Featured Post

LPH #96 - Part C

Episode 96 - Part C
Blitzkrieg Mission : Bastille Sabotage


(POV Zen)


“Terlihat berat, namun kita mesti optimis Bang. Karena update dari informan gue, membuat semuanya menjadi semakin dalam tanda kutip ‘ringan’,” kata gue sambil mengeluarkan selembar lipatan kertas dari waist bag lalu gue taruh di atas meja.

This paper gonna help our ass A LOT to wiped out all of Blood Creep scumbag.”

Gue buka lipatan kertas lalu gue hadapkan ke arah Bang Jamal, Ganang dan Fredi.

Mereka menatap kertas tersebut dan terlihat mereka tidak paham dengan isinya.

Ganang mengambil kertas ini dan ia perhatikan dengan seksama. Keningnya mengkerut. Terlihat berpikir keras dan mencoba membaca isinya yang hanya berupa coretan objek berbentuk lingkaran, persegi panjang, segitiga, tanda panah di mana setiap objek berisi dua sampai tiga lebih huruf dan angka sebagai penanda keterangan.

“Udah taruh aja, kalau lo gak ngerti biar Zen yang jelasin,” ujar Bang Jamal.

Ganang menyerah lalu ia letakkan kembali lembaran kertas di meja. “Om elo sepertinya mantan pembina Pramuka ya, demen main kode,” katanya.

Gue mengangkat bahu. “Kurang tahu.”

Bang Jamal memutar lembaran kertas agar menghadap ke arahnya. Bang Jamal sepertinya penasaran dan ingin mencoba memecahkan kode isinya.

“Pintar sekali informan elo itu, kalaupun kertas ini jatuh ke tangan kru Blood Creep mereka tidak akan paham dengan isinya. Kalau gue coba analisa, objek segitiga nunjukkin lokasi, lalu untuk lingkaran dan persegi mungkin mengarah ke suatu. Garis tanda panah menunjukkan korelasi atau semacam gugus perintah dalam struktur oganisasi. Selebihnya kombinasi huruf dan angka mengarah ke inisial. Dari sekian kode, gue cuma familiar dengan satu kode ini,” urai bang Jamal menunjuk ke satu objek lingkaran yang berisi keterangan RP01 dan menjadi pusat semua garis tanda panah.

Woahh gila. Memang Bang Jamal ini pintar sih, dia nyaris bisa membacanya. Gue pun tertawa kecil sembari menghisap batang rokok dalam-dalam lalu gue letakkan puntung rokok ke asbak.

“Ya gue yakin Bang Jamal mungkin masih ingat dengan si RP01 karena teman lama, pernah satu atap hehehe.”

Bang Jamal tertawa tergelak. Cuma kami berdua yang ketawa sementara Ganang dan Fredi masih belum paham. Terutama Fredi yang tidak berani membuka mulutnya karena sudah mendapat peringatan keras dari Bang Jamal bahwa ia tidak boleh ngebacot sampai semuanya clear atau minimal tanpa seizinnya.

“RP01..” ulang Ganang.

“Ridwan Purba,” jawab Bang Jamal.”Ridwan Purba adalah nama asli dari Kobra. Dari sekian banyak biodata tentang Blood Creep, cuma Kobra yang gue hafal. Karena ya benar seperti apa kata Zen, gue pernah satu Lapas sama Kobra. Ada urusan antara kami berdua yang belum selesai, yah semoga bisa selesai malam ini dengan lubang di keningnya. Yah cuma RP ini yang gue tahu, inisial yang lain gue kurang peduli. Kode 01 merujuk posisinya sebagai orang nomor 1 di Blood Creep.”

Gue tidak tahan untuk tidak mengacungkan kedua jempol gue kepada Bang Jamal.

“Wuh Bang Jamal memang top! Haha. Benar sekali, RP01 alias Ridwan Purba alias Kobra. Lingkaran merujuk kepada nama orang, sementara segitiga merujuk ke lokasi keberadaannya beberapa jam yang lalu” kata gue sambil menunjuk ke beberapa kode di lembaran kertas.

Sebenarnya kode ini bisa gue pecahkan langsung saat membaca lembaran kertas yang di berikan Viper, ia sengaja menulis dengan semacam kode tertentu tanpa ada keterangan apapun. Sama seperti keterangan Bang Jamal tadi, objek lingkaran dengan inisial RP01 yang menjadi pusat dari semua garis panah paling menjadi hal yang paling menarik perhatian gue.

Gue sudah hafal di luar kepala biodata para kru inti Blood Creep. Mulai dari foto, nama asli, nickname dan alamat yang sering mereka datangi sehingga kode RP01 menjadi kode yang paling mudah gue pecahkan lalu semua kode pun terbuka dengan sendirinya.

Awalnya gue sudah melacak keberadaan mereka tracking IP ponsel setelah menghack dari nomor ponsel yang mereka gunakan, untuk mempermudah melacak serta memantau pergerakan. Hanya saja, hanya bertahan dua-tiga hari saja karena kemudian gue kehilangan jejak. Mereka rupanya sering berganti-ganti ponsel dan juga nomor, yah gue akui mereka sangat waspada. Sehingga saat pembagian target, tiap tim mesti mendatangi beberapa lokasi tempat yang sering tiap target datangi.

“Meski beberapa lokasi yang sering menjadi tempat Kobra singgah, entah di rumah atau markasnya sudah kita pegang, namun keberadaan dia susah untuk di pastikan. Bisa jadi tim kita atau tim lain yang ‘beruntung’ bisa bertemu dengan Kobra. Namun untuk Kobra kita kesampingkan dahulu. Sesuai dengan pembagian tugas yang di buat oleh Mas Karjo, kita di minta untuk mengeliminasi dua target. X4 dan X5. Ini posisi X4 dan X5 beberapa jam yang lalu,” kata gue sambil menunjuk dua kode di dua lingkaran serta segitiga yang berbeda.

