DLF #16
DEEP LYING FORWARD #16
FORM IS TEMPORARY, CLASS IS PERMANENT (FORMA E TEMPORANEA, CLASSE E PERMANENTE)
Rai Italia Studi Televisivi di Marzini, Rome – Novembre 19, 2000, 07:25 PM
“Maria, seperti biasa kamu tampil cantik dan anggun sekali malam ini.” puji Luigi Cagni kepada rekan kerjanya sambil memasang clip on di balik kemejanya, Maria Vesalli yang mengenakan dress berwarna putih dengan high heel berwarna coklat muda. Dress putih yang sederhana tetapi terlihat luar biasa ketika ia kenakan, karena dress tersebut menempel dengan sempurna di tubuhnya.
“Grazie signor.” Jawab Maria tersenyum mendapat pujian.
“Maria, saya heran kenapa sampai hari ini saya belum juga mendapatkan undangan pernikahan darimu? Kamu cantik, pintar, karier bagus dan usia kamu juga sudah matang. Pokoknya semua sudah mapan. Sudah dua tahun lho kita sudah menjadi rekan kerja tetapi aku belum pernah sekalipun melihat atau mendengar kamu memiliki kekasih. Apalagi yang kamu tunggu sih ?” Tanya Luigi penasaran.
“Hahaha ternyata anda perhatian sekali denganku. Masalah pernikahan saya belum terpikir sama sekali dan bahkan konsep tentang sebuah pernikahan pun belum sepenuhnya saya pahami. Saya mempunyai seorang teman. Dia dan kekasihnya sudah tinggal bersama selama tujuh tahun tanpa menikah dan mereka mengaku baik-baik saja. Bahkan tahun lalu mereka mempunyai seorang anak. Jadi tanpa menikah pun asal kita sudah bertemu orang yang tepat, kita bisa hidup bahagia.
Pernikahan menurut saya hanyalah hitam di atas putih demi dan saat ini saya masih merasa nyaman dengan keadaan sekarang, bisa dengan bebas pergi dan melakukan apa saja yang saya suka. Signor tenang anda saja, suatu hari nanti jika saya sudah menemukan pria yang tepat dan akhirnya menikah, anda akan menjadi orang pertama yang saya beritahu,” jawab Maria santai sembari membaca kertas draft tentang info pertandingan yang akan dipandunya sebentar lagi.
“Hahaha, semoga secepatnya.” Luigi menangkap jawaban dari Maria menyiratkan sedikit kegelisahan yang ia samarkan dengan nada bicara yang santai, justru bertentangan dengan apa yang baru saja ungkapkan kepadanya. Belum sempat Luigi bertanya kembali, ia mendengar Pietro floor director acara Lega Calcio Serie-B berteriak kepadanya, “Signor Cani, anda sudah siap? Clip-on sudah menyala?” tanya Pietro memastikan.
Signor Cagni memberikan acungan jempol bahwa dia sudah siap untuk segera memulai acara secara live.
“Maria, kamu sudah siap? Clip on apakah sudah dinyalakan?” Tanya Pietro menanyakan hal yang sama kepada Maria.
“Siap Pietro!” seru Maria sembari memamerkan senyummnya yang menawan lalu segera berdiri dari tempat duduk dan melangkah ke spot yang tepat berada di depan camera.
Pietro menganguk lalu memberikan tanda kepada penata suara, lightning, cameramen dan para teknisi siaran di ruang master control, agar bersiap-siap karena acara sudah siap untuk mengudara.
“TRE (tiga)..DUE (dua)..UNO (satu)…ANDARE (mulai) !!” seru Pietro menghitung mundur.
**OPENING**
“Buona notte (selamat malam) para pemirsa, berjumpa lagi dengan saya Maria Vesalli dalam lanjutan kompetisi Serie-B Lega Calcio yang sudah memasuki giornata (pekan) ke 12. Malam ini kita akan menyaksikan bersama laga bigmatch antara tuan rumah Cosenza yang saat ini berada di peringkat kedua melawan tim tamu yang berperingkat keempat Cagliari. Perbedaan tipis hanya 2 poin antara kedua tim membuat laga ini akan berjalan sengit. Rekan saya malam ini ada komentator pertandingan yang sudah kita kenal, signor Luigi Cagni.”
“Pemirsa, inilah Lega Calcio Serie-B musim 2000/2001 !!”
**BRIDGING SCENE**
“Signor Cagni, bagaimana kabar anda hari ini? Apakah anda siap menemani saya menyaksikan pertandingan seru ini?”
“Kabar baik dan sangat siap Maria. Iya anda benar. Malam ini pertandingan akan berjalan seru sekali. Sebab bukan hanya karena kedua tim saat ini berada di posisi 4 besar atau berada di jalur yang tepat untuk mendapatkan tiket promosi ke Serie-A musim depan, tetapi karena kedua tim ini adalah 2 tim yang paling produktif dalam urusan mencetak gol hingga giornata (pekan) ke 11. Cagliari menjadi tim terproduktif saat ini dengan mencetak 19 gol dengan rasio gol 1,7 per pertandingan. Sementara Cosenza juga tak kalah produktif, 18 gol dalam 11 pertandingan atau dengan kata lain memiliki rasio 1,6 gol per pertandingan !! Maria, menilik rasio mencetak gol kedua tim ini saya jamin minimal 2 gol akan tercipta di pertandingan ini. !!”
“Wow luar biasa prediksi anda signor. Pemirsa, jangan kemana-mana kami akan kembali setelah commercial break berikut ini.”
**BUMPER OUT**
**BUMPER IN**
“Pemirsa kembali bersama saya dalam program siaran langsung Serie-B Lega Calcio 2000/2001 giornata 12 dan 25 menit lagi pertandingan Cosenza menjamu Cagliari akan dimulai. Tetapi sebelum pertandingan dimulai, kami akan menyajikan beberapa fakta, line-up kedua tim dan prediksi jalannya pertandingan. Signor Cagni seperti yang anda sampaikan tadi, ini adalah partai antara 2 tim yang paling rajin dalam hal mencetak gol ke gawang lawan, bisakah anda menjelaskan lebih detail lagi ? ”
“Ya Maria, saya akan memulai dari Cosenza terlebih dahulu. Cosenza mempunyai start yang sangat bagus di awal musim ini. Kegagalan mereka di akhir musim lalu yang hanya finish di peringkat 5 dan membuyarkan mimpi mereka untuk meraih tiket pertama kalinya ke Serie-A, membuat manajemen Cosenza segera berbenah. Di bursa transfer musim panas mereka berhasil mendatangkan 4 pemain muda yang memiliki prospek cerah. Marcioni di lini belakang, Rukavina dan Fred di lini tengah dan tentu saja Bazzani di lini serang. Ke empat pemain tersebut semuanya berusia dibawah 23 tahun dan total hanya menghabiskan budget 1,4 juta Euro.
