DLF #4
DEEP LYING FORWARD #4
CAMPEGGIO ESTIVO (SUMMER CAMP)
Pontevallecepi City Stadium, Perugia, 5 July 2000.
30 menit sebelum pertandingan, di ruang ganti Cosenza, allenatore Bartolo Muti mengumpulkan seluruh pemain untuk briefing tentang pertandingan ujicoba sore ini melawan Perugia.
“Selamat sore semua!! Pertandingan sore ini adalah bagian dari persiapan kita menghadapi musim 2000/2001. Musim dimana Presidente Cosenza, signor Paoletti memasang target minimal finish 4 besar Serie- B atau dengan kata lain lolos ke Serie-A musim depan!! Tidak ada target yang tidak mungkin. Semua elemen di klub Cosenza, termasuk kita yang akan bertarung di lapangan harus siap, harus percaya bahwa kta bisa memenuhi ekspetasi tersebut. Dan perjuangan itu akan dimulai hari ini. Meskipun ini adalah pertandingan ujicoba, saya minta semua pemain bermain serius. Saya tidak peduli lawan tanding kita sore ini adalah Perugia, tim yang levelnya setingkat di atas kita ataupun berapa nanti skor akhir pertandingan.
Yang akan saya perhatikan adalah level kebugaran setiap pemain, bagaimana kalian beradaptasi dan mendapatkan ritme permainan dengan taktik 3-5-2. Meskipun formasi tersebut baru kita latih beberapa minggu dan masih jauh dari sempurna tetapi saya lihat sudah ada progress. Dan menariknya lawan tanding kita sore ini adalah Perugia tim yang terkenal dengan formasi 3-5-2. Mereka memiliki kedua sayap yang piawai dalam menyerang maupun bertahan, lini tengah yang menjadi dapur pacu serangan dan pertahanan yang disiplin. Sehingga pertandingan ini kesempatan baik untuk “belajar” formasi 3-5-2. Sebelum saya sampaikan tentang hal yang lebih mendetil, signor Malusci akan menyampaikan starting line-up di pertandingan sore ini, silahkan signor,“ papar Allenatore Muti di ruang ganti pemain Cosenza menjelang pertandingan ujicoba melawan Perugia.
“Grazie signor, seperti yang sudah Signor muti sampaikan tadi, hari ini kita akan bermain dengan 3-5-2. Untuk susunan starting line- up adalah:
22. Pantaneli
3. Pavone 2. Pascetta 18. Silvestri
11. Imbriani 8. Biagioni 10.Pelicori 29. Altomare 13. Mussaco
9. Varicio 7. De Francesco
“Ini adalah 11 pemain yang dinilai paling siap bermain dengan 3-5-2. Untuk yang berada di bench kalian harus tetap siap ketika di turunkan karena sore ini setiap tim bisa melakukan 10 x pergantian pemain. Jika setelah 90 menit, skor imbang akan langsung di lanjutkan dengan adu pinalti. Selama 2 minggu kita mengadakan training camp di Pontevalleceppi, kita mendapat kesempatan melakukan 3 x pertandingan ujicoba. Hari ini kita melawan Perugia, tanggal 10 melawan Modena dan tanggal 15 melawan Folignano. Jadi semua pemain akan mendapatkan kesempatan bermain. Untuk beberapa pemain primavera yang ikut training camp kali ini, jangan takut bersaing dengan pemain yang lebih senior dan yang sudah merasa senior, jangan merasa terlena karena saya melihat banyak pemain muda, pemain lapis kedua yang berlatih mati-matian siap menggantikan posisi kalian. Lupakan tentang menjadi langganan starting line-up di musim lalu, musim ini kita mulai semua dari nol lagi. Tunjukan kemampuan kalian sebaik mungkin. Dari saya cukup. Silahkan Signor Muti. Grazie.” beber Signor malusci. Mendengar pemaparan asisten pelatih Cosenza tersebut, suasana ruang ganti yang santai berubah menjadi serius.
