepuk tangan, senyum lepas menghiasi semua staff dan saling cheers segelas anggur di tangan.
“Saya ucapkan terimakasih kepada Signor Muti dan segenap staf pelatih atas kerja kerasnya di lapangan. Dan staf direksi yang bekerja sama kerasnya di luar lapangan. Apa yang kita capai musim lalu harus kita teruskan, kita jaga momentumnya. Sebelum masuk ke proyeksi target di musim depan, saya ingin mendengar semua raport tim dari berbagai aspek. Silahkan Signor Davide Truci memulai dari segi finansial tim” kata Paoletti mempersilahkan sang Direttore Finanza memulai presentasinya.
Davide truci, 40 tahun, seorang mantan manajer keuangan yang eksentrik dan memiliki karier cemerlang di Calabria Bank tetapi malah memutuskan resign bekerja di bank dan yang lebih mengherankan malah bergabung ke jajaran direksi di sebuah tim sepakbola sekecil Cosenza Calcio yang pada tahun 1990 masih berkutat di Serie-D dan dilanda masalah keuangan hebat. Ketika atasannya di Calabria Bank bertanya kenapa Truci mau meninggalkan segala kenyamanan serta fasilitas yang di dapatnya demi sebuah tim sepakbola gurem seperti Cosenza Calcio, Davide Truci tersenyum kemudian menjawab singkat “Saya bosan bekerja memakai jas dan kemeja setiap hari. Sedangkan di Cosenza saya dibebaskan bekerja memakai baju apa saja….”
Tidak mengherankan ketika Davide Truci mulai bekerja di manajemen Cosenza, baju kerja dia adalah sepatu lari, celana pendek dan berbagai macam kaos tim sepakbola koleksinya.
Davide Truci pagi itu mengenakan baju yang lumayan “sopan” saat general meeting dengan Board of Director klub (sopan menurut standar Truci tentu saja), Sepatu lari, celana training warna putih dan kaos timnas Italia model combat warna biru dengan nomer punggung 10 dengan nama Del Piero. Pemain favorit Davide Truci.
Davide Truci pagi itu mengenakan baju yang lumayan “sopan” saat general meeting dengan Board of Director klub (sopan menurut standar Truci tentu saja), Sepatu lari, celana training warna putih dan kaos timnas Italia model combat warna biru dengan nomer punggung 10 dengan nama Del Piero. Pemain favorit Davide Truci.
“Selamat pagi rekan2, sebelum saya sampaikan financial perspective Cosenza Calcio sampai dengan akhir musim 1999/2000, mari kita berdoa timnas Italia mampu mengalahkan Turki nanti malam di laga pertama grup B EURO 2000. Forza Azzuri !”pekik Truci. Tindakan spontan Truci tersebut membuat semua yang ada di ruangan meeting tertawa. Bahkan sampai Allenatore Bartolo Muti yang terkenal galak bisa tertawa terbahak-bahak. Setelah tawa mulai mereda, Truci kemudian melanjutkan presentasinya.
“Rekan-rekan, berikut saya sampaikan summary financial perspective Cosenza Calcio sampai dengan akhir musim 1999/2000. Kita mulai dari Pengeluaran. Total gaji & bonus pemain senior-yunior 2 juta Euro. Total Gaji & Bonus staff 1 juta Euro. Total biaya operasional 2,5 juta Euro. Sehingga total pengeluaran Cosenza Calcio selama 1 musim adalah 5.5 Juta Euro. Kemudian kita beralih ke Pendapatan. Bonus yang didapat finish peringkat 5 sebesar 500.000 Euro, Penjualan Tiket, Jersey & Merchandise sebesar 1 juta Euro, Sponsorship 5 Juta Euro. Sehingga total pendapatan 6,5 juta Euro. Sehingga selama musim 1999/2000 kita masih bisa mendapatkan profit sebesar 1 juta Euro. Tumbuh 40 % dari laba tahun lalu. Sedangkan untuk budget belanja pemain dan perbaikan nilai kontrak pemain akan saya sampaikan setelah Signor Paoletti menetapkan target tim untuk musim depan. Grazie.”