“DS12 adalah X4. Posisi terakhir di DR39. Dasa Raya no 39. LK9 adalah X5. Posisi terakhir SH127. Soekarno-Hatta no 127. Kedua target sedang berada di rumah masing-masing beberapa jam yang lalu,” lanjut gue.

Ganang nampak excited dan menepuk-nepuk pahanya. “Ayok cusslah! Kita bungkus !Bang Jamal kita turun sekarang nih?”

Sebelum Bang Jamal menjawab gue lalu segera mengeluarkan satu lagi kartu AS abal-abal.

“Tunggu Bang, percuma kita ke lokasi mereka sekarang,” kata gue sambil melihat jam tangan.

18.49

“Apa maksud lo Zen?” tanyanya.

“Salah satu dari kedua target kita 10 menit lagi ada pertemuan dengan salah satu ormas di Kota XXX. Lokasinya di PU33. Purnama Utara no 33. Update ini yang di berikan oleh informan gue. PU33 ataupun ormas ini tidak ada dalam catatan yang kita miliki.”

“Ormas apa? ormas banyak jenisnya?” tanya Bang Jamal

“Ormas keagamaan. KKK. Mereka pada dasarnya preman tapi terbungkus jubah dan simbol agama dan punya banyak pengikut,” gue jawab sambil nyengir.

Bang Jamal ketawa. “Makin seru ini ahahha.”

“Seru apaan Bang. Potensi lawan kita sekitar tiga ratusan kru Blood Creep, kalau ketambahan ormas agama yang punya pengikut fanatik, bisa makin ambyar kita.”

“Tenang saja, kita masih punya senjata satu lagi,” kata gue lalu mengeluarkan armband merah dari Viper dari kantung saku.

What the….” komen Ganang kemudian ia mengambil armband tersebut lalu ia amati.

“Kagak ada tulisan kode di situ Bang, itu cuma armband biasa.”

“Iya gue tahu ini armband biasa, tapi lo bilang ini bisa jadi senjata. Pasti armband ini punya arti atau pesan tertentu buat orang yang melihat seseorang memakai ini,” jawabnya sambil meletakkan armband di atas meja.

Ganang yang gue rasa memang lebih pandai daripada Fredi, bisa menebak arah dari armband warna merah ini.

“Yep, benar Bang. Kalau gue bilang, dengan armband ini, kita dan dua tim lain tidak perlu repot menghadapi tiga ratusan kru Blood Creep melainkan dalam tanda kutip ‘hanya’ lima puluhan kru inti Blood Creep, percaya gak Bang?”

Ganang dan Fredi auto melihat ke arah Bang Jamal karena ia tertawa keras mendengarnya, tanpa memperdulikan beberapa orang yang sedang ngopi di balkon. Karena ada jarak beberapa meter, membuat gue yakin tidak ada orang lain yang bisa mendengar percakapan kami di sini.

“Setelah obroan yang menyengkan di sini dan bukti yang lo bawa, sulit untuk tidak percaya. Lo udah bawa data Blood Creep lengkap dan akurat serta lo udah berani cerita kepada kami tentang sumber data, masak iya gue gak percaya. Lanjutkan Zen ! ceritakan bagaimana how this red armband would gonna work like damn magic spell for us?” respon Bang Jamal.

Gue menyesap satu tegukan terakhir kopi.

“Informan atau Om gue, bagaimanapun tetap mengkhawatirkan keselamatan gue. Jadi ia tadi datang dan menemui gue di Alfamart sebelah. Pada dasarnya Om gue punya ‘koneksi orang dalam’ di Blood Creep. Bukan cuma satu atau dua, melainkan banyak. Mereka ini yang sebenarnya menjual bos-bos mereka di Blood Creep. Jadi gue di minta memakai armband merah saat kita datang ke salah satu site penting Blood Creep. Armband ini punya kode singkat untuk para kaki-tangan om gue di Blood Creep. Re-treat alias mundur.”

Gue diam sejenak memberikan jeda kepada ketiganya. Hingga akhirnya Bang Jamal membuka suara dan ia mencibir dengan nada suara yang gue tangkap tidak suka.

“Ciih, jadi pada dasarnya memang om mu itu memanfaatkan sifat pengecut beberapa kru Blood Creep untuk mendapatkan bocoran informasi. Melihat begitu banyak biodata yang terkumpul, gue yakin ini bocoran ini ini sudah mulai di collect sudah cukup lama, dalam hitungan tahunan mungkin. Para pengecut ini apapun alasannya, lebih memilih menyelamatkan pantat mereka dengan menjual teman atau bos mereka.

Di depan bertampang baik di belakang menikam. Ini cara hina karena bagaimanapun JONK XXX dan Blood Creep itu punya kesamaan yakni kelompok bawah tanah yang mengumpulkan uang dengan cara illegal. Namun demi Mas Karjo yang sudah pasang badan, gue tidak akan ambil pusing. Cara om elo itu memang efekti karena mengeksploitasi sifat dasar manusia yang ingin cari selamat karena takut mati. But hey, dalam situasi sekarang ini, kita perlu memakai semua cara untuk menyelesaikan masalah ini once for all..”

Bang Jamal secara blak-blakan menyampaikan rasa jijiknya tepat di depan muka gue, meski pada akhirnya ia ikut dengan cara tersebut. Gue tidak berkomentar banyak karena ini kan memang bualan gue, tidak mungkin gue menceritakan tentang asal-muasal Viper bagaimana Viper mempunyai kontrol terhadap para semut pekerjanya.