“Grazie signor Malusci, tampaknya penjelasan dari anda sudah cukup membuat anak-anak lebih serius. Oke, untuk sore ini, saya minta kalian mempraktekkan apa yang sudah kita latih ke dalam pertandingan. Saya mulai detil permainan dari lini belakang. Untuk 3 bek yang bermain sore ini, Silvestri, Pascetta, Pavonne, selalu ingat untuk menjaga jarak antara kalian 5-6 meter dan Pascetta akan berperan sebagai sweeper yang menjadi orang terakhir di lini belakang serta bermain agak belakang dibandingkan Silvestri dan Pavonne. Pascetta, kamu juga harus sigap memberi komando kepada kedua rekanmu, karena kita juga mencoba menerapkan jebakan off-side karena dengan hanya 3 pemain, lawan pasti akan mengincar area di belakang bek baik dengan umpan-umpan terobosan maupun crossing-crossing karena 2 striker Perugia mempunyai tipikal poacher dan targetman.
Siapapun striker Perugia yang bermain sore ini, mereka sama berbahayanya. Untuk 2 stiker tersebut kalian harus melakukan penjagaan daerah, awasi striker terdekat yang masuk zona pertahanan, jangan terpancing untuk terus mengikuti pergerakan lawan ketika dia bergerak melebar, karena akan ada celah di pertahanan yang akan dimanfaatkan oleh gelandang serang lawan untuk masuk ke kotak pinalti. Ketika situasi yang terjadi adalah misalnya pemain sayap kiri kita berhasil ditembus oleh lawan, bek terdekat harus segera melakukan pressing kepada lawan, pemain sayap kanan harus segera turun ke daerah pertahanan mengisi pos bek tengah. Begitu juga sebaliknya. Sehingga formasi 3 bek akan tidak akan goyah.” jelas signor Muti sambil menggambar 3 titik merah dilengkapi garis putus-putus di papan whiteboard sebagai representasi posisi trio bek Cosenza ketika dalam posisi bertahan dan dalam posisi diserang dari area sayap.
“Jebakan offside yang kita terapkan tidak akan selalu berhasil, maka dari itu kalian jangan menaikkan garis pertahanan terlalu tinggi. Mengerti ?”
Pascetta, Pavonne, Silvestre mengangguk berbarengan.
“Oke, selanjutnya lini tengah. Dengan formasi ini kita punya 3 pemain central dan 2 pemain sayap. Pemain sayap yang ditempati Imbriani di kanan dan Mussaco di kiri, mempunyai tanggung jawab besar di sini. Karena kalian harus terlibat baik saat menyerang maupun bertahan. 2 sayap Perugia bertipikal asli wingback, sehingga mereka mempunyai kemampuan bertahan yang baik. Jadi jangan memaksakan serangan dengan duel 1 lawan 1 dengan skill individu, mainkan kombinasi umpan pendek, umpan 1-2 dengan pemain tengah. Karena jika kalian memaksa duel 1 lawan 1 dan kalah, kalian akan out position, lawan akan memanfaatkannya dengan menyerang balik. Bermain sabar, agak melebar dan mulai bertahan dari garis tengah lapangan, terapkan zona marking.
Jika salah satu dari kalian mendapat kesempatan untuk naik membantu serangan, 1 sayap lainnya jangan terpancing untuk ikut naik. Liat alur permainan dan jaga daerah kalian. 1 gelandang tengah akan mencover area yang ditinggalkan oleh pemain sayap yang maju membantu serangan. Jadi buat Imbriani, Musacco atau pemain sayap lainnya, kemampuan kalian dalam hal penempatan posisi yang tepat, faktor stamina, kemampuan membaca permainan, pengambilan keputusan, kemampuan bertahan juga menyerang akan benar-benar diuji dalam pertandingan sore ini. Ketika kalian sedang menguasai bola, jangan buru-buru melepaskan crossing ke kotak pinalti. Atur posisi terlebih dahulu. Saya tidak ingin kita terlalu banyak kehilangan bola karena umpan-umpan yang tidak jelas dan ragu-ragu. “ jelas signor Bartolo Muti kepada pemain-pemain yang akan menempati posisi sayap sambil menggambar beberapa garis dengan tanda panah sebagai tanda pergerakan pemain sayap ketika menyerang maupun bertahan.