Tepuk tangan yang meriah menutup sesi laporan keuangan oleh Davide Truci. Di tangan Davide Truci, kondisi finansial Consenza semakin membaik dari tahun ke tahun. 10 tahun lalu Cosenza berada di Serie-D dan terlilit hutang 5 juta Euro. Alex Paoletti, putra asli Calabria yang merupakan fans berat Cosenza dari kecil sekaligus pengusaha industri pabrik baja kemudian membeli Cosenza senilai 20 juta Euro, melunasi hutang2nya, merenovasi sarana pelatihan dan merekrut tenaga professional dari berbagai macam bidang. Davide Truci adalah rekrutan pertama Alex Paoletti dalam ambisinya membangun ulang Cosenza Calcio. Selanjutnya Luca Sansone, Roberto Ansaldi, Massimo Ciumento menyusul bergabung dengan Cosenza Calcio.
Alex Paoletti terlihat senang mendengar kondisi keuangan klub yang masih bisa meraup profit 1 juta euro. “kerja bagus Truci. Selanjutnya tentang persiapan tim di pramusim silahkan Signor Luca Sansone.”
“Rekan-rekan, berikut saya sampaikan summary financial perspective Cosenza Calcio sampai dengan akhir musim 1999/2000. Kita mulai dari Pengeluaran. Total gaji & bonus pemain senior-yunior 2 juta Euro. Total Gaji & Bonus staff 1 juta Euro. Total biaya operasional 2,5 juta Euro. Sehingga total pengeluaran Cosenza Calcio selama 1 musim adalah 5.5 Juta Euro. Kemudian kita beralih ke Pendapatan. Bonus yang didapat finish peringkat 5 sebesar 500.000 Euro, Penjualan Tiket, Jersey & Merchandise sebesar 1 juta Euro, Sponsorship 5 Juta Euro. Sehingga total pendapatan 6,5 juta Euro. Sehingga selama musim 1999/2000 kita masih bisa mendapatkan profit sebesar 1 juta Euro. Tumbuh 40 % dari laba tahun lalu. Sedangkan untuk budget belanja pemain dan perbaikan nilai kontrak pemain akan saya sampaikan setelah Signor Paoletti menetapkan target tim untuk musim depan. Grazie.”
Tepuk tangan yang meriah menutup sesi laporan keuangan oleh Davide Truci. Di tangan Davide Truci, kondisi finansial Consenza semakin membaik dari tahun ke tahun. 10 tahun lalu Cosenza berada di Serie-D dan terlilit hutang 5 juta Euro. Alex Paoletti, putra asli Calabria yang merupakan fans berat Cosenza dari kecil sekaligus pengusaha industri pabrik baja kemudian membeli Cosenza senilai 20 juta Euro, melunasi hutang2nya, merenovasi sarana pelatihan dan merekrut tenaga professional dari berbagai macam bidang. Davide Truci adalah rekrutan pertama Alex Paoletti dalam ambisinya membangun ulang Cosenza Calcio. Selanjutnya Luca Sansone, Roberto Ansaldi, Massimo Ciumento menyusul bergabung dengan Cosenza Calcio.
Alex Paoletti terlihat senang mendengar kondisi keuangan klub yang masih bisa meraup profit 1 juta euro. “kerja bagus Truci. Selanjutnya tentang persiapan tim di pramusim silahkan Signor Luca Sansone.”
“Grazie Signor Paoletti, untuk pramusim kali ini akan kita adakan pemusatan latihan di Pontevalleceppi, Perugia untuk 30 pemain. Pemusatan latihan akan berlangsung selama 3 minggu dimulai dari tanggal 1 – 20 Juli. Kita beruntung bisa mendapatkan kesempatan mengadakan pemusatan latihan disana karena AC Parma yang sedianya akan berlatih pramusim di Pontevalleceppi membatalkan jadwal pramusimnya disana. Di Pontevalleceppi kita akan mengadakan 3 kali friendly match melawan tim dengan kualitas di atas kita. Yakni lawan AC Perugia tanggal 5 Juli, lawan Modena FC tanggal 10 Juli dan terakhir Foligno Calcio di tanggal 15 Juli. Selanjutnya akan ada 4 pertandingan uji coba melawan tim dari serie C dan D. Untuk siapa tim dan tanggalnya, akan saya beritahukan secepatnya ketika sudah fix semua. Pertandingan pertama kita di liga akan dimulai tanggal 3 September, semoga pramusim ini dapat kita manfaatkan sebaik mungkin. Grazie.,” tutup Sansone. Semua tepuk tangan dan tim kepelatihan terlihat puas dengan tempat tim akan menjalani pramusim.