Gue perhatikan wajah Fredi yang memerah, ia sudah tidak tahan ingin ngebacot tetapi ia tidak berani melanggar perintah Bang Jamal. Sehingga Ganang yang kemudian memberikan tanggapan.

“Gue kurang lebih sama dengan Bang Jamal. Tapi I’m gonna buy this hell to save our ass tonight, whatever it takes. Kami para kru bawah tanah sudah terbiasa memakai cara, apapun cara untuk meraih tujuan. Zen, ini best practice-nya gimana? Ini sudah jam tujuh lewat sepuluh menit. Salah satu target atau kedua target kita bisa jadi sedang mengadakan pertemuan dengan satu ormas keagamaan. Kita mesti segera memutuskan, menyerang sekarang dengan resiko kita juga mesti melawan para pengikut ormas atau menunggu pertemuan usai untuk menghindari bentrokan yang tidak perlu melawan pengikut ormas,” ujarnya.

“Logikanya memang kita tidak perlu cari penyakit dengan menyerang para target di saat mereka sedang ada pertemuan dengan ormas KKK yang menurut info dari om gue punya title, gangster berkedok agamis. Tentu mereka ormas KKK tidak akan tinggal diam jika kita menyerang rekan merekekarena bagaimanapun Blood Creep adalah salah satu sumber uang mereka.”

“Asu, kenapa gue tidak suka dengan arah pembicaraan elo ini karena ada kata ‘Logikanya’ di awal perkataan lo. Karna ini seperti orang menyampaikan berita baik terlebih dahulu namun kemudian datang berita buruk,” komentar Ganang.

Gue ketawa.

“Hahaahaha tau aja lo Bang. Kalau menurut gue, suka tidak suka, perih gak perih, kita mesti bergerak sekarang di saat target sedang bersama ormas. Karena begitu kita datang dan mereka melihat gue memakai armband merah ini, para pengkhianat Blood Creep akan langsung mengenali kita sebagai tim khusus yang di janjikan om gue untuk menghabisi Kobra cs.

Lalu mereka akan menyebarkan kode retreat di kalangan mereka. Kemudian mereka akan menghilang dari semua pos di seluruh site vital Blood Creep, sehingga hanya menyisakan Kobra dan loyalisnya yang berjumlah sekitar lima puluhan yang sudah pasti kebingungan karena mayoritas kru menghilang.

Intinya, jika kita bergerak lebih cepat di banding tim lain dan kode retreat tersebar terlebih dahulu, tentu saja hal ini akan memberikan keuntungan kepada buat kita semua. Sehingga kita semua terhindar dari kontak fisik yang tidak perlu.”

Gue kaget karena tiba-tiba Bang Jamal berdiri.

“Ayo kita mulai bekerja. Kita mesti terlebih dahulu bergerak,”

Kami bertiga pun bangkit dari kursi, udah hampir jam setengah delapan malam, sudah pasti pertemuan sedang berlangsung. Saat kami bertiga sudah di dalam mobil, Bang Jamal tidak segera masuk ke mobil, ia hanya membuka pintu dari luar lalu mengatakan sesuatu kepada kami.

“Gue telepon Benji dan Hasan dulu, gue mau pastikan mereka belum bergerak. Semoga mereka belum menyerang,”

“Oke Bang,” jawab gue dan Ganang serentak.

“Fred, lo kayak orang bisu ahhahaha,” ejek Bang Jamal lalu menutup pintu mobil.

Gue dan Ganang ketawa karena setelah Bang Jamal menutup pintu dan tengah menelepon, Fredi misuh-misuh. “Asu memang orang tua satu itu, tadi gue di suruh diem. Giliran gue nurut, malah di bully. Kalau saja gue gak kalah abu….”

“Kalau gak kalah abu, lo mau ngapain emang?” tanya Ganang.

“Ya gak ngapa-ngapain sih, selain ring satu, mana ada yang berani ngebantah omongan atau melawan perintahnya..” ujar Fredi.

“Ring satu??” gue mengulangi perkataan Fredi yang paling menarik atensi gue.

“Ring satu atau inner circle sesepuh JONK XXX. Bang Bonar, Mas Karjo, Bang Jamal, Bang Hasan dan Bang Benji. Lima orang itu yang memulai JONK XXX dan Bang Bonar yang jadi pemimpinnya, sementara Mas Karjo jadi wakillnya,” Fredi menjelaskan arti tersebut ke gue. Fredi yang duduk di belakang kemudi, kemudian menengok ke arah gue.

“Zen, lo tersinggung gak dengan omongan gue tadi di cafe?” tanyanya.

“Enggak sih Bang.”

“Yasudah klo gak tersinggung, karena kalau lo tersinggung dengan omongan gue, gue masa bodoh dan gak akan meminta maaf,” katanya enteng.

Emang bangsat ini orang.

“Zen, gak usah lo gubris Fredi. Dia kalau lagi mens, memang somplak,” sahut Ganang.

“Iya gue selow kok Bang.”

“Tuh Gan, anaknya aja selow, malah elo aja yang sok ngegas,” sambar Fredi.

Ganang cuma melengos, dia nampak sudah malas menanggapi Fredi. Sepertinya Fredi memang orangnya punya sifat aneh, kadang friendly kadang brengsek. Ganang yang sepertinya paling dekat dan yang paling hafal dengan sifat Fredi aja masih bisa senewen, apalagi orang lain. Sesaat suasana jadi agak ankward, namun tak lama kemudian Bang Jamal masuk ke dalam mobil.

“Beres, Hasan dan Benji memang belum bergerak, mereka masih mematangkan rencana masing-masing. Keduanya sudah gue kabarin tentang apa yang kita bahas di atas,” kata Bang Jamal begitu ia masuk ke mobil. Ia mengatakannya sambil melihat ke arah gue.