Bartolo Mutti, pelatih Cosenza terbilang cukup berhasil memadukan keempat pemain baru tersebut dengan para pemain lama Cosenza. Maria, itu bukanlah pekerjaan yang semudah membalikkan tangan. Karena bukan hanya dalam hal strategi transfer, Cosenza juga mengalami perubahan signifikan dalam formasi dan cara mereka bermain. Musim lalu Cosenza identik dengan formasi 4-3-3 yang ofensif, tetapi ketika banyak pemain utama mereka yang terhantam badai cedera, permainan mereka menurun dalam 8 pertandingan terakhir di liga. Hanya 1 kali menang, sisanya 3 kali imbang dan 4 kali kalah membuat mereka banyak kehilangan poin dan menyebabkan mereka terlempar ke peringkat 5 di klasemen akhir Serie-B musim 1999/2000.
Selain karena perbedaan kualitas yang tidak merata antara pemain utama dengan para pemain lapis kedua, banyak pengamat yang mengatakan faktor utama penyebab para pemain Cosenza begitu banyak mengalami badai cedera karena cara bermain mereka yang terus menekan sepanjang pertandingan dan bermain cepat, dan belum lagi idiom yang dianut oleh Mutti yakni ‘Don’t change the winning team’ membuat akumulasi ketahanan fisik mayoritas para pemain utama mereka akhirnya kolaps di saat-saat krusial.
Selain itu, keputusan berani yang dilakukan oleh Mutti mengubah formasi dasar Cosenza dari 4-3-3 menjadi 3-5-2 di pramusim pada awalnya dipandang perjudian besar. 8 kali pertandingan di pramusim, mereka 6 kali kalah, 1 kali imbang dan hanya 1 kali meraih kemenangan sudah cukup membuat para penggemar Cosenza harap-harap cemas ketika musim kompetisi 2000/2001 dimulai. Dan kecemasan para fans perlahan sirna ketika di ajang Copa Italia yang dimulai tepat 2 minggu sebelum kompetisi liga bisa mereka pergunakan untuk memantapkan formasi 3-5-2 dengan optimal, bahkan untuk pertama kalinya dalam sejarah klub, mereka bisa berhasil melaju hingga putaran ketiga yang kita tahu pada akhirnya mereka bernasib sial karena bertemu dengan Parma yang tanpa kesulitan menghancurkan Cosenza dengan skor agregat 7-2.”
“Dan penampilan Cosenza yang impresif ternyata berimbas ke pertandingan liga. Dan siapa sangka Cosenza kini duduk di peringkat 2 dengan menorehkan beberapa catatan luar biasa sekaligus !! Pertama, Cosenza menjadi satu-satunya tim di Serie-B yang belum terkalahkan hingga giornata (pekan) ke 11. Kedua, attacante (penyerang) andalan mereka Massimo Varricho menempati peringkat 1 dalam tabel capocanonieri (topskor) sementara dengan tabungan 7 gol. Ketiga, seperti yang telah kita bahas di awal Cosenza menjadi tim terproduktif saat ini dibawah Cagliari dengan torehan 18 gol yang hanya berbeda 1 gol saja dengan Cagliari yang sebentar lagi di akan mereka hadapi. Sebuah hal yang sangat mengagumkan ya signor ?” Sahut Maria dengan nada penuh semangat.
“Memang, formasi 3-5-2 dengan possession football yang dikombinasi dengan umpan 1-2 dan tidak segan untuk melancarkan counter cepat ketika situasi pertandingan yang memungkinan, kebijakan rotasi pemain yang tepat, menjadi kunci utama keberhasilan Cosenza yang mengantar mereka menempati peringkat 2 saat ini di papan klasemen sementara sampai dengan giornata ke 11 dengan 3 torehan positif yang seperti Maria baru saja sampaikan. Hanya saja dari 11 pertandingan tak terkalahkan tersebut, Cosenza cuma meraih 3 poin maksimal dalam 5 pertandinga, 6 pertandingan sisanya berakhir imbang.
Bahkan dari 4 pertandingan beruntun mulai sejak giornata ke 4 hingga ke giornata ke 7 semuanya draw. Sehingga Cosenza tidak boleh terlalu jumawa ketika sebentar lagi mereka akan bertanding melawan Cagliari, karena Cosenza memiliki catatan yang tidak terlalu impresif ketika bermain di kandang sendiri Stadio San Vito. Dari 5 kali pertandingan kandang yang sudah dijalani, mereka baru menang sekali dengan catatan memasukkan gol 9, kemasukkan gol 6 artinya surplus 3. Kemenangan perdana di kandang itu pun baru diraih di giornata ke 8 saat mereka mengalahkan Treviso dengan skor 3-0.
Bandingkan dengan catatan impresif Cosenza ketika mereka bermain tandang, 6 kali main Cosenza mampu memenangkan 4 laga dan 2 laga berakhir imbang dengan catatan memasukkan 9 gol, kemasukkan 4 gol artinya surplus 5 gol. Melihat statistik tersebut, Cosenza ternyata tim yang malah tidak bisa menampilkan permainan impresif ketika tampil di publik sendiri, jadi dukungan dari publik malah membuat mereka tampil dibawah tekanan. Itu adalah faktor psikologis yang mesti segera dipecahkan oleh Bartolo Muti sebelum keadaan berubah menjadi kurang baik.”
“Salah satu cara untuk memperbaiki faktor psikologis tersebut tentu saja salah satunya dengan memenangkan pertandingan ini. Dan signor Muti, berikut adalah line-up yang diturunkan oleh Bartolo Mutti di pertandingan malam ini. Ada komentar tentang siapa yang akan menjadi pemain kunci dari setiap lini ? ” tanya Maria.
Cosenza Formazione : 3-5-2
Allenatore : Bartolo Muti
22 – Pantanelli
3 – Pavone 2 – Pascetta 18 – Silvestri
11 – Imbriani 8 – Biagioni 10 - Pelicori 13 – Fred 32 – Rukavina
9 – Varrichio 7 – De Francesco
“Di bawah mistar Cosenza, il capitano Eros Pantanelli dipastikan bermain lagi setelah secara mengejutkan dari giornata ke 3 hingga giornata ke 11 dibangku cadangkan oleh Bartolo Mutti. Pantanelli bisa turun hari ini karena Igor Vangioni, deputi Pantanelli yang bermain baik dan mulai menggeser Pantaneli dari portiere (kiper) utama Cosenza, justru mendapatkan cedera pergelangan tangan di sesi latihan yang kabarnya cukup parah yang membuat Vangioni mesti absen minimal 1 bulan. Ini adalah kesempatan yang bagus untuk Pantanelli mendapatkan lagi kepercayaan dari pelatih Cosenza.