“Kerja bagus Luca. Selanjutnya adalah rekomendasi beberapa pemain muda potensial dari Chief Scout Massimo Ciumento. Saya sudah membaca laporannya. Ada beberapa pemain yang saya suka dan saya rasa kita masih bisa membuatnya datang bermain untuk kita. Silahkan langsung saja Massimo.” kata Paoletti.
“Grazie Signor Paoletti. Selamat pagi kawan. Hari ini akan saya berikan sepuluh profil pemain muda yang saya rekomendasikan bisa menambah kualitas di tim utama kita untuk musim depan. Mari kita lihat di layar berikut profil pemain-pemain tersebut.” Ciumento mengangguk dan asistennya yang berada di depan laptop yang tersambung dengan proyektor langsung menampilkan slide profil pemain muda potensial.
CENTRAL DIFENSORE :
1. Alesa Marcioni, 22 Tahun, Italy, Club: Pistoise, Prezzo: 200 K - 500 K Euro.
2. Baldan Simone, 21 Tahun, Albania, Club: Siena, Prezzo: 150 K – 350 K Euro.
3. Cristo Centini, 18 Tahun, Italy, Club: Parma U-19, Prezzo: 60 K – 140 K Euro.
1. Alesa Marcioni, 22 Tahun, Italy, Club: Pistoise, Prezzo: 200 K - 500 K Euro.
2. Baldan Simone, 21 Tahun, Albania, Club: Siena, Prezzo: 150 K – 350 K Euro.
3. Cristo Centini, 18 Tahun, Italy, Club: Parma U-19, Prezzo: 60 K – 140 K Euro.
WING BACK :
1. Damian Krisstof, 20 Tahun, Denmark, Club: Empoli, Prezzo:200 K - 600 K Euro.
2. Thomas Manfredini, 22 Tahun, Italy, Club: Juventus, Prezzo:100 K – 500 K Euro.
1. Damian Krisstof, 20 Tahun, Denmark, Club: Empoli, Prezzo:200 K - 600 K Euro.
2. Thomas Manfredini, 22 Tahun, Italy, Club: Juventus, Prezzo:100 K – 500 K Euro.
CENTROCAMPISTA :
1. Marco Brighi, 20 Tahun, Italy, Club: Ternana, Prezzo : 400 K - 650 K Euro.
2. Fred, 19 Tahun, Brazil, Club : Udinese U-19, Prezzo : 200 K – 350 K Euro.
2. Fred, 19 Tahun, Brazil, Club : Udinese U-19, Prezzo : 200 K – 350 K Euro.
ATTACCANTE :
Simone Inzaghi, 20 Tahun, Italy, Club : Lazio U-19, Prezzo: 750 K - 900 K Euro.
2. Giusepe Sculli, 21 Tahun, Italy, Club : Juventus U-19, Prezzo: 500 K-800 K Euro.
3. Christian Stellone, 22 Tahun, Club : Como, Prezzo: 100 K- 250 K.
2. Giusepe Sculli, 21 Tahun, Italy, Club : Juventus U-19, Prezzo: 500 K-800 K Euro.
3. Christian Stellone, 22 Tahun, Club : Como, Prezzo: 100 K- 250 K.
“Semua pemain tersebut tertarik bergabung dengan kita, meskipun beberapa memiliki bandrol harga yang lumayan mahal. Tapi semua bisa dinegosiasikan. Pemain yang kita rekrut tentu saja harus sesuai dengan kebutuhan tim, biar nanti Signor Muti yang memberikan masukan pos-pos pemain dimana yang dia butuhkan.”tegas Ciumento.