Wah-wah…

“Tenang Zen, gue hanya cerita secukupnya saja, gue gak menyinggung sama sekali tentang informan elo itu. Zen, lo fotoin kertas tadi. Terus lo berikan keterangan, agar tim Benji dan Hasan dapat update lokasi keberadaan para target masing-masing.”

“Baik Bang.”

Saat gue sedang memfoto isi dari lembaran kertas ini, Bang Jamal bertanya sesuatu kepada gue.

“Zen, gue baru ingat, di situ ada info tentang lokasi keberadaan Rio gak?”

Gue menggeleng. “Gak ada Bang, sepertinya mereka cukup rapat menyimpan keberadaan Rio. Mungkin hanya orang-orang tertentu yang tahu.”

Bang Jamal lalu memperbaiki posisi duduknya. “Nanti lo coba tanya ke salah satu kroco Blood Creep sebelum mereka kabur, tentang keberadaan Rio. Kalau dekat dengan lokasi kita, kita ambil sekalian.”

“Oke Bang.”

“Kalian bertiga dengarin, tadi setelah telepon Benji dan Hasan, gue kasih kabar ke Mas Karjo tentang sedikit perubahan rencana. Mas Karjo setuju kalau tim kita bergerak terlebih dahulu dengan resiko mesti tambah penyakit melawan para pengikut ormas. Tim Benji dan Hasan akan menunggu. Mas Karjo memberikan kita waktu satu jam agar kode retreat tersebar di kalangan mereka. Indikasi sukses tentu saja dari pengamatan penjagaan para kru Blood Creep di beberapa lokasi vital yang mengendur atau tidak ada sama sekali. Setelah satu jam, Benji dan Hasan akan bergerak. Gimana, kalian siap jadi martir malam ini? Kalian semua udah pernah ngewew kan?”

Entah kenapa mereka bertiga langsung melihat ke arah gue, sialan ahaha.

Gue cuma mengacungkan jempol, mengangguk dan berkata, “Santai Bang, gue udah pernah lah.”

Mereka langsung ketawa.

“Haahaha, kenapa gue gak terkejut ya! Tenang saja!! selama ada gue, gak akan ada yang menghadap malaikat malam ini, cuma ya paling luka ringan seperti tangan kena tebas dan sejenisnya. Fred, semisal tangan lo buntung satu gak apa-apa kan karena perang malam ini? Kan yang penting masih hidup.”

Karena di tanya Bang Jamal, Fredi  baru berani ngomong di depannya. “Ya kalau bisa gak perlu sampai buntung lah Bang.”

“Ini kan cuma misalnya Fred. Yaudah gue ganti, kedua tangan dan kaki lo masih lengkap deh, tapi sialnya batang kemaluan elo kena tusuk atau tebas sama lawan, gimana tuh? Pasti gue tolong sih selama lo masih sadar.”

“Anyinggg, kalau batang gue sabet sampai putus, meski gue masih sadar, gue jangan di tolong dah atau kalau perlu bunuh gue di lokasi aja lah Bang. Gue ikhlas mati jadi martir daripada gue tetap hidup tapi gak punya batang. Mending mati aja lah. Gue janji gak akan jadi setan gentayangan yang menghantui Bang Jamal,” jawab Fredi lantang.

Kami tentu langsung ketawa mendengarnya, jawaban yang lucu, spontan namun ya realistis sih.

Deal! Ganang dan Zen jadi saksi, kalau sampai batang lo cedera parah, gue bantu mengakhiri penderitaan lo. Kalau pun lo jadi setan gentayangan yang coba menghantui gue, gue gak masalah sih. Elo mau bentuk manusia ataupun jadi setan gentayangan, gue gak bakalan takut sih, karena elo memang gak ada serem-seremnya di mata gue ahahaha,” balas Bang Jamal gak kalah kocak.

“Yaelah Bang,” rutuk Fredi.

“Haha, dah ayo jalan Fred.”

“Ya Bang bentar, gue setel Google maps dulu ke alamat Purnama Utara nomor 33. Hmm, gak begitu jauh dari sini. Sekitar dua puluh menit dari sini.”

“Kalau bisa lebih cepat gak sampai dua puluh menit, karena waktu kita cuma satu jam.”

“Beres Bang!”

Saat Fredi mulai menjalankan mobil, Bang Jamal menengok ke belakang, “Zen, udah lo share di grup PIKNIK?”

“Iya Bang bentar dikit lagi, sekalian ini gue kelompokkin para inisial target sesuai dengan tim masing-masing biar enak bacanya,” gue jawab sambil terus mengetik di ponsel.

Good.”

Karena banyak keterangan yang mesti gue ketik dan share di grup, gue kurang memperhatikan sepanjang perjalanan. Tahu-tahu mobil berhenti.

"PU33 ada di depan sana madafakah..." kata Fredi saat mobil terhenti di bawah pohon rindang yang menutupi lampu di sisi jalan sehingga ini menjadi lokasi berhenti yang strategis, sekitar beberapa puluh meter dari alamat yang kami tuju. Gue lihat kondisi sekeliling area. Sepertinya ini memang kawasan pabrik, namun bukan kawasan pabrik yang terawat. Area sini cenderung kumuh dan tidak terawat. Banyak yang sudah tidak beroperasi. Gue perhatikan antara bangunan dengan jalan raya terpisah oleh satu selokan atau parit yang cukup lebar. Untuk masuk, mesti melewati jembatan-jembatan kecil. Area seperti ini menjadi keuntungan tersendiri buat kami karena sepertinya lokasi ini cukup jauh dari pemukiman. Semakin jauh dari pemukiman warga semakin bagus karena semua kejadian atau keributan di sini nanti bisa di lokalisir.