Selanjutnya di lini belakang pemain kunci Cosenza ada dalam diri Pascetta yang selalu menjadi pilihan utama, di lini tengah ada Pelicori, sosok fantasista yang menjadi sumber kreatifitas serangan Il Lupi yang sudah mengemas 6 assist dan di lini depan tentu saja Cosenza memiliki bomber haus gol Massimo Varrichio, striker terbaik di Serie-B dalam dua musim terakhir. Oh iya Maria, sebenarnya Cosenza memiliki seorang pemain muda berposisi penyerang yang cukup menarik perhatian saya. Mateo Rocco yang di musim lalu bermain dalam 4 pertandingan terakhir di liga dan mampu menorehkan 3 gol.
Tetapi setelah sempat membuat 1 gol di ajang Coppa Italia musim ini dan beberapa kali namanya masuk dalam pemain cadangan, pemain berusia 18 tahun ini lantas menghilang dari skuad, entah apa yang terjadi. Dari susunan pemain yang diturunkan oleh Bartolo Mutti, saya kira Cosenza ingin bermain menyerang sejak awal demi memperbaiki mental bermain di kandang sekaligus memantapkan posisi dimana mereka bisa naik menjadi pemuncak klasemen jika menggeser Venezia jika Venezia kalah melawan Monza,” papar Cagni memberikan review di setiap posisi pemain Cosenza yang bermain malam ini.
“Lalu bagaimana persiapan Cagliari dalam pertandingan hari ini? Jika mereka bisa mengalahkan Cosenza, mereka bisa menggeser Cosenza dari peringkat 2,” tanya Maria.
“Cagliari dibawah allenatore Gianfranco Belloto, mereka bisa menampilkan permainan sepakbola menyerang yang dibuktikan dengan menjadi tim paling produktif sampai sejauh ini. Hanya saja Cagliari tidak mempunyai keseimbangan yang bagus dalam hal menggalang pertahanan. Dibandingkan dengan 3 tim lain yang saat ini berada di 4 besar, Cagliari memiliki jumlah kemasukan gol paling banyak yakni 12 gol. Jadi boleh dibilang saat ini Cagliari menganut filosofi ‘the best defense is good defense’. Asalkan mereka bisa mencetak gol lebih banyak dari lawan dan meraih kemenangan, mereka tidak mempermasalahkan berapa jumlah gol yang bersarang di gawang mereka.
Hanya saja filosofi ini memiliki resiko yang cukup besar, ketika lawan bisa mencuri gol terlebih dahulu lalu kemudian bermain bertahan, Cagliari tentu saja akan bernafsu segera mencari gol penyama keaadaan , alih-alih mereka bisa membalas gol lawan, kelengahan Cagliari bisa dieksploitasi lawan yang mengincar serangan balik cepat untuk mencetak gol selanjutnya. Game Over untuk Cagliari. Itulah yang terjadi saat ini. Dalam 6 dari 11 pertandingan yang sudah mereka lakoni, 2 kali kalah dan 4 kali imbang adalah bukti bahwa Cagliari selalu mengalami kesulitan jika lawan mereka bisa terlebih dahulu mencetak gol. Dan menariknya, jika Cagliari yang terlebih dahulu mencetak gol maka sampai saat ini 99% pertandingan bisa berhasil mereka menangkan. Itu terbukti dalam 5 kemenangan yang sudah mereka raih dalam 11 pertandingan.”
“Cagni, sementara lawan mereka hari ini Cosenza, saat ini terkenal dengan determinasi dan semangat pantang menyerah yang boleh dibilang sangat spartan. Dalam 5 pertandingan dimana mereka terlebih dahulu tertinggal, 3 pertandingan bisa berakhir imbang dan 2 pertandingan mereka bisa menyamakan kedudukan lalu membalikkan keadaan. Jika ditilik dari catatan gol saat Cosenza bermain kandang dan Cagliari bermain tandang, secara matematis dalam hal selisih gol Cagliari lebih baik. Gli Isolani, memiliki catatan bisa mencetak 9 gol dan hanya kemasukan 4 gol dalam 6 pertandingan tandang yang sudah mereka lakoni. Sementara Cosenza dalam 5 pertandingan di kandang memang juga mampu mencetak 9 gol tetapi kemasukkan 6 gol. Oh iya sebelum Cagni mengulas lebih jauh lagi, akan kita tampilkan line-up Cagliari di pertandingan ini.”
Cagliari Formazione : 4-3-1-2
Allenatore : Gianfranco Belloto
1 – Scarpi
17 – Modesto 6 – Lopez 4 - Villa 13 – Grassadonia
15 – Lucenti 10 - Conti 28 – Buso
20 – Sulcis
9 – Suazo 11 – Cammarata
“Cagliari menurunkan pemain yang sangat offensive. 7 dari 11 pemain sudah pernah mencetak gol. Di lini belakang, Cagliari mempunyai wingback kanan yang agresif asal Prancis, Francois Modesto yang sudah mencetak 3 gol dan bek tengah Il Capitano Cagliari Matteo Villa sudah mencetak 1 gol. Lini tengah hingga ke lini depan adalah sektor paling mengerikan yang dimiliki Cagliari. Lini tengah selain menjadi motor serangan, mereka juga bisa menyelesaikan peluang. Giovani Sulcis dan Giorgio Lucenti sama-sama sudah mencetak 2 gol, sementara Renato Buso 1 gol. Jika Cosenza tidak bisa menghentikan keagresifan 3 gelandang ini, maka mereka akan memiliki masalah besar. Selain lini tengah, lini serang Cagliari yang diisi oleh Suazo dan Cammarata juga tak kalah produktif. Keduanya sama-sama sudah mengoleksi 2 gol. Bahkan di bangku cadangan, 2 striker supersub Cagliari yakni Davide Fontolan dan Emiliano Melis juga bukan pemain sembarangan. Keduanya juga sama-sama telah mencetak 2 gol. “
“Dan kita lihat, para pemain dari kedua tim sudah memasuki lapangan pertandingan. Jadi pertanyaan terakhir dari saya, siapakah menurut anda yang akan keluar sebagai pemenang di pertandingan bigmatch malam ini ? ”
“Hingga sejauh ini kedua tim memperoleh hasil yang tidak jauh berbeda dengan 2 metode yang sangat bertolak belakang. Cosenza, sebuah tim yang kurang bisa tampil lepas jika bermain di kandang tetapi memiliki determinasi tinggi, mental mereka tidak cepat turun ketika tertinggal lebih dahulu. Sementara Cagliari adalah tim yang justru sangat tangguh jika bermain tandang tetapi sekalinya mereka tertinggal lebih dahulu, mereka akan sangat kesulitan.