“Ciumento, itu simone Inzaghi adiknya Pippo Inzaghi? tanya Alberto Malusci, asisten pelatih Cosenza nampak antusias melihat profil Simone Inzaghi.
“Iya signor, adik kandungnya Inzaghi dan memiliki karakteristik yang hampir sama dengan kakaknya. Tetapi Simone lebih kuat secara fisik dan berani beradu dengan bek. Musim lalu Simone bermain di Lazio U-19 mencetak 12 Gol dari 15 pertandingan, lalu jendela transfer musim dingin di pinjam oleh Cagliari dan mencetak 5 gol dari 8 pertandingan di Serie–A. Sangat menjanjikan. Dia menjadi salah satu pemain muda yang banyak di incar. Kalau transfer permanen kemungkinan Lazio berat melegonya, tapi kalau sebagai pemain pinjaman, asal Signor Ansaldi bisa memberikan formula yang menarik untuk Lazio, saya yakin Simone punya kans besar bermain untuk kita musim depan sebagai pemain pinjaman Dari saya cukup sekian. Grazie” sahut Ciumento.
“Signor Ansaldi, jika anda bisa mendaratkan Simone Inzaghi ke Cosenza, saya siap mentraktir anda minum bir sampai mabuk” kata Malusci kepada transfer guru Cosenza Roberto Ansaldi sambil tertawa.
“Hahaha siap tunggu saja tanggal mainnya, “ sahut Signor Ansaldi sambil mengangkat gelas anggurnya ke arah Malusci yang duduk di sebrang.
“Oke makasih Massimo. Dari rekomendasi pemain baru, kita beralih ke pemain kita sendiri. Siapa pemain yang akan habis kontrak musim ini, siapa pemain yang kita pertahankan dan pemain yang harus kita berikan kontrak baru. Silahkan Roberto,” kata Paoletti mempersilahkan Direttore Mercato Roberto Ansaldi memberikan informasi yang berkaitan dengan kontrak pemain Cosenza.
“Grazie Mi Presidente. ada empat pemain di tim utama yang musim ini kontraknya berakhir. Aladino Valotti, bek tengah, 34 Tahun. Luigi Canigia, gelandang. 31 tahun. Max Carmona, Gelandang, 30 Tahun dan Massimo Tatti, penyerang, 31 tahun Saya memberikan rekomendasi agar kita melepas mereka berempat, selain karena mereka berusia di atas 30 tahun, keempatnya punya nilai kontrak yang cukup besar namun minim kontribusi. Jadi saya dan allenatore Muti sepakat bahwa keempatnya tidak sesuai lagi dengan strategi yang kita usung. 14 Pemain senior lainnya kita pertahankan. Terutama kepada trio penyerang kita Pelicori, Imbriani dan Varrichio. Saya sudah mendapatkan beberapa telepon dari banyak klub menanyakan ketersediaan mereka di jendela transfer musim panas ini. Sejauh ini saya belum merespon,” urai Ansaldi.
“Kenapa belum juga anda respon?” tanya Paoletti kepada Ansaldi.
“Saya tahu signor, saya hanya sedang menunggu laporan keuangan dulu, baru membuat keputusan. Karena jika kita mengalami defisit, tiga pemain tersebut berada di daftar jual paling atas klub. Massimo Varichio, 23 tahun, topskor kita yang mencetak 23 gol musim lalu, berpeluang menjadi pemain termahal yang pernah kita jual, paling tidak kita mendapat minimal 3 juta Euro darinya, lalu pelayan terbaik kita Alesandro Pelicori, 20 tahun, dengan 18 Assist bernilai minimal 2 juta Euro dan sprinter winger Carmelo Imbriani, 20 Tahun, minimal 1,5 juta Euro. Ketiganya masih memiliki kontrak 2 tahun .Jika kita jual mereka sekarang tim akan mendapat kurang lebih 6,5 juta Euro.” tukas Ansaldi menjelaskan alasan kenapa dia belum membuat keputusan terkait nasib 3 pemain andalan tersebut.