Gue juga melihat dari dalam mobil, terlihat ada beberapa orang berjaga di depan satu pabrik. Jumlahnya sekitar enam atau tujuh orang. Mereka semua mempunyai penampilan yang amat sangat bertolak belakang.

Satu kawanan berjaga di depan pintu gerbang berpakaian rapi sopan agamis lengkap dengan jubah panjang dan sorban di leher. Pakaian  mereka memang baik dan sopan namun tidak dengan wajah mereka yang garang. Mereka sibuk dengan ponsel yang mereka pegang. Sekali lihat gue langsung tahu mereka pasti pengikut Tabib.

Selain pengikut Tabib yang berjaga di depan pintu masuk, satu grup làin adalah sekawanan orang berpakaian preman yang tengah merokok sambil mengobrol dan memegang botol bir. Mereka berkerumun di ujung jembatan dekat jalan raya. Satu ahli surga satu ahli neraka kalau kata orang-orang haha.

"Sepertinya info dari sumber lo bener, di sini sedang ada pertemuan antara dua kelompok yang punya atribut berbeda jauh," ujar Fredi sambil tiba-tiba melemparkan beberapa benda ke gue.

Gue tangkap lalu gue perhatikan, sebuah balaclava hitam dan sepasang sarung tangan kulit.

"Nyaman atau tidak nyaman, kita semua mesti memakai penutup. Mau gimana pun, kita ini mau berbuat kriminal. Jadi jangan ekspose wajah dan sidik jari, berjaga kemungkinan ada rekaman CCTV," ujar Fredi yang sudah memakai balaclava sambil ngerokok.

Gue lihat Bang Jamal dan Ganang juga sudah mengenakan penutup kepala yang hanya memperlihatkan lubang mata dan mulut. Gue pun mengenakan balaclava dan sarung tangan yang pas di tangan gue. Rasanya aneh tapi gak masalah sih. Gue lalu mengambil dan memakai jaket zipper dari dalam tas untuk menyembunyikan tas waist bag yang berisi ikat plastik, obeng dan tentu saja 5 serum ZEUZ yang gue simpan di kotak besi seperti kotak pensil agar aman dari segala benturan atau pukulan.

Kami turun dari mobil. Fredi membuka kap mobil belakang dan di dalamnya ada satu tas berisi banyak sekali senjata. Gila. Ganang mengambil stik bisbol, Bang Jamal ambil knuckle brass.

"Nih pakai pisau lipatnya, nyaman di pakai hahaha," kata Fredi sembari memberikan dua pisau lipat. Namun gue cuma ambil satu. "Thanks, satu saja cukup."

Sebelum mulai bergerak, gue kenakan pita merah di lengan kanan. "Seperti rencana kita tadi Bang, mesti gue yang maju dulu, biar mereka melihat 'kode' ini," kata gue di depan ketiga rekan gue untuk malam ini.

"Beresss, maju sana. Kami di belakang," sahut Ganang.

"Tunjukkan pesona lo, anak muda," tukas Bang Jamal sambil menyeringai dan menepuk pundak gue.

"Hehehe beres," perlahan gue berjalan ke arah mereka sambil membuka lipatan pisau yang gue pegang di tangan kiri. Gue tentu saja mendekati para preman terlebih dahulu agar para semut pekerja melihat bahwa "juru selamat" mereka telah datang.

Khu...khu..khu..

“Selamat malam,” gue menyapa tiga orang yang saking asyiknya ngobrol tidak menyadari gue sudah mendekati. Mungkin karena efek lampu jalan raya yang kurang terang dan hanya ada satu atau dua motor yang melintas membuat mereka tidak menyadari kedatangan gue.

Sekilas mereka langsung menampakkan ekspresi waspada karena gue menyapa mereka dan mengenakan balaclava. Namun gue melihat dengaN jelas bahwa ketiganya sejurus kemudian menatap armband merah yang gue pakai di lengan kanan. Lalu pandangan mereka beralih menatap gue.

“Viper..” entah apakah mereka mengetahui makna dari Viper. Karena bisa saja mereka mengetahui nama asli Viper dan tidak tahu nickname yang ia gunakan di komunitas WOMB.

Satu di antara mereka yang terlihat paling tua, memegang pundak dua rekannya. Seolah meminta mereka untuk tetap tenang dan membiarkan ia berbicara.
Saat ia kini berdiri di hadapan gue, ia mengeluarkan ponsel untuk menelepon seseorang dengan pandangan yang tetap terkunci ke arah gue.

“Dia sudah datang, sesuai dengan ciri-ciri Lady Viper. Sebarkan kode retreat,” katanya di telepon.

Dalam hati gue melonjak senang. Namun gue belum bisa senang, ada hal yang mesti gue pastikan lagi.

“Jadi, kode retreat butuh berapa lama untuk menjangkau semua teman-teman lo?”

“Sepuluh sampai lima belas menit paling cepat.”

Gue berpikir sejenak. Okelah gue anggap para semut bekerja sudah mundur, tetapi bagaimanapun gue mesti memutus kontak komunikasi dengan para target yang ada di dalam termasuk Tabib agar mereka tidak bisa meminta bantuan atau menyebarkan info bahwa kami sudah datang. Jika berita ini tersebar, meski para semut sudah mundur, para kru inti Blood Creep sudah bersiap. Ini bukan hal yang baik, apapun yang terjadi di dalam nanti, cukup semua orang di sini saja yang tahu.

“Siapa leader Blood Creep yang ada di dalam yang sedang bertemu dengan Tabib?”

Dia lantas menyebutkan dua nama. Gue girang karena target tim kami X4 dan X5 sedang berada di dalam. Sekali tepuk tiga target sekaligus.

“Tabib bawa berapa pengikut??”