Cosenza pasti mengetahui fakta ini jadi saya yakin tim tuan rumah ingin mencetak gol secepat mungkin, sementara Cagliari juga mengincar gol cepat di awal pertandingan untuk merusak konsentrasi dan menambah tekanan bagi tim tuan rumah, Maria dan juga para pemirsa, bersiaplah menyaksikan pertandingan dengan tensi tinggi dan saya jamin akan terjadi banyak gol.”
“Grazie (terimakasih) signor Cagni atas ulasan pertandingan yang sangat menarik. ! KEPADA PARA PEMIRSA, KAMI UCAPKAN SELAMAT MENYAKSIKAN PERTANDINGAN BIGMATCH ANTARA COSENZA MELAWAN CAGLIARI !! “
***
Calcionews.com/Serie-B/Giornata-12/2000-11-19/Cosenza-Cagliari/Match-Report
SERU !! SETELAH TERTINGGAL 2 GOL, CAGLIARI SECARA HEROIK MAMPU MEMAKSA PERTANDINGAN BERAKHIR IMBANG.
Cosenza mengejutkan tim tamu dengan gol-gol cepat di babak pertama, tetapi keganasan David Suazo menyelamatkan Cagliari di Stadio San Vito.
BABAK PERTAMA
Dari peluit babak pertama dibunyikan, kedua tim langsung melakukan jual-beli serangan. Tetapi ketangguhan lini tengah Cosenza yang bermain lebih ngotot dan pressing ketat membuat tim tuan rumah memegang kendali permainan terhadap Cagliari yang lebih banyak menunggu di daerah pertahanan untuk mencuri kesempatan melalui serangan balik. Dua pemain sayap Cosenza, Imbriani di sisi kanan dan Rukavina di sisi kiri terus menebar ancaman dengan tusukan-tusukannya. Alhasil, Il Lupi terus memberi tekanan kepada Cagliari, pada menit ke-enam Pelicori sudah memaksa kiper Cagliari, Alessio Scarpi melakukan penyelamatan ketika sepakannya dari luar kotak penalti mengarah ke gawang.
Namun, pertahanan Gli Isolani, julukan Cagliari, akhirnya runtuh pada menit ke-18, Fred dengan cerdik mengirim umpan dari dalam kotak penalti kepada Varrichio yang berdiri bebas, dan dengan kaki kiri, ia mampu melepaskan tembakan menyilang yang tak bisa diantisipasi oleh kiper.
Dua menit berselang Cosenza bahkan nyaris langsung menggandakan keunggulan ketika Imbriani memanfaatkan kecepatan yang dimilikinya mampu melepaskan umpan crossing ke dalam kotak pinalti yang bisa dijangkau oleh Rukavina dengan sundulan yang sayangnya memantul ke tanah terlebih dahulu lalu menerpa mistar atas. De Francesco bereaksi paling cepat dan menendang bola ke arah gawang Cagliari tetapi bola masih bisa diblok dengan badan oleh bek Lopez sehingga bola keluar dari lapangan.
Para pemain Cosenza langsung mengelilingi wasit karena mereka menganggap bola mengenai tangan Lopez sehingga harusnya terjadi pinalti, tetapi wasit Bergamo bersikukuh tidak ada pinalti, bola mengenai badan bukan tangan. Malah wasit memberikan kartu kuning kepada Varrichio yang dianggap terlalu berlebihan ketika melakukan protes terhadap wasit. Kartu kuning yang sangat merugikan bagi tim Cosenza karena membuat ia absen dalam 1 pertandingan berikutnya karena akumulasi kartu kuning.
Cosenza yang mendapat momentum yang bagus terus menekan Cagliari, pressure ketat yang membuat lini belakang tim tamu gugup. Adalah Diego Lopes, bek Cagliari asal Uruguay yang kemudian melakukan blunder. Ia memberikan backpass kepada kiper tetapi umpannya yang tanggung membuat Varrichio yang sebelumnya memberikan pressure kepada Lopez, langsung mencium adanya peluang emas. Varrichio yang musim lalu mencetak 23 gol segera berlari menyongsong bola dan dengan sekali gocekan, ia dengan mudah mengelabui kiper lalu dengan dingin menceploskan bola di gawang yang kosong.
Menit ke 23 babak pertama Cosenza sudah mengungguli Cagliari 2-0. Dua gol cepat yang membuat seluruh pendukung Cosenza yang hadir di Stadio San Vito bergemuruh. Di sisa waktu babak pertama, Il Lupi terus berusaha menambah keunggulan dan mereka ingin mengakhiri perlawanan Cagliari sedini mungkin, tetapi pertahanan rapat dan disiplin dari anak asuh Gianfranco Belloto berhasil meredam serangan-serangan sporadis Cosenza. Sampai akhirnya wasit Bergamo menutup babak pertama dengan skor 2-0 untuk tim tuan rumah.
BABAK KEDUA
Pada babak kedua, Cosenza kembali memulai dengan percaya diri dan malah menurunkan tempo permainan, akibatnya Cagliari justru yang berhasil menyamakan kedudukan dan kemudian menyamakan kedudukan hanya dalam tempo enam menit .
Saat laga akan menginjak satu jam, bek Cosenza ,Silvestri salah mengantisipasi datangnya bola hasil tendangan gawang kiper Scarpi. Bola memantul ke ruang kosong, dengan kecepatan dan kekuatannya penyerang asal Honduras David Suazo mampu mengejar bola dan menguasainya, ketika ia bersiap untuk melakukan tembakan, ia terjatuh karena kaosnya ditarik oleh bek Pascetta. Wasit langsung menunjuk titik putih, pinalti untuk Cagliari. Dan Pascetta langsung mendapat espulso (kartu merah) dari wasit di menit 62. David Suazo sendiri yang mengambil tendangan pinalti dan ia tidak menyiakan kesempatan itu untuk menjebol gawang Cosenza lewat eksekusi tendangan keras mengarah di pojok atas gawang yang dijaga Pantanelli. Skor berubah menjadi 2-1.
Merasa berada di atas angin dan butuh untuk mencari gol tambahan lagi, Cagliari melakukan 2 pergantian sekaligus. Gelandang Sulcis digantikan oleh striker Davide Fontolan dan Modesto digantikan seorang bek tengah yang piawai bermain sebagai bek kanan yakni Bruno Langella untuk mengantisipasi serangan balik yang diincar oleh Cosenza. Sementara Cosenza yang kehilangan satu pemain juga melakukan pergantian pemain. Penyerang De Francesco digantikan seorang bek Parisi untuk memperkuat pertahanan dan mencoba mempertahankan keunggulan di sisa waktu. Pemain Cagliari yang baru masuk, Fontolan langsung menggebrak melalui skill individunya melewati 2 bek Cosenza tetapi tendangan yang ia lepaskasn masih bisa ditepis Pantanelli yang kemudian membuah sepak pojok.