“Kita dapat 6,5 juta Euro tapi di musim berikutnya kita bermain lagi di Serie-C. Allenatore Muti, anda masih mengandalkan trio emas kita kan? Tanya Paoletti kepada Pelatih kepala Bartolo Muti.
“Tentu saja signor, mereka masih sangat saya andalkan di musim depan. Kita jual mereka, 30 % kekuatan serang tim akan hilang.” Jawab Muti. Paoletti menganguk-anguk tanda setuju.
“Sudah pasti mereka tidak akan dijual selama saya masih menjadi presidente di Cosenza, Seperti yang tadi disampakan Truci, kondisi keuangan klub sedang bagus, jadi saya minta hari ini juga anda telpon agen pemain mereka dan berikan penawaran perpanjangan kontrak minimal 4 tahun. Berapa besaran kontrak baru yang bisa kita siapkan, silahkan anda diskusikan dengan Signor Truci. Pokoknya saya minta kontrak baru mereka sudah ada di mejaku paling lambat akhir bulan ini.” Perintah Paoletti kepada Ansaldi.
“Siap signor,”jawab Ansaldi mantap karena ia sebenarnya juga sudah menyiapkan draft kontrak terbaru untuk tiga pemain terbaik klub saat ini, draft kontrak yang menarik tentu saja.
“Oke bagus. Nah keuangan club sudah, jadwal pramusim sudah, scouting sudah, Sekarang saya ingin mendengar laporan tim secara keseluruhan dari Signor Muti.silahkan.”
“Grazie Signor Paoletti, untuk rapor tim secara keseluruhan sepanjang musim 1999/2000 sangat positif sekali. Permainan pendek cepat dan pressing tinggi bisa diterapkan anak-anak dengan baik di lapangan. Hanya saja sistem ini memiliki kelemahan yang sangat mendasar. Yakni sangat rentan dengan badai cedera. Grafik performa tim di musim lalu seperti kurva. menurun di 1/3 musim, baru memiliki progress naik di 2/3 musim, tapi serangkaian cedera di Mei Juni yang menimpa 3 sampai 4 pemain membuat sistem ini berantakan. Seperti kita tahu di 4 pertandingan terakhir liga, tim seperti kehabisan stamina, determinasi dan daya juang hilang entah kemana, Pola 4-5-1 ini seperti bom waktu buat kita sendiri. Jadi saya pribadi ingin mengubah permainan tim menjadi lebih sabar, tidak selalu bermain cepat sepanjang 90 menit.atau dengan kata lain possession football.” Jelas signore Muti.
Banyak muncul wajah keheranan di antara para direksi termasuk presiden klub Alex Paoletti.
“Signore Muti kenapa anda ingin mengubah ciri permainan kita yang sangat atraktif, bertenaga, enak dilihat dan terbukti sukses membawa kita berada di posisi 5?? Jika alasan anda karena factor cedera yang menghantui, saya bisa sediakan pelatih fitness paling bagus dan fisioterapis terbaik untuk menangani cedera pemain. Saya juga tidak keberatan jika anda meminta 10 pemain baru sekaligus, sehingga kita mempunyai 23 pemain dengan kemampuan merata sehingga sistem 4-5-1 kita berjalan baik meskipun kehilangan 6 orang pemain sekaligus misalnya.” Tanya Paoletti dengan nada agak meninggi. Ide untuk mengubah strategi dasar tim yang terbukti sukses membuat Cosenza di peringkat 5, tidak disukai oleh Paoletti.
Davide Truci yang sedang duduk santai, hampir tersedak kopinya ketika mendengar Paoletti siap memberikan Muti 10 pemain baru untuk mendukung tim tetap bermain dengan pola 4-5-1. “uhuukk...tapi signore, kita akan over budger jika mendatangkan sepuluh pemain sekaligus di tim utama,” Truci menyela sambil mengangkat tangannya.