“Sekitar sepuluh orang termasuk tiga orang yang ada di sana. Di tambah dengan kru penjaga Blood Creep ada enam belas. Jadi total dua puluh enam plus Tabib, Leak dan Muse. Tenang saja, dari enam belas penjaga, separuhnya adalah anak-anak gue. Lo bawa berapa orang sekarang?”tanyanya.

Gue tersenyum. “Yang ada sekarang ini, ada empat orang termasuk gue.”

Dia langsung melotot menatap gue. “Serius kalian cuma berempat?”

“Ya sebenarnya ada teman yang lain, namun mereka punya target masing-masing.”

Dia langsung menggeleng-gelengkan kepala seakan tidak percaya. Dia lalu membuang puntung rokoknya ke tanah. “Memang susah untuk sama sekali tidak ikut campur seperti perintah Lady Viper. Sam, lo kasih anak-anak di dalam, suruh mereka bersiap. Jika ia melihat gue masuk, itu tandanya untuk ekseksusi,” katanya sambil menoleh ke arah satu temannya.

“Beres Bang.”

Satu orang yang ia tunjuk langsung sibuk dengan ponsel. Sepertinya mereka juga punya rencana tersendiri.

“Apa rencana kalian?”

Ia tersenyum. “Tenang saja, lo akan tahu sebentar lagi. Lady Viper sudah menyiapkan banyak rencana. Kami para semut tinggal eksekusi yang kami bisa dan selanjutnya kalian yang bereskan. Dan satu lagi, lo gak usah khawatir, setelah lo masuk ke area, gue akan mengaktifkan ini,” katanya sambil mengeluarkan satu alat mirip ponsel tanpa layar yang memiliki empat antena.


 Anjingggg !!! cerdas !! gue malah gak kepikiran!  Viper dia memang cerdas, dia sudah menyiapkan semuanya! Kalau sudah begini tidak ada alasan untuk tidak percaya kepadanya atau kepada Madame Rose.

Portable signal jammers,” kata gue kagum.

“Yap. Setelah kalian masuk ke dalam, gue akan mengaktifkannya. Seluruh jaringan ponsel, Internet, wifi, 2G, 3G, 4G akan hilang. Mereka yang di dalam tidak akan bisa menghubungi siapapun dari ponsel. Termasuk elo dan teman-teman lo setelah masuk.”

Gue mengangguk. “Tenang saja, gak masalah. Ini brilian. Alat ini tahan berapa lama?”

“Maksimal dua jam.”

“Tidak masalah. Oke, baiklah, gue mau beresin tiga orang alim itu dulu ya,” kata gue namun pundak gue di pegang, dia menggeleng ke gue.

“Lo simpan pisau lo baik-baik. Seperti yang gue bilang tadi, susah untuk tidak ikut campur. Biar kami yang bereskan mereka. Lo tunggu disini,” katanya. “Sam, udah lo kabari anak-anak di dalam?”

“Beres Bang, mereka sudah siaga,” jawab salah satu temannya.

Orang ini lalu berjalan ke arah pintu gerbang pabrik diikuti dua temannya dari belakang. Gue mengamati dari sini. Ketiganya nampak berbicara dengan pengikut Tabib namun kemudian, dengan gerakan cepat tiba-tiba para semut menyerang dan menghujamkan pisau ke arah leher tiga orang pengikut Tabib yang tidak menyangka akan di serang. Tikaman atau gorokan di leher tentu saja tidak akan membuat para korban bisa berteriak. Ketiganya meregang nyawa sembari memegangi lehernya di depan pintu, bersimbah darah tanpa sempat memberikan peringatan buat semua orang yang ada di dalam.

Orang yang gue ajak bicara tadi lalu mengacungkan jempol ke arah gue. Gue girang dan memberikan tepuk tangan. Gue lalu bergegas menghampiri Bang Jamal, Fredi dan Ganang. Gue lalu jelaskan situasinya dengan cepat termasuk pembicaraan gue dengan salah satu semut pekerja.

“Waktu kita dua jam untuk menghabisi dua puluh orang ya sebelum sinyal kembali normal, not bad, kalian siap ?” tanya Bang Jamal.
  
Hell yeah !” gue, Fredi dan Ganang menjawab serempak.

“Mari kita bekerja!”

Kami berempat lalu berjalan menuju depan pintu masuk pabrik. Ketiga mayat pengikut Tabib sudah di seret ke samping pintu. Ketiga semut sempat terhenyak karena melihat perawakan Bang Jamal yang tinggi besar. “Kalian sudah siap?” tanya orang yang tadi gue ajak bicara.

Gue menjawab dengan acungan jempol.

“Kalian berdua jaga di sini, gue masuk sebentar,”katanya kepada kedua temannya.

“Siap Bang,” lalu salah satu di antara mereka menggeser pintu gerbang.

Begitu kami masuk, semua orang yang ada di dalam area sontak menatap ke arah kami dengan pandangan heran. Ada puluhan orang yang berjaga di dalam, lalu di halaman gue lihat ada tiga sosok sedang duduk dan berbicara sembari minum-minum. Mereka tengah memegang gelas sambil menatap kami.

TABIB

X4 = LEAK
X5 = MUSE
Target tim Brute Force adalah X4 alias Leak dan X5 alias Muse, leader dan vice-leader di Hawkeye, divisi yang kerap berhubungan dengan pihak luar untuk kelancaran operasional Blood Creep. Jika keduanya kami habisi itu berarti memutus mata Blood Creep dengan pihak lain yang berkongsi dengan mereka.

“Bang Doni, mereka siapa?” tanya salah satu penjaga yang menghampiri kami.

“Tenang mereka teman,” jawabnya namun tiba-tiba saja ia menggorok leher orang yang menghampirinya.