Sepak pojok diambil oleh Conti dan ternyata diumpan ke Lucenti yang berdiri di depan kotak pinalti tanpa kawalan, Lucenti mampu mengecoh bek lawan di kotak penalti sebelum melepaskan tembakan yang masih bisa diblok kiper, namun di sana ada Suazo yang menyambar dengan sundulannya dan mengubah skor menjadi 2-2. Empat menit kemudian, melalui serangan balik cepat, Suazo nyaris melengkapi golnya menjadi hat-trick saat mendapatkan ruang bebas di kotak penalti, tetapi kali ini Pantanelli lagi-lagi mampu mementahkan tembakan tersebut.
Di menit-menit akhir kedua tim saling silih berganti melakukan serangan, tetapi tidak ada gol tambahan tercipta dan kedua tim harus puas berbagi angka 2-2 di Stadio San Vito. Sebuah hasil yang harus disesali oleh Cosenza karena sebelumnya mereka sudah unggul 2 gol. Hasil pertandingan ini tidak merubah posisi klasemen kedua tim. Hanya saja Venezia sebagai tim peringkat 1 mampu memperlebar jarak menjadi 4 poin dengan tim peringkat kedua dan ketiga Cosenza dan Chievo yang mempunyai poin sama 22, setelah mereka mampu mengatasi perlawanan Genoa.
Sementara Cagliari yang berada di peringkat 4 dengan poin 20, harus berhati-hati karena mendapat tekanan dari Sampdoria, Ancona dan Empoli yang juga mengumpulkan poin sama 20, hanya karena selisih gol yang lebih baik dari ketiga tim tersebut yang membuat Cagliari tetap di peringkat 4.
Pekan depan persaingan diprediksi akan semakin ketat, karena Cosenza akan bertandang ke Stadio Nicola Ceravolo untuk melakoni laga panas melawan tim peringkat 8 sekaligus seteru abadi mereka Catanzaro dalam sebuah partai yang bertajuk “Derbi Della Calabria” tanpa 2 pemain inti yakni topskor tim Massimo Varrichio karena akumulasi kartu kuning dan bek tangguh Christian Pascetta yang harus absen 2 pertandingan akibat kartu merah yang diterimanya tadi di pertandingan.
***
Hotel Palazzo Manfredi “Aroma Resto & Bar ”, Via Labicana, Rome – Novembre 19, 2000, 10:17 PM
-Maria Vesalli-
Setelah selesai memandu acara Lega Calcio Serie-B aku memutuskan ingin bersantai dan menikmati makan malam sebelum aku pulang. Setelah aku sampai di Aroma Resto & Bar yang terletak di rooftop Hotel Palazzo Manfredi aku segera duduk di meja yang sudah aku reservasi sebelumnya dan aku sengaja memesan meja untuk 2 orang, agar aku terkesan seperti menunggu seseorang. Karena kalau aku memesan meja untuk 1 orang saja maka aku akan terlihat seperti perempuan berusia 30 tahun duduk sendirian dan terlihat putus asa memikirkan masalah pernikahan. Aku memilih meja yang berada di pinggir pagar sehingga icon kota Roma, Colosseum yang hanya berjarak 500 meter bisa kulihat dan kunikmati keindahannya sambil menikmati segelas atau mungkin beberapa gelas wine.
Aku lihat sekeliling ternyata suasana tidak seramai biasanya, ah tetapi kemudian aku ingat bahwa hari ini adalah hari minggu, hari minggu di Roma dan sepertinya seluruh kota di Italia adalah hari yang akan membuat para wanita yang tidak menyukai sepakbola tetapi mempunyai pasangan yang amat sangat menggilai sepakbola, kesal. Bagaimana tidak, karena pasti pasangan mereka akan lebih memilih pergi ke stadion atau berada di depan TV untuk menyaksikan pertandingan sepakbola.
Aku otomatis menjadi teringat dengan percakapanku dengan Barbara, salah satu make-up artis yang menanganiku. Sambil merapikan make-up dan rambutku, Barbara bercerita bahwa ia sedang kesal setengah mati kepada suaminya karena malam ini ia lebih memilih pergi bersama dengan teman-temannya ke Stadion Olimpico untuk menyaksikan tim kesayangannya Lazio menjamu Brescia, daripada merayakan hari jadi pernikahan mereka yang pertama dengan makan malam romantis berdua selepas ia selesai bekerja.
Aku yang mendengarnya hanya bisa tertawa kecil. Tetapi sebenarnya keadaanku sekarang juga tidak jauh berbeda dengan Barbara malam ini. Jika ia kesal karena suaminya lebih memilih sepakbola daripada merayakan ulang tahun pernikahan, maka dirinya kesal karena gara-gara Luigi sesaat sebelum on air acara yang mereka pandu bersama, bertanya kepadaku kenapa sampai sekarang aku belum juga menikah. Entah sudah berapa kali ia mendengar pertanyaan semacam itu akhir-akhir ini, terutama saat ia mengunjungi mamanya yang masih tinggal di Cinque Terre, bertemu dengan kawan-kawan lamanya di agensi model dulu.
“Selamat malam nona Vesalli, perkenalkan nama saya Oscar, saya akan melayani anda malam ini. Apakah anda ingin memesan makanan terlebih dahulu atau anda ingin menunggu dulu teman anda?”
Sapaan ramah dari seorang pelayan pria yang terlihat rapi dan cukup tampan tersebut membuat lamunanku buyar. Ah sudahlah, masalah pernikahan sebaiknya tidak usah aku pikirkan saat ini. Lagipula aku juga belum ingin memiliki komitmen dengan siapapun saat ini.
“Lebih baik saya menunggu teman saya terlebih dahulu baru memesan makanan, nanti kalau teman saya belum juga datang dan saya sudah lapar, saya akan memanggilmu.”
Aku berbohong tentu saja karena tidak ada seseorang yang aku tunggu untuk menemaniku makan malam dan aku juga tidak ingin ada orang asing terutama laki-laki asing yang tiba-tiba duduk di mejaku, menawarkan dirinya untuk ikut menemani perempuan cantik sepertiku makan malam. Aku hanya ingin makan malam sendirian dengan tenang saat ini.
Meski begitu aku tetap bisa merasakan beberapa tatapan pria yang duduk di meja lain mencuri-curi pandang ke arahku bahkan ada seorang pria muda yang duduk di dekat bar, menatap lalu tersenyum kepadaku. Pria yang nampaknya berusia sekitar 24-25 tahun tersebut cukup tampan sih, tetapi aku kurang tertarik dengan pria yang lebih muda dariku dan aku tidak membalas senyumannya. Aku yang memiliki banyak pengalaman dengan berbagai macam karakter pria, dari gesture dan cara ia menatapku aku langsung mengetahui pria tersebut tipikal playboy yang mengira dengan modal wajahnya yang ganteng, rambut tertata rapi, kemeja dan jas bermerk yang ia kenakan, kunci mobil Lamborgini yang nampaknya sengaja ia taruh di atas meja akan membuat para wanita terkesan.