Davide Truci yang sedang duduk santai, hampir tersedak kopinya ketika mendengar Paoletti siap memberikan Muti 10 pemain baru untuk mendukung tim tetap bermain dengan pola 4-5-1. “uhuukk...tapi signore, kita akan over budger jika mendatangkan sepuluh pemain sekaligus di tim utama,” Truci menyela sambil mengangkat tangannya.
Alex Paoletti yang tidak suka disela, melotot kepada Truci “Kamu diam. Ini klub saya. Saya tahu bahwa kita mampu membeli 10 pemain baru.” Tegas Paoletti sambil menatap tajam ke semua orang yang ada saat itu. Davide Truci bukan anak kemarin sore yang gampang digertak, saat Truci ingin membuka mulut, Luca Sansone yang duduk di sebelahnya memegang bahu Truci menyuruh diam dan tetap tenang.
“Tenang Truci tenang, kayak kamu tidak kenal dengan sikap bos aja” bisik Sansone kepada Truci. Lalu Sansone mengangkat tangan meminta ijin kepada Paoletti untuk berbicara.
“Tenang rekan-rekan dan Signor Paoletti, kita disini berkumpul untuk membahas bagaimana caa agar Cosenza semakin kuat di musim depan. Ide dari Signor Muti memang cukup riskan mengingat ini seperti membongkar pondasi rumah yang sudah jadi dengan pondasi baru, tentu saja butuh waktu untuk anak-anak beradaptasi dengan pola baru. Tentu saja Signor Muti tidak asal, beliau pasti memiliki analisa yang sangat mendalam, dan patut kita hargai. Beliau adalah allenatore yang 10 tahun lalu kita percayakan melatih sebuah tim mulai dari nol dan dalam tempo 10 tahun posisi klub terus membaik. Dan kita wajib mensupport beliau. Lalu Signor Paoletti yang tidak setuju dengan ide untuk mengubah gaya bermain dan malah ingin mendatangkan 10 pemain baru, menurut saya itu hanya reaksi spontan dari seorang Presidente yang lebih menyukai duduk di kursi penonton yang keras, berteriak bergembira bersama fans daripada duduk manis di sofa rumahnya berharga 3x gaji saya sebulan, Jika Signor Presidente memang serius membeli 10 pemain baru, bersiaplah kita semua akan melihat Signor Truci bertambah tua 30 tahun karena stress mengatur neraca klub tetap berjalan hahahaaa”
Pernyataan Luca Sansone yang bijak , logis dan diselipi humor tersebut membuat semua orang tertawa dan membuat tensi tinggi mulai turun.
“Tenang rekan-rekan dan Signor Paoletti, kita disini berkumpul untuk membahas bagaimana caa agar Cosenza semakin kuat di musim depan. Ide dari Signor Muti memang cukup riskan mengingat ini seperti membongkar pondasi rumah yang sudah jadi dengan pondasi baru, tentu saja butuh waktu untuk anak-anak beradaptasi dengan pola baru. Tentu saja Signor Muti tidak asal, beliau pasti memiliki analisa yang sangat mendalam, dan patut kita hargai. Beliau adalah allenatore yang 10 tahun lalu kita percayakan melatih sebuah tim mulai dari nol dan dalam tempo 10 tahun posisi klub terus membaik. Dan kita wajib mensupport beliau. Lalu Signor Paoletti yang tidak setuju dengan ide untuk mengubah gaya bermain dan malah ingin mendatangkan 10 pemain baru, menurut saya itu hanya reaksi spontan dari seorang Presidente yang lebih menyukai duduk di kursi penonton yang keras, berteriak bergembira bersama fans daripada duduk manis di sofa rumahnya berharga 3x gaji saya sebulan, Jika Signor Presidente memang serius membeli 10 pemain baru, bersiaplah kita semua akan melihat Signor Truci bertambah tua 30 tahun karena stress mengatur neraca klub tetap berjalan hahahaaa”
Pernyataan Luca Sansone yang bijak , logis dan diselipi humor tersebut membuat semua orang tertawa dan membuat tensi tinggi mulai turun.
“Silahkan lanjutkan kembali signor Muti tentang proyeksi tim kita di musim depan, saya tahu anda masih memiliki beberapa hal lagi yang ingin disampaikan.” Kata Sansone.