Kemudian secara luar biasa gue melihat pemandangan yang amat sangat menakjubkan.

Para penjaga berpakaian preman saling serang, lebih tepatnya, dengan cepat dan tanpa ragu mereka menggorok orang yang posisinya terdekat dengan mereka.

“Uaaarghh !!”

“Ugh!”

“Apa-!”

“Fuck!”

“Anjiny !!!!”

“Hoeekkzzzz!”

Bunyi teriakan para penjaga yang di gorok oleh teman mereka sendiri hingga tewas bersimbah darah, membuat adrenalin gue naik! Hahahahahhahaha!

“Tenang saja, para eksekutor adalah anak-anak gue. Yang di eksekusi adalah para penjaga loyalis Blood Creep,” jelas orang tadi di panggil Bang Doni, kepada kami sambil menyaksikan pembantaian yang dilakukan oleh para semut pekerja.

Gue excited sekali. Setelah membunuh para penjaga loyalis Blood Creep, para semut dengan dingin satu persatu keluar dari area pabrik. Bang Doni menepuk pundak satu persatu para eksekutor saat mereka melewati dirinya.

“DONI!!!! ANJING LO !!!” gue mendengar orang bernama Leak yang sialnya juga berpostur monster tinggi besar, berdiri dan menghardik ke arah kami. Sementara Muse langsung menyambar ponselnya dan mencoba panggilan telepon. Namun kemudian dari wajahnya yang jelek, ia baru sadar, ia sama sekali tidak bisa menelepon keluar untuk meminta bantuan Blood Creep lainnya.

“Anjinggg! Kenapa sinyal ilang di saat seperti ini!” umpatnya.

Bang Doni tertawa terkekeh sambil menujukkan alat pengacau sinyal yang sudah ia aktifkan. Bang Doni  lalu melihat kearah kami. “Selebihnya silahkan kalian yang urus sesuai kesepakatan. Waktu kalian dua jam sebelum sinyal kembali normal. Kami akan tunggu di luar.”

Kemudian Bang Doni keluar dan terdengar ia menutup pintu dari luar.

Tinggal gue, Bang Jamal, Fredi dan Ganang yang akan membereskan Muse, Leak, Tabib dan tujuh pengikutnya.

Namun entah kenapa melihat Tabib yang tetap lanjut minum dengan tenang seakan tidak terkejut sama sekali, cukup membuat gue risau.

“Kalian berdua tenang saja, masak kalian takut? Udah duduk dulu, kita lanjut minum. Tidak ada bantuan dari luar yang akan datang, namun tidak usah khawatir, jemaah gue yang akan bereskan,” kata Tabib, pria keturunan Timur-Tengah dengan santai.

“WAHAI PARA JEMAAH KKK, INILAH JIHAD YANG SESUNGGUHNYA !! BAWAKAN SAYA KEPALA MEREKA PARA PENDOSA! MAKA SURGA MENANTI KALIAN!” teriak Tabib dengan suara lantang.

Para pengikut Tabib yang berpakaian serba putih dengan sorba di kepala berteriak menyambut perintah Tabib dan kemudian secara bersama-sama mereka mengeluarkan  pedang dan menatap kami yang udah pasti adalah para setan di mata mereka.


Entah kenapa gue ketawa dong.

“Hahaha ayo sini, biar gue anterin kalian berangkat ke surga buatan versi pemimpin kalian sekarang juga!!” sahut gue dengan adrenalin yang sudah tinggi sedari tadi !!!!

“Tolol kalau kalian mati di tangan para fanatik yang tidak sadar otaknya telah di cuci oleh pemimpin mereka, ehehehehe,” ujar Bang Jamal.

“BRING IT ON MUDAFUKAH !!”

“HAHAHAHAHAHAHAHAHAHA!!!!”

Kami berempat sudah siaga penuh.

“SERANG !!!!!” teriak para pengikut Tabib yang berjumlah tujuh orang sambil berlari menghunus pedang ke arah kami berempat.

JLEB !! JLEB !! JLEB !! 



= BERSAMBUNG =

73 comments for "LPH #96 - Part C"

  1. Mantaabbb...zen bener-bener cool ..
    Makasih update nya om panth

    ReplyDelete
  2. Komen dl ya om, baca ntar.
    Makasih updatenya

    ReplyDelete
  3. Makin penasaran aja nih bang
    Sehat selalu ya buat lu bang

    ReplyDelete
  4. Belum makan baca gorok2 an

    ReplyDelete
  5. Yeeehhhaaaa perangggg dimulai

    ReplyDelete
  6. pertamax .... pesta di Mulai ..

    ReplyDelete
  7. bangxaattt... adrenalin naik jantung berdegup kencang.. asuuu

    ReplyDelete
  8. Nunggu pelantikan bigmac dan goku

    Khukhukhu....

    ReplyDelete
  9. Ampe ngap bacanya,,arrgghhh..
    Khu Khu Khu..

    FORZALABAJINDULA😈🤘

    ReplyDelete
  10. Makasih om atas pengantar berbukanya..

    ReplyDelete
  11. Joss
    Bantai semua Zen
    Thxs om up nya

    ReplyDelete
  12. Shine on You Crazy Diamond

    ReplyDelete
  13. Wooww...sdh dimulai perangnya.. Mantap

    ReplyDelete
  14. akhirnya gorok menggorok dimulai....

    thanks om serpanth updeetannya

    ReplyDelete
  15. Mantaaap om panth updatenya🤘🤘

    ReplyDelete
  16. Dah mulai ya Om, belum greget nih.
    Next episode lebih greget pastinua ditunggu om. Maturyou, thankasih terimanuwun.