Untuk posisi sayap kiri, yang ditempati Mussaco, signor Muti tidak terlalu khawatir. Karena posisi aslinya memang wingback kiri, hanya yang perlu dilatih lagi adalah kemampuan menyerangnya. Sedangkan posisi sayap kanan, Imbriani akan sangat berguna ketika tim melakukan counter attack karena dia mempunyai kemampuan berlari dengan bola dan akselerasi paling bagus di tim, hanya saja sebagai pemain sayap yang sudah terbiasa bermain jauh di depan dalam formasi 4-3-3 dengan tuntutan bertahan yang kecil, kemampuan bertahan Imbriani sangat lemah. Dia bisa jadi senjata utama dalam menyerang tetapi bisa pula menjadi titik lemah yang bisa diekspos habis lawan.
Di formasi 3-5-2 sebenarnya mempunyai 2 sayap yang memiliki posisi “palsu”tergantung strategi yang di usung pelatihnya. 3-5-2 bisa menjadi 5-3-2 ketika 2 sayap yang dipasang memang mempunyai tipikal bertahan atau dengan kata lain seorang fullback yang dipasang bertahan sejajar dengan 3 bek tengah ketika dalam posisi bertahan. Atau ketika strategi 3-5-2 dengan pendekatan sepakbola menyerang, 2 sayap akan dihuni oleh pemain sayap murni dengan tipikal menyerang sehingga formasi 3-5-2 cenderung menjadi 3-3-4. Sehingga posisi pemain sayap di formasi 3-5-2 menjadi posisi yang paling “rumit” dan dilematis. Di pertandingan ini, signor Muti sengaja ingin melihat bagaimana respon Imbriani di formasi 3-5-2 yang akan diusung menjadi formasi paten Cosenza musim 2000/01.
“Sudah jelas? ” Tanya signor sambil menatap Mussaco dan Imbriani.
Baik Musacco maupun Imbriani terlihat masih mencoba menyerap kata-kata signor Muti tentang tugas mereka menjadi pemain sayap yang ternyata memang tidak mudah.
“Pokoknya bermainlah tenang dan percaya dengan kemampuan kalian.” Kata signor Muti kepada keduanya.
“siap signor.” Jawab Imbriani. Musacco mengangguk. Mengamini.
“Untuk 3 pemain central, saya mengharapkan mobilitas dan kreatitifitas untuk menyusun serangan dari belakang. Biagioni, kamu akan bermain di depan trio bek, berperan sebagai anchor atau orang pertama yang akan turun untuk menerima bola dari sweeper dan mengalirkan bola-bola simpel ke sayap ataupun ke pemain tengah lainnya. Lakukan zona marking, lihat pergerakan pemain tengah lawan. Saya ingin kamu bermain disiplin di tengah, jangan pernah terpancing untuk ikut maju ke depan, saya tidak peduli jika kamu tidak pernah mencetak gol lagi bagi Cosenza. Bukan gol yang saya minta dari posisi ini, tetapi kerja keras dan determinasi.”
Biagioni yang berusia 33 tahun menjadi pemain paling tua di skuad Cosenza mengacungkan jempol kepada Signor Muti sambil berkata..”Nampaknya karier saya sebagai pencetak gol handal harus berakhir mulai hari ini dan berubah peran menjadi malaikat pelindung.” Sontak hal tersebut membuat semua pemain tertawa. Mengingat selama 8 tahun membela Cosenza, Biagioni hanya pernah mencetak 1 gol.
“Hahaha serahkan urusan mencetak gol kepada yang lain. Saya beruntung masih bisa mengingat dengan baik sebiji gol yang kamu cetak 6 tahun lalu.” jawab signor Muti saat mendengar jawaban kocak Biagioni.
“Hei Altomare, coba kita lihat apakah kamu masih bisa tertawa lebar setelah pertandingan ini selesai” tukas signor Muti melihat Altomare menjadi orang yang tertawa paling kencang dan paling lama mendengar celetukan Biagioni barusan. Mendengar perkataan signor Muti tersebut, sontak tawa Altomare berhenti.
“Altomare, saya berharap staminamu lebih kuat daripada suara tawamu karena tugasmu di lapangan tengah kamu tidak kalah menantang dibandingkan Biagioni. Kamu akan berperan sebagai orang pertama yang akan menghentikan serangan lawan yang dibangun dari tengah atau dengan kata lain menjadi lapis pertama pertahanan sebelum bola sampai ke lini belakang. Di setiap pertandingan kamu akan mendapat tugas man-to-man marking secara spesifik. Sore ini saya ingin kamu menjadi hantu bagi playmaker Perugia, Fabio Liverani.