Untuk beberapa tipikal wanita memang cara tersebut akan berhasil menarik perhatian, tetapi yang jelas cara tersebut tidak akan mempan terhadapku. Aku yang dulu sudah cukup puas bersenang-senang dengan pria bertipe playboy yang hanya menganggap wanita seperti trophi yang ia koleksi dan kemudian akan ia ceritakan bagaimana saat ia menaklukkan para wanita di atas ranjang kepada teman teman prianya. Aku sudah berada di tahap bahwa faktor fisik pria bukanlah hal paling utama yang paling aku cari saat ini.
“Oke. Ijinkan saya mengisi teko di meja dengan air putih.” Oscar lalu dengan cekatan mengisi teko kosong yang berada di meja dan mengisinya dengan air putih.
“Grazie (terimakasih) Oscar.” Ucapku sambil memberikan senyum kepadanya. Oscar mengangguk sopan lalu kemudian mohon diri.
Setelah menuangkan air putih dari teko ke gelas dan meminumnya, kemudian aku ingin pergi ke toilet. Di bawah tatapan para pria, sambil menenteng tas tangan yang berisi dompet dan ponsel, dengan langkah percaya diri dan anggun aku melewati meja-meja tersebut.
Setelah merapikan dress yang aku kenakan dan mencuci tangan aku keluar dari toilet. Dan ternyata kini semua meja telah terisi penuh dan suasana menjadi lebih ramai. Kembali, para pria disana menatap setiap langkahku bahkan beberapa pria ada yang bersiul ketika aku melewati mejanya. Aku tidak menggubris sama sekali, tetapi justru pandanganku tertuju kepada Oscar dan seorang pria yang masih memakai jas lengkap yang duduk membelakangiku. Aku heran kenapa pria tersebut lancang duduk di kursi yang jelas-jelas berada di mejaku dan kenapa Oscar mempersilahkan pria tersebut duduk. Setelah aku duduk di kursiku, pria yang ternyata paruh baya tersebut juga nampak kaget. Belum sempat aku bertanya siapa dia, Oscar berkata sesuatu.
“Ah nona Vesalli, Papa anda sudah datang. Jadi saya kira kalian sudah siap untuk memesan makanan. Sebentar saya ambilkan daftar menu makanan,” kata Oscar lalu segera meninggalkan kami berdua yang sama-sama terlihat kaget.
Hah papa?? Papa saya?? Batinku.
Kutatap pria yang masih mengenakan kemeja lengkap dengan dasi abu-abu tersebut. Pria paruh baya tersebut berbadan gempal, perut yang membuncit dan kepalanya yang botak licin di bagian atas dan hanya menyisakan rambut berwarna kelabu di bagian samping. Dilihat dari sudut manapun, ia sama sekali tidak mirip denganku.
Nampaknya pria tersebut juga menangkap ekspresi heran di wajahku.
“Ehmm maaf nona. Tampaknya ada sedikit kesalahpahaman disini. Pelayan tadi nampaknya mengantarkanku ke meja yang salah. Karena saat saya bertanya kepadanya dimana meja yang sudah di reservasi atas nama Mario Favalli, ia mengantarkanku ke meja ini. Maaf atas gangguan ini nona.” Papar pria tersebut sopan dan kemudian aku mendengar ponselnya berrdering dan kemudian dia berdiri dan menjawab teleponnya.
“Hallo Roberto. Saya sudah di Aroma Resto &Bar. Kamu tadi memesan meja yang berada di sebelah mana? karena semua meja sudah terisi penuh.”
“Apa? Kenapa kamu tidak segera memberitahuku? Aku terlanjur sudah sampai disini. Jika kamu mengabari saya lebih cepat, tentu saya bisa makan di tempat lain.”
“KALAU AKU MENYURUHMU, MAKA HARUS KAMU SENDIRI YANG MELAKUKANNYA JANGAN MENYURUH ORANG LAIN LAGI. BESOK SORE SAYA TUNGGU KAMU DI RUANGAN SAYA.”
Setelah membentak orang yang menelponnya, ia langsung mematikan ponselnya.
Aku yang tidak sengaja mendengar pembicaraan pria yang terdengar kesal tersebut, bisa sedikit menyimpulkan situasi yang dihadapi oleh pria tersebut. Nampaknya pria tersebut menyuruh seseorang untuk memesankan meja untuknya di Arome Resto & Bar tetapi entah kenapa orang tersebut tidak bisa mendapatkan meja untuknya dan baru memberitahu saat ia sudah di sampai disini. Saya merasa kasihan dengan pria di depanku ini.
“Signor.”panggilku kepada pria tersebut.
Pria yang masih terlihat kesal tersebut lalu menoleh ke arahku.
“Signor anda bisa duduk di kursi itu bersama saya di meja ini. Teman saya tidak bisa datang, jadi kursi tersebut kosong. Saya samasekali tidak keberatan jika anda duduk disitu. ” kataku ramah dan berbohong tentu saja.
“Anda baik sekali nona. Maafkan saya mengganggu makan malam anda.”
“Oh tidak kok, tidak menyenangkan makan sendirian, dan lagipula anda sudah sampai disini.”
Pria tersebut lalu tersenyum lebar dan kemudian duduk di kursi tepat berada di depanku.
“Perkenalkan nama saya Mario Mario Favalli. Nama nona ?” katanya sambil mengulurkan tangan.
“Nama saya Maria. Maria Vesalli” kataku lalu menjabat tangannya. Aku merasakan jabatan tangannya terasa mantap sekali.
Setelah saling memperkenalkan diri dan mengetahui bahwa nama kami yang memang terdengar mirip, Mario Favalli dan Maria Vesalli kami berdua tertawa lepas. Seakan mengetahui kenapa Oscar mengantar Mario ke mejaku. Pasti ketika Mario mengatakan mencari meja atas nama Mario Favalli, Oscar mungkin mendengar Mario mengucapkan Maria Vesalli dan Oscar mengetahui bahwa aku juga sedang menunggu seseorang, sehingga tanpa ragu ia mengantarkan Mario duduk di mejaku.
“Tapi saya juga merasa geli dan kaget ketika Oscar bilang bahwa papaku sudah datang. Darimana ia menyimpulkan bahwa anda adalah papa saya.hihi” Kataku sambil tertawa geli.
“Hahaha jika dibandingkan dengan papamu, gantengan mana saya atau papa anda?” kata Mario berusaha bercanda.
“Tidak tahu. Karena sebelum saya lahir, papaku sudah meninggal dunia.”kataku santai.
Senyum yang tadinya tersungging di wajah Mario tiba-tiba hilang ketika aku mengatakan hal tersebut.