    ReplyDelete
  17. Keren Hu updatenya, makasih & sehat terus y Hu Serphant

    ReplyDelete
  18. Lek ndul, berasa ngikut kedalam kekacauan, bukan kekacauan sih tepatnya.

    WAR !!!!!

    Bener2 mantep lah pov zen klimaks.

    Yosi,Yandi???

    Hmm xavi, kali pertama ini mgkn dia melihat darah,pembunuhan.

    ReplyDelete
  19. asem tenan.lagi semangat2nya mau bantai malah di cut...
    ditunggu lanjutannya om pant

    ReplyDelete
  20. Khu...khuu..khu gue bacanya sambil dengirin lagunya RATM know your enemy

    ReplyDelete
  21. Njirrr jantung kenceng gini kaya abis minum kopi seteko, thanks om panth

    ReplyDelete
  22. Bangsat..adrenalin ikut naik..ngetik komen,,tangan sampe bergetar

    ReplyDelete
  23. Thanks apdetannya om phant..
    wis udah mulai aja nih pembantaian dari para semut pekerja.
    khu..khu..khuuu...
    zen jangan dulu pake ZEUS nya.

    ReplyDelete
  24. Bangsat... Benar2 Gila VIPER, Otak Pemimpin... Sengaja menyuruh para semut "UNTUK MUNDUR", Tetapi sebenarnya maksudnya hanya untuk menguji loyalitas dari para SEMUT, apakah benar2 mundur atau membantu (Klo ngga salah Gitu maskudnya Yach Om Panth... Mantap Updatenya Om Panth... Sehat Selalu Om...

    ReplyDelete
  25. bajigurr..sangar om..semutnya galak jg ya..kiraen bakalan jd semut cemen yg langsung balik badan pas dateng kode retreat..

    ternyata jiwa bajingan mereka terusik jg..hahaha..lanjut om..sangar ini..pertemukan pasukan si tabib sm malaikat maut..biar cepet ketemu surga ala si tabib..

    4 jempol but elu om..ediannn

    ReplyDelete
  26. Mantap om serpanth...
    Gak sabar nunggu zen pake zeus untuk si tabib

    ReplyDelete
  27. Baca doang aje tangan gue rasanya ky gemeter. Pengen ikutan party x nih,
    Wkwkwk.....
    Thks Om Panth, mantuL dah
    🙂👍

    ReplyDelete
  28. Berkali kali minum karena suasan di sekitar ikut panas...

    ReplyDelete
  29. Asyem,,
    Mantap
    Lanjutkan!!!

    ReplyDelete
  30. sudah ada titik terang hantam menghantam tusuk menusuk gorok menggorok 🔥

    ReplyDelete
  31. Mantap perang dah dimulai. Labrak teris sampai habis

    ReplyDelete
  32. khu khu khu....
    Bravo... Bravo ... Lets get it on ...
    Bantaiiii ....

    ReplyDelete
  33. hell yeeaahhh pembantaian di mulai khu..khu.khuuuu

    ReplyDelete
  34. Yeahhh.. beneran up tgl 17.. moga yg oart D up tgl 20.. habis lebaran ganti POV 🤗🤗🤗

    ReplyDelete
  35. Wah gila.. keren parah..
    Makasih update nya om.

    ReplyDelete
  36. bajingaaaannn ...
    kirim ke surga buatan wkwkwkwk ...
    sehat selalu om pant ...

    ReplyDelete
  37. emang ya itu zen psikopat

    ReplyDelete
  38. Thanks update nya om panth...

    ReplyDelete
  39. Mantap om. Terimakasih updatenya...

    ReplyDelete
  40. Gassss terus suhuuu
    Jangan kasih kendorrr
    Hancurkan BloodCreep

    ReplyDelete
  41. Gasssss..bantai pertamak..
    Berdarah"..

    ReplyDelete
  42. Jancuk....pas adrenalin udah naik eh malah bersambung 😂😂😂 i like your style 😀😀

    ReplyDelete
  43. Bangke..gw baca berulang2.. setelah kemaren cuma episode ngobrol2 doang...sekarang war

    ReplyDelete
  44. Mksih updatenya Om Panth, sehat selalu..

    ReplyDelete
  45. Tengkyu updatenya .
    Mulai panas .

    ReplyDelete
  46. adrenalin langsung melonjak pas baca paragraf terakhir. nice. matur sembah nuwun

    ReplyDelete
  47. AAUUUUUUUUUUUUFFFFTTT...!!!

    Jadi semangat nyambut Lebaran...

    Makasih, Boss Serpanth...

    🙏🏿🙏🏿🙏🏿

    ReplyDelete
  48. Ngeri bin sedapp.. Arigato om epanth..

    ReplyDelete
  49. Ini mah ruaaaar biyasah....

    ReplyDelete
  50. Annjayy... Pas bgt motongnya.....


    Wkkkkk....

    Thankz om serpanth....MANTUL

    ReplyDelete
  51. Mesti diruqiyah neh sama zen si tabib dkk

    ReplyDelete
  52. lanjut lagi, master. keren seperti biasa apdetnya, penuh trik dan intrik. semoga ga turun hujan, biar yandi makin joss duelnya.

    ReplyDelete
  53. degdegan...nahan napes... tau2 abis ceritanya... untung gak lupa dilepas... hahahaha

    ReplyDelete
  54. Sport jantung updateannya gan

    ReplyDelete
  55. what de faah
    kereeen kereeen

    setelah sekian lama menunggu trnyta masih kentang.....wkwkwkwkwk

    matur sembah nuwun suhu atas apdetnya

    ReplyDelete
  56. di tunggu update keren kelanjutanya bro semoga sehat selalu

    ReplyDelete
  57. Walah gak boleh dibaca mapah hikin penasaran. Up up up

    ReplyDelete

Post a Comment