Tempel dia ketika dia memegang bola. Jangan biarkan dia berlama-lama memegang bola, paksa dia untuk segera melepas bola. Rusak ritme serangan lawan. Buat dia lebih mengingatmu dibandingkan mengingat kedua orangtuanya di rumah. Yang membedakan posisimu dengan Biagioni adalah kamu juga harus memberi support kepada Pelicori yang akan menjadi pusat serangan kita. Kamu harus siap ketika Pelicori butuh support dari lini tengah. Selain itu kamu bisa menjadi inisiator serangan balik ketika bisa merebut bola dari Liverani. Dan ingat, kontrol emosi dan kontrol tackling-tackling keras yang tidak perlu.paham?”
“oke siap laksanakan, signor” respon Altomare tegas.
“Bagus, selanjutnya adalah bagaimana kita akan memulai serangan. Idealnya Pelicori akan bermain sebagai playmaker, yang akan memainkan tempo permainan kita. Dia akan lebih banyak beroperasi di area 1/3 lapangan lawan. Pelicori akan mencari celah antara lini tengah dan lini belakang lawan dan selanjutnya ketika dia mendapat bola, daya kreatitifitas Pelicori yang akan mengambil alih. Ketika tim bermain dengan tempo lamban, asumsi kita tim lawan pasti sudah menempati posisi mereka masing-masing, maka Pelicori yang seperti kita ketahui bersama adalah pemain dengan catatan sprint paling payah di antara pemain senior, butuh support untuk bermain kombinasi umpan pendek untuk membuka celah. Support bisa dari pemain sayap, tengah ataupun salah satu dari 2 penyerang tengah yang bermain agak ke dalam ataupun melebar.
Sebaliknya ketika Pelicori mencoba serangan balik dengan tempo cepat, 2 striker di depan mempunyai 2 tugas yang berbeda. De Francesco akan turun ke bawah membawa 1 bek lawan, bergerak meninggalkan area kotak pinalti, Varicio kamu cari posisi sebaik mungkin di kotak pinalti. Sehingga Pelicori mempunyai 2 opsi, opsi pertama, dia terus membawa bola ke depan sendirian dan melepaskan umpan matang kepada Varicio atau opsi kedua membuat umpan-umpan daerah di area lebar lapangan untuk dimanfaatkan oleh pemain sayap yang ikut merangsek maju ke depan. Intinya kita akan belajar bagaimana trio bek Perugia mengatasi serangan kita, baik dari tengah maupun lewat sayap. Dan saya minta kalian hindari kontak-kontak fisik keras yang tidak perlu yang rawan menimbulkan cedera. Oke, sudah cukup penjelasan dari saya. Untuk para pemain di bench, kalian juga punya tugas untuk mempelajari gerakan-gerakan tim maupun gerakan tim lawan untuk mengasah kemampuan kalian dalam membaca arah pertandingan. FORZA COSENZA” Teriak signor Muti menutup sesi terakhir brifing sebelum pertandingan.
FORZA COSENZA !! FORZA ILL LUPI !! FORZAA ROSOBLU!! Teriak semua pemain Cosenza di ruang ganti penuh semangat.
*****
Pertandingan Perugia melawan Cosenza memasuki menit-25 dengan skor sementara 2-0 untuk keunggulan Perugia. Gol pertama Perugia lahir di menit-12 ketika sebuah jebakan offside yang diterapkan lini belakang Cosenza gagal karena Silvestri terlambat untuk naik ke atas, sehingga membuat striker anyar Perugia asal Korea Selatan, Anh Jung-Hwan melesat sendirian ke kotak pinalti dan berhadapan langsung dengan kiper Cosenza, Pantanelli langsung bergerak maju untuk mempersempit gerakan Anh Jung-Hwan. Tetapi Ahn Jung-Hwan langsung melepaskan tendangan kaki kanan keras menyusur tanah yang bersarang di pojok kanan gawang Cosenza.