“Maria, maaf saya tidak tahu bahw-”
“Ah tidak apa-apa kok wajarlah anda tidak tahu.”
Di tengah suasana yang agak canggung, Oscar datang dan membawakan 2 buku menu makanan. Aku kemudian berniat membuat suasana kembali santai.
“Papa, papa mau makan apa?” Pesan mama, papa tidak boleh makan sembarangan lho. Jadi biar Maria yang memesankan makan malam buat papa ya?”kataku dengan nada suara aku buat sedikit manja.
Mario sedikit kaget ketika aku mengatakan hal tersebut, lalu tak lama kemudian ia mengerti bahwa aku sedang berpura-pura menjadi seorang anak perempuan dan dirinya adalah papa dari Maria, sama seperti dengan anggapan Oscar. Setelah aku memesankan makanan untuk kami berdua dan sebotol wine Zenato Amarone della Valpolicella yang rasa bsebotolnya berharga 60 Euro, Oscar segera mohon diri. Sambil menunggu makanan datang, kami lalu saling memperkenalkan diri lebih dekat.
Mario bercerita bahwa ia adalah seorang pengusaha di bidang otomotif dari Firenze dan sudah 3 hari ini ia berada di Roma untuk bertemu dengan seseorang yang tertarik menanamkan investasi di perusahaannya. Ia juga mengatakan bahwa besok siang ia sudah kembali ke Firenze. Ketika Mario mengatakan bahwa ia seperti mengenalku tapi entah dimana, aku hanya tersenyum. Aku kemudian bercerita bahwa aku adalah seorang seorang host di sebuah acara olahraga di RAI Italia, Mario tertawa, ia berkata bahwa ia merasa beruntung bisa makan malam berdua dengan seorang host yang cantik dan baik hati sepertiku. Aku tersipu-sipu malu mendengar pujiannya.
Tak lama kemudian makanan kami datang, dan dengan diselingi obrolan santai tentang pekerjaan dan hal-hal lain, kami menghabiskan makanan yang lezat. Ketika kami sudah kenyang dan Oscar mengambil piring-piring kotor dan tak lama kemudian ia datang dengan sebotol wine Zenato Amarone della Valpolicella dan menuangkan ke gelas kami masing-masing dan botol wine ia taruh ke dalam buket yang berisi es agar botol wine tetap dalam keadaan segar, obrolanku dengan Mario menjadi semakin intim dan mulai mengarah ke kehidupan pribadi.
“Maria, kamu tadi sedang menungggu kekasihmu ya?” Tanya Mario.
“Bukan kok, aku tadi sedang menunggu teman lamaku, perempuan. Tetapi kemudian ia memberikan kabar bahwa ia tidak bisa datang karena anaknya sakit demam dan mesti mengantarnya pergi ke dokter.”
“Oh begitu, lalu apakah kamu mempunyai seorang kekasih? Atau jangan-jangan anda sudah memiliki suami?”
“Aku tidak memiliki keduanya saat ini. Masih ingin fokus di karir saja.”
“Wah perempuan secantik kamu masih single ya? Ckckckck”
“Ah anda terlalu memuji, lalu anda sendiri kenapa tidak datang berdua dengan istri ke Roma?”
“Istri saya sedang berada di Paris, di tempat anak saya yang kuliah disana. Sudah hampir 2 minggu istri saya disana.”
“Anda kesepian dong di rumah?”
“Ah tidak juga, pekerjaan saya cukup banyak jadi malah lebih leluasa bekerja. “
“Wah pasti anda betah banget di kantor karena asisten anda seorang perempuan cantik sehingga anda betah di kantor, hihihi”
“Ah bukan.. Asisten saya Roberto, si bodoh yang memesankan meja saja tidak becus.”
“Wah jarang-jarang lho seorang bos mempunyai asisten seorang pria.”
“Iya, istri saya yang menunjuk Roberto sebagai asisten saya.”
“Hahahahaha, wah anda pasti orangnya genit sama perempuan sampai-sampai istri anda menunjuk asisten pria.”
“Yah begitulah. Seandainya saya mempunyai asisten secantik dan seseksi anda saya pasti semakin betah di kantor, bahkan akan sering menginap tidur di kantor.”
Aku tersenyum, baru kali ini Mario menyebutku seksi. Ah genit juga Mario. Coba aku goda dia ah, kalau dia berpengalaman dalam hal perempuan, dia pasti bisa menangkap isyarat-isyarat dariku, batinku.
“Hayoo anda pasti menginap bahkan sampai tidur di kantor, sambil ditemenin asisten perempuan anda, hihihi”
“Haha menurutmu apa yang terjadi jika seorang bos dan seorang asisten secantik dan seseksi anda hanya berdua di kantor sampai larut setelah seharian bekerja ?”
“Hmm. Tidak tahu.”kataku.
“Ah coba tebak saja.”
“Aku tidak suka menebak-nebak. Aku lebih suka mencari tahunya langsung.” Kataku sambil menopang daguku dengan tangan kiri di meja dan menatapnya dengan tatapan seorang perempuan menantang keberanian seorang pria.
Perlahan senyuman khas seorang pria yang pengalaman dalam hal perempuan muncul di wajahnya. Nampaknya ia menangkap isyaratku barusan.
“Bagaimana jika kita mencari tahu apa yang diperbuat bos dan asistennya tersebut di kamarku. Aku menginap di hotel ini. 2 lantai di bawah.”kata Mario sambil menatapku.
“Akan lebih menyenangkan jika bos dan sang asisten bekerja sampai larut malam sambil ditemani sebotol wine ini.” Godaku sambil menatap sebotol wine yang masih tersisa banyak.
Aku tersenyum ketika tiba-tiba Mario berdiri dan aku lihat ia berjalan menuju ke kasir untuk menyelesaikan pembayaran. Dan kemudian aku melihat Oscar membawa kantong khusus mendatangi mejaku dan segera memasukkan botol wine ke dalamnya. Nampaknya malam ini, akan menjadi malam yang menyenangkan sekaligus melelahkan.
Rende, Cosenza – Novembre 20, 2000, 08:05 AM
-Mateo Rocco-
Setelah sampai di jembatan, aku berhenti sejenak dan mengatur nafas. Jarak trek jogingku setiap pagi memang cuma 5 kilometer, tetapi kontur daerah tempat aku tinggal termasuk dataran tinggi, apalagi rumahku berada di atas bukit Amantea. Jadi jalur lariku mudah di awal karena menuruni bukit tetapi menjadi sangat menantang ketika aku mulai lari mendaki ke atas. Dan jembatan tempat aku istirahat sekarang menjadi tempat kalau dalam istilah game adalah check point. Setelah melakukan peregangan ringan, aku mengambil nafas panjang lalu mulai berlari mendaki ke atas dan aku sengaja memililih jalur lari melewati gang-gang kecil.