“Grazie signor Sansone. Saya tahu bahwa keputusan saya ingin merubah sistem bermain tim akan menimbulkan pro kontra. Tetapi selain alasasan hantu cedera, ada alasan teknis lainnya. Yakni saya ingin mempromosikan 5 pemain U-19 kita di tim utama. Karena formasi dan strategi yang saya siapkan untuk musim depan, saya terapkan dulu di tim U-19 dan hasilnya berjalan baik. Formasi ini adalah 3-5-2 dengan varian 3-3-3-1. Tim Cosenza U-19 yang dilatih oleh signor Giovani Sanbatta lolos sampai semifinal Coppa Italy U-19 dan hanya kalah melalui adu pinalti melawan Inter U-19. Cosenza U-19 mengalahkan 4 tim junior lain yang di atas kertas kualitasnya di atas tim junior kita. Genoa U-19 kita kalahkan telak 3-0. Di babak berikutnya AS Roma U-19 secara luar bisa kita kalahkan dengan skor gila 5-3. Lalu di perempatfinal kita beruntung bisa mengalahkan Juara Coppa Italy 1999 AC Parma dengan skor 1-0. Lalu kita terhenti di semifinal melawan Inter U-19 dan Inter U-19 yang pada akhirnya menjuarai Coppa Italy U-19. Yang paling menarik adalah lawan Inter U-19 di final. Ada yang tahu siapa??” Tanya Signore Muti?”.
“Crotone U-19.” jawab Ciumento, chief Scout Cosenza santai.
“Apa ? Musuh kita sampai di final?” Tanya Paoletti agak kaget.
Ya, Crotone musuh bebuyutan Cosenza karena sama-sama berasal dari Calabria. Atau dengan kata lain, Musuh dalam pertandingan tim 1 kota bertajuk Derby La Calabria. Di Calabria sendiri memiliki 4 tim sepakbola professional yakni Reggina, Catanzaro, Crotone dan Cosenza. Yang paling populer tentu saja Reggina yang berlaga di Serie-A. Sementara Crotone dan Cosenza di Serie-B dan Catanzaro masih berjuang di Serie-C.
“Si..iya signor. Crotone U-19 cuma kalah tipis 1-0 di final melawan Inter U-19. Banyak orang menilai Inter menang beruntung karena kapten Crotone U-19, Giorgio Di Vicino absen karena terkena kartu merah di semifinal melawan Fiorentina U-19. Crotone U-19 adalah tim yang paling menarik karena dari awal Coppa Italy U-19 mereka selalu menang dengan skor 1-0. Yang paling banyak di ingat adalah kemenangan melawan AC Milan U-19 dimana ada Luca Saudati yang menjadi capocanonieri Coppa Italy U-19 dengan 10 gol. Luca Saudati striker berusia 18 tahun paling berbahaya di turnamen tidak berkutik di marking oleh Giorgio Di Vicino yang masih berusia 17 tahun, atau lebih tepatnya 16 tahun 5 bulan 21 hari pada pertandingan tersebut.” Jawab Giovani Sanbatta pelatih Cosenza U-19.
“Jadi Crotone punya pemain muda wonderkid. Lalu apa kita juga punya di U-19” Tanya Paoletti kepada Sanbatta. Sanbatta tersenyum mendengar pertanyaan tersebut.”iya tentu saja kita punya pemain muda menjanjikan. Anda lupa siapa yang mencetak gol tendangan voli kaki kiri saat kita kalah melawan Atalanta?”
“Si..iya signor. Crotone U-19 cuma kalah tipis 1-0 di final melawan Inter U-19. Banyak orang menilai Inter menang beruntung karena kapten Crotone U-19, Giorgio Di Vicino absen karena terkena kartu merah di semifinal melawan Fiorentina U-19. Crotone U-19 adalah tim yang paling menarik karena dari awal Coppa Italy U-19 mereka selalu menang dengan skor 1-0. Yang paling banyak di ingat adalah kemenangan melawan AC Milan U-19 dimana ada Luca Saudati yang menjadi capocanonieri Coppa Italy U-19 dengan 10 gol. Luca Saudati striker berusia 18 tahun paling berbahaya di turnamen tidak berkutik di marking oleh Giorgio Di Vicino yang masih berusia 17 tahun, atau lebih tepatnya 16 tahun 5 bulan 21 hari pada pertandingan tersebut.” Jawab Giovani Sanbatta pelatih Cosenza U-19.