Gol kedua Perugia lahir 5 menit kemudian ketika sayap kiri Perugia, Milan Rapaic berhasil merebut bola dari sayap kanan Cosenza, Imbriani yang terlalu lama memegang bola, lalu mengirim bola kepada Fabio Gatti, gelandang muda Perugia yang masuk ke area kanan Cosenza yang kosong untuk kemudian melepas crossing yang disambut sundulan kepala Christian Bucci tanpa bisa di hadang oleh Pantanelli.
“ALTOMARE, BANTU PELICORI DI TENGAH !! IMBRIANI, JANGAN TERLALU MAJU, TURUN KE BAWAH JIKA KEHILANGAN BOLA, BANTU PERTAHANAN !! MUSACCO, KAMU TERLALU MELEBAR !!” Teriak asisten pelatih Cosenza, Alberto Malusci sambil berkacak pinggang. Dia terlihat kesal kepada para pemain tengah yang masih nampak bingung dalam mengatur ritme pertandingan. Sementara itu, signor Muti masih terlihat tenang duduk di bench.
“Tenang lah Alberto, anak-anak masih mencoba mengatur posisi di lapangan, masih belum panas mereka.”
“Iya signor, saya tahu. Hanya saja permainan kita terlalu lambat, Perugia sengaja membiarkan kita memegang bola dan mengincar serangan balik memanfaatkan kelengahan pemain. Serangan kita dari lini tengah juga mandeg karena begitu Pelicori menerima bola di depan kotak pinalti Cosenza, ada pemain Perugia no 8 yang bermain ngotot menutup ruang Pelicori. De Francesco bahkan turun terlalu jauh karena sediktinya suplai bola ke depan. Dan Varicio, dia seperti anak hilang di kotak Pinalti Perugia. Saya mencatat Varicio baru melakukan 5 kali sentuhan bola. Sampai setengah jam. Kita sama sekali belum melakukan tendangan ke arah gawang Perugia.” Urai Alberto panjang lebar kepada signot Muti.
“Hei ini sistem permainan baru kita latih 10 hari, seminggu awal pun kita masih fokus berlatih fisik. Dan lagipula, semua gol Perugia akibat kesalahan pemain kita. Bukan karena kehebatan Perugia. Artinya kesalahan tersebut masih wajar, masih bisa kita evaluasi dan perbaiki.”
Akhirnya di menit-36, peluang pertama Cosenza muncul ketika crossing Musacco dari lini tengah berhasil dikuasai oleh De Franceso, dan segera memberikan bola kepada Varicio. Varicio yang mendapat bola dalam posisi membelakangi gawang, memberikan passing kepada Pelicori yang berada depan kotak pinalti dan segera disambut Pelicori dengan tendangan kaki kanan, tetapi bola masih lemah dan mudah saja dikuasai kiper Perugia.
“tuh lihat, anak-anak sudah mulai menemukan celah, setiap operan mereka sudah punya pola dan tujuan. Mussaco juga mulai berani membantu serangan. ” Kata signor Muti kepada Alberto.
Sementara di tengah usaha Cosenza membongkar pertahanan Perugia, lagi-lagi lewat skema serangan balik, Perugia mengancam pertahanan Cosenza. Fabio Liverani berhasil lolos dari pressing Altomare dan mengirim umpan daerah kepada Fabio Gatti. Gatti tanpa ragu segera melepas tendangan kaki kiri dari jarak 15 meter, dengan susah payah Pantanelli berhasil memblok bola, tetapi tepisan yang kurang sempurna membuat bola liar jatuh di depan gawang Cosenza. Pascetta mencoba membuang bola tetapi striker Perugia Christian Bucci lebih cepat dan plossssss gol ketiga Perugia tercipta di menit-43.
Ketika babak pertama telah usai dengan skor 3-0 untuk Perugia, dengan langkah gontai para pemain Cosenza menuju ruang ganti pemain. Massimo Bonini yang melihat pertandingan tersebut, terlihat senang bernyanyi bersama supporter Perugia di tribun. Jika supporter Perugia gembira karena permainan efektif Perugia di babak pertama, maka kegembiraan Bonini adalah lebih karena penampilan Blasi dan Gatti yang terlibat dalam proses semua gol yang di cetak Perugia.di babak 1.