Untuk mensiasati agar aku tidak cepat lelah, kemudian aku berpikir tentang sesuatu untuk mengalihkan fokus. Lalu aku memikirkan tentang hasil pertandingan yang tim peroleh semalam dimana kami gagal mengamankan poin penuh melawan Cagliari setelah bermain imbang 2-2. Selain membuang keunggulan 2-0 di babak pertama, tim malah bermain kurang baik di babak kedua.
Aku sedikit heran dengang keputusan signor Mutti ketika dengan permainan menyerang tim bisa mencetak 2 gol di babak pertama, tetapi di babak kedua tim malah menurunkan tempo permainan dan membiarkan permainan Cagliari semakin berkembang di babak kedua. Sebuah blunder dalam hal strategi menurutku yang membuat kami malah tampil tertekan dan akibatnya 2 gol penyeimbang datang dalam tempo 5 menit dan lebih sialnya lagi Pascetta dikartu merah dan Varrichio tidak bisa tampil di pertandingan selanjutnya karena terkena akumulasi kartu kuning.
“Buon giorno (selamat pagi) Mateo. Ayo semangatt” sapa signora Valentina ketika berpapasan denganku. Aku melihat ia sedang jalan-jalan pagi dengan santai.
“Buon giorno signora. Grazie. Tetap sehat ya signora.” Sapaku lalu kami melakukan tos dan kemudian aku melanjutkan lariku. Signora Valentina adalah tetanggaku berusia 65 yang tahun yang masih terlihat bugar dan sehat.
Sambil melihat pemandangan rumah-rumah dengan model lama yang tidak lekang dimakan waktu yang tidak pernah membuatku bosan, aku kemudian memikirkan sesuatu lagi. Pertandingan selanjutnya kami akan melawan Catanzaro, sebuah partai derby yang pasti berjalan panas. Apalagi posisi kami saat ini cuma terpaut 4 poin di klasemen sementara. Pasti mereka gatal ingin memutus 12 rangkaian pertandingan kami mengalami kekalahan. Suasana di pertandingan yang memiliki tensi tinggi akan bertambah tinggi mengingat historis antar kedua tifosi yang sangat-sangat tidak akur. Bahkan pertandingan derby Calabria di tingkat junior juga tidak kalah panasnya.
Aku teringat dalam suatu pertandingan melawan Catanzaro tahun lalu di kompetisi Primavera U-19, pertandingan yang digelar di stadion kecil milik Catanzaro berkasitas 3.000 penonton penuh sesak dan bahkan pertandingan sempat terhenti beberapa menit ketika terjadi kerusuhan kecil antar tifosi beruntung masih bisa segera diredam oleh polisi. Tetapi aroma tinggi juga menular ke dalam lapangan, waktu itu kami menang 1-0 lewat gol yang aku cetak melalui titik putih setelah salah seorang pemain Catanzaro melanggar dengan brutal Dominico, rekan satu timku yang berposisi sebagai pemain sayap yang mengakibatkan dia cedera terkilir di pergelangan kaki kiri dan mesti absen beberapa minggu. Sontak aku dan beberapa rekanku langsung mengerubungi pemain Catanzaro tersebut dan tentu saja teman-temannya membela.
Aksi saling dorong pun terjadi, sampai-sampai para ofisial dari kedua tim masuk ke lapangan untuk menenangkan darah muda kami yang bergejolak. Wasit yang memimpin pertandingan semakin memperparah keadaan dengan hanya memberikan kartu kuning kepada pemain Catanzaro yang melakukan pelanggaran dan memberikan 2 kartu kuning kepada kami karena dianggap memicu keributan. Alhasil, wasit yang tidak tegas membuat di akhir pertandingan tercatat 5 kartu kuning untuk pemain Catanzaro dan 6 kartu kuning untuk kami. Tentu saja aku salah satu pemain yang mendapat kartu. Darahku selalu panas jika teringat pertandingan tersebut.
Setelah melewati jalanan menanjak akhirnya aku sampai di jalan yang mendatar di atas. Aku berhenti sejenak untuk menghirup udara pagi yang masih segar. Hari ini adalah hari libur buat kami para pemain untuk melakukan recovery 1 hari setelah pertandingan. Tetapi aku yang tidak pernah mendapatkan kesempatan bermain sejak giornata (pekan) 6 dan bahkan dari giornata (pekan) ke 8, namaku tidak pernah masuk lagi ke daftar pemain cadangan yang didaftarkan untuk pertandingan. Aku merasa kecewa dengan keputusan signor Mutti tetapi signor Monaco, pelatih kebugaran yang selalu memantau kondisi fisikku dari sejak pertama aku mendapat program latihan fisik khusus, meyakinkanku bahwa aku sudah mengalami peningkatan dan tidak usah khawatir tentang menit bermain.
Tetapi aku juga bilang kepadanya bahwa sebagai pemain, aku tetap perlu mendapat menit bermain untuk mempertajam insting, merasakan tekanan dalam pertandingan dan tentu saja untuk melihat apakah secara permainan organisasi aku juga tidak mengalami stagnan. Sebuah alasan yang aku kemukakan kepada signor Malusci dan akhirnya ia mengabulkan permintaanku untuk terlibat dalam pertandingan. Akhirnya aku mendapatkan menit bermain selama 90 menit full dalam 3 pertandingan terakhir. Hasilnya aku bisa mencetak 5 gol dan membuat 3 assist. Hanya saja itu terjadi dalam pertandingan tingkat Primavera U-19.
Aku tidak keberatan jika dilibatkan dalam pertandingan Primavera. Dan pelatih Cosenza Primavera, signor Giovani Sanbatta juga sudah sangat mengenalku sehingga aku bisa langsung tune-in dengan para pemain Cosenza Primavera lainnyaa. Meskipun begitu, aku berharap semoga signor Mutti melihat progressku dan ia mau memasukkan namaku di pertandingan derby melawan Catanzaro, apalagi 1 slot striker kosong karena Massimo Varrichio tidak bisa bermain pekan depan.
Meskipun pada akhirnya nanti aku tidak diberikan kesempatan bermain, tetapi tensi pertandingan Cosenza melawan Catanzaro sayang untuk aku lewatkan. Karena ini bukan sembarang pertandingan sepakbola, kebencian yang tumbuh diantara kedua tim dan kedua belah tifosi karena adanya faktor harga diri, faktor kedaerahan dan faktor politik membuat segala sesuatu yang berhubungan denga pertandingan tersebut bahkan sudah terasa.
Ya, ini bukanlah pertandingan Derby Della Calabria semata, tetapi ini lebih seperti Perang Calabria !!
“ Desire Creates The Power ”
-Raymond Hollwell-
---------------------------------
Bersambung
Next Chapter:
Deep Lying Forward #17
La Guerra di Calabria The War of Calabria’s)
No comments for "DLF #16"
Post a Comment