SOPCORONA #96D - JANGAN DI BACA!!
PERINGATAN PEMERINTAH,
nekat MEMBACA SOPCORONA 96D dapat menyebabkan gelisah, kesal, kecewa, gregetan dan gangguan mental lainnya karena full Part D baru rilis akhir Juni 2020!
--------------------------------------------------------------------
SYUTT !!!
Satu tebasan di bagian atas kepala bisa gue hindari dengan menggulingkan badan ke depan, memang sudah saatnya mengakhiri sesi lari-larian ini karena lawan gue sepertinya punya stamina di atas gue sehingga bisa semakin mempersempit jarak. Gue sengaja berguling lalu menyelinap di belakang tangga dan berhenti sejenak, sementara lawan gue berdiri menatap gue.
Ia mengira gue akan berlari naik ke atas tangga karena dengan sabetannya barusan, kalau gue memang naik ke tangga, sudah pasti kaki gue akan jadi sasaran empuk. Mau sejago apapun seseorang kalau kena sabetan pedang di bagian kaki atau betis, kalaupun tidak membuat kakinya putus, sudah pasti akan memberikan luka amat sangat parah dan sekaligus menghentikan mobilitasnya. Kalau si target sudah tidak bisa bergerak, sudah empuk sekali untuk di cabut nafasnya.
Kini gue dan dia saling menatap, kami hanya terpisah tangga besi. Dia tertawa mengejek saat gue memegang kedua ujung tali yang gue pegang. Dia pasti tertawa karena dia membawa sebilah pedang yang mengkilat tajam sementara gue hanya memegang seutas tali yang sudah membentuk simpul dan bersembunyi di belakang anak tangga.
Jangan pernah menganggap remeh lawan.
Itu pelajaran berharga yang gue petik ketika gue dulu di lempar oleh curut anak kelas 1 dari atas ring. Dia akan mengulangi kesalahan gue tersebut, karena dia merasa di atas angin, melihat gue terpojok di bawah tangga sementara di belakang gue dinding. Kita lihat saja, apakah setelah ini dia masih bisa ketawa.
Gue sengaja memancing amarahnya dengan bergerak ke arah berlawanan, jika dia ke kanan, gue memutar ke kiri mengitari tangga, dan begitu juga sebaliknya. Hal ini gue lakukan karena mengincar satu hal, kecerobohannya. Karena kesal gue ajak kucing-kucingan sesi dua di bawah tangga, dia memaki gue. “Pengecut lu!”
“HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA!!!” gue ketawa sekeras-kerasnya. Ekspresi dia seperti orang bingung karena ia tidak bisa mengintimidasi gue, yang ada gue malah mentertawakannya.
“Kenapa lo ketawa pengecut..”
“Pffftttt..” gue menahan tawa dengan menutupi mulut dengan tangan, sehingga akhirnya mereda dengan sendirinya keinginan untuk tertawa.
“Ya gue ketawalah anjing. Untuk ukuran seseorang yang berkelahi dengan membawa pedang, masih mengenal arti kata ‘pengecut’ adalah hal yang sangat mengejutkan. Maka dari itu gue ketawa. Kalau lo ngebuang pedang lo dan ngajak gue duel dengan tangan kosong namun gue masih lari menghindar, baru lo pantes ngatain gue pengecut. Dasar lo anjing gurun, otak udah kesumbat pasir, jadi logika lo udah miring! Ngrasa yang paling benar!”
Dia tertegun mendengar semburan kata-kata tajam dari gue, mukanya memerah karena semakin marah dan gemas ingin segera mencincang gue. Ia tidak bisa membalas kata-kata gue jadi yang ia lakukan selanjutnya adalah membalas dengan umpatan dan kembali mengejar gue.
TRANK !!
TRANK !!
TRANK !!
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Daftar Om, piye cara ne,
ReplyDeleteMohon binbingan 🙏😂
Update disini kapan bos?
ReplyDelete