“Pertandingan ini sepertinya sudah selesai. Lawan Perugia hari ini seperti 11 orang yang bingung ketika memegang bola dan terlihat gagap ketika diserang. yaah tidak ada pemain yang menarik. Babak kedua nampaknya akan berjalan membosankan.”batin Bonini. Bonini sebenarnya ingin segera pulang di jeda babak pertama, tetapi entah kenapa dia masih malas untuk buru-buru pulang dan akhirnya memutuskan untuk tetap di stadion. Di 45 menit ke depan, Bonini berencana duduk santai di tribun atas yang sepi, membuat catatan-catatan penting di handphone.
15 menit kemudian, pertandingan dimulai kembali. Di jeda pertandingan, Perugia melakukan 5 pergantian pemain. Blasi, Gatti, Rapaic, Bucchi dan Di Loreto digantikan oleh 5 pemain lapis kedua Perugia. Sementara Cosenza secara mengejutkan tidak melakukan pergantian pemain satu pun. 2 pemain sayap Cosenza yang bermain buruk di babak 1, masih tetap berada di lapangan. Bonini yang sedang sibuk membuat draft, hanya sesekali melihat pertandingan. Dia tidak kaget ketika mengetahui Blasi dan Gatti sudah di ganti oleh alleantore Perugia Serse Cosmi. Mereka sudah bermain bagus dan Serse Cosmi tidak ingin mengambik resiko pemain-pemain kunci mereka cedera di pertandingan uji coba.
15 Menit kemudian, Bonini pergi ke toilet sekalian membeli secangkir kopi espresso di kedai minuman yang ada di dekat stadion. Ketika Bonini kembali ke dalam stadion, dia sudah cukup puas membaca draft yang dia ketik di handphone, hanya tinggal menambah detil-detil kecil. Setelah menghabiskan setengah gelas kopinya, Bonini melihat ke papan skor, pertandingan sudah memasuki menit-63 dan skor masih belum berubah 3-0. Bonini kemudian beranjak dari tempat duduknya dan turun bergabung kembali dengan supporter Perugia di pagar tribun.
“Hey Antonio, bagaimana pertandingan babak kedua berjalan? Kenapa belum bertambah lagi golnya?” Tanya Bonini kepada salah satu suporter Perugia bernama Antonio yang baru saja dikenalnya.
“Babak kedua kita bermain buruk. Sampai menit 60, kalau saya tidak salah hitung, Cosenza mendapat 3 peluang bersih di kotak pinalti, untung saja hari ini kiper kita bermain bagus dan entah bagaimana serangan kita bisa di gagalin terus. Seruu !! ” tukas Antonio dengan penuh semangat.
“Oh iya? apakah Cosenza melakukan pergantian pemain? “ tanya Bonini penasaran.
“Sudah. Di menit 50an, Cosenza melakukan 8 pergantian pemain sekaligus. 2 sayap mereka tidak diganti. Dan menariknya setelah pergantian pemain, permainan Cosenza jadi lebih hidup. Serangan mereka juga jadi lebih berbahaya..”
Minat Bonini untuk menyaksikan pertandingan muncul kembali, terlebih ketika pemain Cosenza bernomer punggung 25 bisa melewati 2 pemain Perugia lalu melakukan tembakan jarak jauh yang membentur mistar gawang. Bonini memperhatikan serangan Cosenza lebih banyak dibangun dari tengah dan tampak pemain tengah Cosenza lebih unggul jumlah dibandingkan pemain tengah Perugia.
Bonini melihat ada sesuatu yang berbeda, setelah berpikir sesaat, kemudian dia segera bergegas ke tribun teratas agar mendapatkan pandangan yang lebih luas ke dalam lapangan. Setelah mendapat spot yang leluasa, Bonini mengetahui perubahan taktik yang dilakukan Cosenza. Cosenza sekarang menempatkan 3 bek yang bermain sejajar dengan garis pertahanan tinggi, yang menarik adalah lini tengah dan lini depan. Di babak 1, Cosenza bermain dengan 2 striker. Kini tampaknya mereka bermain dengan hanya 1 striker murni, karena 1 pemain depan lainnya diganti dengan pemain tengah. Sehingga kepadatan di lini tengah terjadi karena Cosenza bermain dengan formasi 3-6-1 !!