“Jadi Crotone punya pemain muda wonderkid. Lalu apa kita juga punya di U-19” Tanya Paoletti kepada Sanbatta. Sanbatta tersenyum mendengar pertanyaan tersebut.”iya tentu saja kita punya pemain muda menjanjikan. Anda lupa siapa yang mencetak gol tendangan voli kaki kiri saat kita kalah melawan Atalanta?”
Alex Paoletti masih mengingat jelas gol indah pada malam itu, tetapi agak lupa dengan nama pemain Cosenza yang mencetak Gol, beberapa detik kemudian Paoletti tersenyum
“Wonderkid kita adalah Mateo Rocco” jawab Paoletti.
“Anda benar signor, di Coppa Italy U-19 Mateo menjadi salah satu pemain yang menonjol. 2 gol 3 assist dalam 4 pertandingan. Makanya saya merekomendasikan kepada signor Muti agar Mateo dipromosikan ke tim utama karena banyak pemain inti yang cedera menjelang musim berakhir. 4 pertandingan liga dengan catattan 3 gol itu hal yang mengesankan. Saya punya feeling bagus tentang anak ini di musim depan, asal kita bisa memperlakukan dia dengan benar.” kata Sanbatta.
“Percayalah pada saya signor, pada kami tim pelatih. Anda adalah fans Cosenza Calcio numero Uno. Saya tidak bisa menjanjikan apa-apa saat ini. Yang saya butuhkan adalah kepercayaan, waktu dan juga….”kata Signor Muti menggantung kalimat terakhirnya.
“dan juga apa ?” Tanya Paoletti mengerutkan kening.penasaran.
“4 pemain baru. 1 pemain wingback kiri, 1 bek tengah, 1 gelandang bertahan dan 1 striker.” Jawab Signor Muti tegas sambil tertawa.
“Hahahahha.. tenang saja bisa kita atur itu. Ada Chiumento dan Ansaldi yang akan memberikan pemain seperti yang anda minta.tentu aja yang sesuai dengan budget kita.” Kata Paoletti.
“Hahahahha.. tenang saja bisa kita atur itu. Ada Chiumento dan Ansaldi yang akan memberikan pemain seperti yang anda minta.tentu aja yang sesuai dengan budget kita.” Kata Paoletti.
“Oke hari ini saya sudah mendengar semua laporan yang menarik dari Truci, Sansone, Ciumento, Ansaldi maupun ide signor Muti yang semoga saja berjalan baik. Sebenarnya saya sudah memiliki target yang ingin kita capai bersama, hanya saja saya takut akan terdengar terlalu ambisius dan malah membebani tim. Tapi setelah pertemuan hari ini, saya beruntung memiliki kalian di Cosenza. Sekumpulan professional dengan dedikasi yang luar biasa. Dan saya tidak ragu lagi. Untuk musim 2000/2001, signor Truci akan menyiapkan budget transfer sebesar 1,5 Juta Euro karena saya ingin Cosenza Calcio finish 4 BESAR DI SERIE-B & LOLOS KE SERIE-A UNTUK PERTAMA KALINYA.!” Tegas Alex Paoletti, Cosenza Calcio Presidente berapi-api.
Serentak semua direksi dan staf kepelatihan berdiri dan mengangkat segelas anggur tinggi-tinggi dan berteriak lantang, “ FORZAA COSENZA, FORZA ILL LUPI ROSSOBLU, !”
“You cannot expect victory and plan for defeat.”
= Joel Oelsten =
================================================== ===========
Bersambung
Next Chapter:
#3 : Prato Campo di Battaglia (Green Battlefield)
No comments for "DLF : #2"
Post a Comment