6 pemain tengah tersebut membentuk 2 lapisan yang di isi oleh masing-masing 3 pemain. 1 lapis pertama bertipe defensive dengan 2 wingback yang memarking ketat pemain sayap Perugia dan 1 pemain tengah bermain di depan 3 bek Cosenza melakukan zona marking. Lapis kedua terbentuk dari 1 pengatur serangan yang akan membagi bola ke 2 gelandang serang yang bermain rapat dan akan bermain melebar jika mendapat celah kosong dan mengancam dengan tusukan-tusukan langsung maupun mengirim umpan ke dalam kotak pinalti. Penempatan posisi mereka begitu cair mencari celah di antara lini tengah dan lini pertahanan Perugia. Perugia yang kesulitan mengembangkan permainan di babak ke-2 berusaha keluar dari tekanan Cosenza dengan bermain bola-bola langsung ke pertahanan Cosenza, berusaha memanfaatkan kecepatan 2 strikernya, tetapi masih bisa diantisipasi oleh para bek Cosenza yang siap beradu lari jika jebakan off-side yang diperagakan gagal.
“ide mereka brilian, untuk membuat bukan cuma 2 lapis, tapi 3 lapis screening sekaligus. Sehingga pengaturan koordinasi antara siapa yang bertahan , siapa yang mengejar bola, siapa yang harus menyerang yang buruk di babak 1, sekarang menjadi lebih jelas. Cuma kenapa sampai sekarang, mereka belum bisa mencetak gol karena kualitas finishing dan ketenangan di kotak pinalti yang buruk” batin Bonini terkagum-kagum saat menganalisa jalannya pertandingan.
Dari semua pemain Cosenza, Bonini mendapat terkesan dengan kemampuan striker tunggal Cosenza bernomer punggung 27. Karena meskipun dia dipasang sendirian di depan, dia tidak berdiri statis, melainkan terus bergerak bebas, berusaha menciptakan ruang. Ketika pemain tersebut mendapat bola, dia juga tidak egois terburu-buru untuk segera menembak. Di beberapa ksempatan dia berani mengajak adu lari Hugo Leali, bek Perugia yang rupanya melakukan penjagaan man-to-man kepadanya, dan berhasil lolos dengan melakukan beberapa feint, lalu mengirim umpan kepada rekannya yang memanfaatkan ruang di kotak pinalti Perugia. 2 peluang emas Cosenza yang berawal dari umpannya, belum bisa dimanfaatkan oleh rekannya dan 1 peluang bersih yang didapatnya sendiri lewat tendangan placing kaki kanan masih bisa ditepis kiper Perugia, Tardiolli, yang memang benar kata Antonio, bermain sangat gemilang.
Perugia menunjukkan kelasnya sebagai tim Serie-A yang tetap tenang dalam menahan serangan sporadis dari Cosenza dan malah menambah keunggulan menjadi 4-0 ketika di menit-90, Marco Materazzi, master set-piece dari Perugia yang masuk di menit ke-80, berhasil menambah keunggulan Perugia lewat gol screamer dari jarak 30 meter lewat tendangan bebas yang membuat kiper Cosenza terdiam. Dan gol tersebut menjadi penanda berakhirnya pertandingan ujicoba Perugia vs Cosenza yang berakhir skor telak 4-0 untuk kemenangan Perugia.
“Siapa pemain Cosenza bernomer punggung 27 tersebut?apa dia pemain pinjaman dari salah satu klub di Serie-A ? ”pikir Bonini penasaran. Bonini menerka permain tersebut masih berusia awal 20 tahunan. Bonini tersenyum, nalurinya sebagai pemandu bakat membuatnya segera bergerak mencari tahu siapa pemain tersebut sebenarnya.
******
“Selamat malam semua !! pertandingan yang bagus malam ini. Tidak usah terlalu khawatir dengan hasil akhir. Kalian sudah menampilkan permainan yang cukup baik mengingat level kebugaran kalian yang masih belum kembali dan kita masih beradaptasi dengan formasi baru. Ada beberapa poin positif dan negatif disini yang bisa kita ambil selepas pertandingan. Ehm kita mulai dari yang positif dulu. Poin positif pertama adalah 3 dari 4 gol yang dicetak Perugia lebih karena kesalahan kita sendiri. Jebakan offside yang gagal karena terlambat membaca pergerakan lawan, bola yang dicuri dari kaki karena terlalu lama memegang bola, dan gol ketiga karena lemah dalam hal pressing ditambah tepisan bola dari kiper yang kurang cermat. Itu semua menjadi PR kita di pra musim kita kali ini.
Semua kesalahan elementer harus kita kurangi sekecil mungkin. Poin positif kedua adalah perubahan sedikit formasi di babak kedua berjalan bagus, sangat baik. Hanya finishing dan ketenangan dalam kotak pinalti yang masih harus kita poles lagi. Dan poin ketiga adalah saya senang tidak ada pemain yang cedera hari ini. Poin postif terakhir adalah kalian pemain senior harus waspada karena para pemain muda bisa bermain bagus hari ini, terlepas dari faktor karena musim lalu mereka sudah terbiasa bermain dengan formasi ini di tim U-19 Cosenza, keberanian dan ketenangan mereka patut kita apresiasi. Khusus untuk para pemain sayap, kalian akan mendapat kesempatan bermain full di setiap pertandingan uji coba karena saya ingin kalian segera beradaptasi. Mussaco, Imbriani bagaimana kondisi kalian? Bermain full 90 menit? Kaki kalian pasti gemetar rasanya” beber Signr Muti di ruang ganti pemain selepas pertandingan usai.
Imbriani dan Mussaco yang terlihat kepayahan karena bermain penuh 90 menit dengan kondisi kebugaran yang masih kurang bagus hanya bisa tersenyum lemas.
“Semakin kalian capek dan kehabisan stamina itu artinya kalian masih terlalu memforsir tenaga dengan terlalu banyak berlari, penempaan posisi belum bagus dan masih bingung ketika mendapat tugas bertahan sekaligus meyerang. Tapi secara keseluruhan saya apresiasi kalian” papar signor Muti.
Semua pemain memberikan tepuk tangan dan toss kepada Mussaco dan Imbriani.
“Dan untuk poin negatifnya adalah kita masih sangat jauh dari kata sempurna bermain dengan formasi 3-5-2. Para pemain belakang masih buruk dalam melakukan koordinasi dalam hal siapa yang akan merebut bola, siapa yang akan melakukan penjagaan. Pemain sayap sering terlambat untuk turun membantu pertahanan dan sering telambat naik membantu serangan. Pemain central juga belum bisa menjadi cover pertama dalam menahan serangan lawan bahkan kalian masih bingung ketika memegang bola terlebih ketika Pelicori berhasil dibatasi gerakannya. Semua jadi mampet. Para pemain depan juga finishing kalian masih sangat jelek. Varicio, lupakan catatan 23 gol mu di musim lalu, kamu seperti orang kebingungan di kotak pinalti. 2 peluang bersih di kotak pinalti saja tidak bisa selesaikan.INTINYA ADALAH KESIAPAN KITA BERMAIN SEPERTI YANG SAYA INGINKAN MASIH JAUH DARI KATA SEMPURNA.!!”
Nada signor Muti yang meninggi di akhir kalimat membuat para pemain sedikit terkaget-kaget. Hal itu menyadarkan bahwa mereka mesti bekerja lebih keras, lebih keras dan lebih kerass lagi.
“KALIAN MASIH INGIN BERMAIN DI SERI-A MUSIM DEPAN?” Tanya signor Muti lantang.
“MASIH SIGNOR !! ‘respon semua pemain Cosenza.
“JIKA LOLOS KE SERIE-A KALIAN PANDANG SEBAGAI KESUKSESAN. MAKA SUKSES ITU ADALAH SERANGKAIAN HASIL DARI PERJUANGAN, KERJA KERAS, BELAJAR DARI KEGAGALAN, DETERMINASI DAN TEKAD. TIDAK ADA JALAN PINTAS UNTUK MERAIH KESUKSESAN. APAKAH KALIAN SIAP UNTUK BERSAMA-SAMA MENOREHKAN SEJARAH MUSIM DEPAN ???!!”
============================
Bersambung :
Next Chapter
#5 : Nessun Dolore, Nessun Guadagno (No Pain, No Gain)
Next Chapter
#5 : Nessun Dolore, Nessun Guadagno (No Pain, No Gain)
No comments for "DLF #4"
Post a Comment